Seorang wanita sedang berdiri di depan pintu apartemen seseorang. Di tekan tombol yang berada di depan pintu.
Pintu terbuka menampilkan seorang yang hanya memakai celana selutut tanpa baju.
"mau ngapain kamu alesya"
Alesya membulat kan matanya seakan pemandangan di depannya itu sempurna indah. Perut kotak-kotak dengan sedikit otot di lengannya, pemandangan jarang dilihat.
Raymond menyilang kan kedua tangannya menutupi tubuh telanjang nya. "tutup matamu alesya" peringat Raymond melihat alesya menatapnya tanpa berkedip.
Sontak alesya memutar badannya membelakangi Raymond. "cepat ambil baju anda pak"
Tanpa berpikir Raymond mengambil bajunya dan memakainya. "masuk" ucap Raymond selesai menggunakan baju.
Alesya melangkah masuk kedalam. Pagi-pagi mataku sudah ternodai. Tapi, aku suka.
"ada apa gerangan kau datang ke apartemen ku"
Alesya duduk di sofa, kakinya disilangkan. "emm... ingin menjenguk bapak, kata fania bapak lagi sakit" jawabnya.
"hanya flu sedikit"
"pasti itu gara-gara saya. Kalau bapak gak ikut mandi hujan semalaman pasti hari ini bapak gak bakal sakit dan seharusnya saya yang sakit" ucap alesya merasa bersalah.
Raymond mendekat ke arah alesya memegang kedua bahunya. "hey, jangan merasa bersalah gitu" ucap Raymond. "tatap aku" pinta Raymond.
Alesya menegakkan wajahnya melihat mata Raymond.
"kamu tau, gak ada yang salah karena saya ikut mandi hujan atas keinginan saya sendiri" ucap Raymond memberi senyuman manisnya.
Bagaikan candu untuk alesya menatap mata Raymond. Mata yang membuat dia selalu deg-degan dan membuat hatinya hangat.
"emm" ucap alesya salah tingkah.
Alesya bangkit dari duduknya.
"mau kemana kamu" tanya Raymond melihat alesya ingin pergi.
"saya harus kembali ke kantor pak, sepertinya bapak sudah baikan" jawab alesya.
Kalau bukan rasa bersalah alesya tidak akan datang ke apartemen Raymond. Melihat Raymond baik-baik saja, alesya lebih baik kembali ke kantor, daripada harus berduaan dengan Raymond membuat hati alesya selalu deg-degan.
"kembali alesya" teriak Raymond melihat alesya sudah di ambang pintu. "kalau kau tidak kembali ke sini, gajimu akan aku potong dua kali lipat" ancam Raymond.
Mendengar ancaman Raymond, alesya merubah pikirannya untuk pergi.
"satu...." hitung Raymond.
"dua..."
Alesya tidak bergeming dari ambang pintu.
"sampai hitungan ketiga kau tidak kembali, aku benar-benar akan memotong gajimu" Ucap Raymond serius. "ti—" ucapan Raymond mengantung ketika alesya memutar langkah nya kembali.
Dengan berat hati alesya mendaratkan bokong nya kembali ke sofa dengan wajah yang di tekuk.
Alesya bersumpah serapah agar bosnya itu beneran sakit parah. Mau sakit mau tidak sifat pemaksanya tidak hilang.
Mata alesya menatap tajam ke arah Raymond. Yang ditatap hanya memasang wajah santai.
"jangan liatin aku begitu ntar suka loh" ucap Raymond dengan percaya diri.
Terlalu percaya diri sekali dia. Batin alesya.
"sebagai ganti rasa bersalah mu buatan aku makanan" ucap Raymond. Mencari kesempatan dalam keadaan rasa bersalah tidak masalah kan.
Rasanya alesya ingin berteriak di depan wajah bosnya. Percuma juga ditolak pasti bosnya akan memaksanya dengan cara apapun.
"ada syarat nya" jawab alesya. Dia bisa mencari kesempatan, kenapa aku tidak. Alesya tersenyum miring.
Raymond mengangkat alisnya sebelah sebagai respon.
Tanggan alesya melambai agar Raymond mendekat ke arahnya.
Dengan senang hati Raymond mendekatkan diri ke alesya. Tak apa bisik-bisik yang penting bisa deketan.
Alesya membisikan sesuatu.
Raymond sempat menolak yang dikatakan alesya. Tapi, kalau menolak alesya juga akan menolak keinginannya. Tidak mau rugi, Raymond mencari ide agar dirinya bisa untung dari alesya.
"deal" ucap alesya.
"lima hari" nego Raymond.
"sebulan ke seminggu itu udah jauh banget loh pak" ucap alesya tetap tidak mau kalah.
"empat hari"
"seminggu"
"lima hari, deal. Kalau tetap gak mau keputusan saya, tidak jadi" final Raymond.
"deal, baiklah" jawab alesya tidak ikhlas.
Alesya memasang wajah masam, ternyata bosnya tidak mudah di tipu.
"hei, lima hari itu lama" ucap Raymond melihat wajah alesya masam. Ia tidak tega melihat wajah alesya, tapi kalau ia berikan waktu seminggu itu bagaikan satu bulan baginya. Bagaimana bisa dia memberi cuti selama itu.
"dan ingat. Kamu baru bisa cuti ketika sebulan kerja, mengerti" meski Raymond suka terhadap alesya, dia tidak bisa memberi sembarangan cuti apalagi alesya baru berapa hari kerja di perusahaan nya.
"yayaya terserah bapak saja" alesya memutar matanya malas. "dan ya saya mengerti" lanjut alesya.
"silahkan pergi ke dapur buatkan saya makanan" perintah Raymond.
Emang aku pembantu nya apa. Batin alesya.
Alesya menghentakkan kakinya lalu pergi ke dapur.
"masaknya pakai hati ya" teriak Raymond.
Masak ya pakai tangan lah, kalau pakai hati gimana cobak. Ganteng-ganteng tapi blo'on. Ucapannya hanya bisa di ucapkan dari dalam hati. Kalau secara langsung bisa-bisa bosnya memotong gaji nya beneran dan alesya tidak bisa membayar sewa apartemen nya.
_____________________________
Raymond keluar menuju kedapur setelah mandi. Rambutnya masih basah melihatkan wajah fresh nya.
"wanginya" ucap Raymond mengendus bau aroma asap makanan yang keluar dari wajan.
Alesya tidak menggubris ucapan Raymond dan menganggap tidak ada orang.
Raymond duduk di salah satu kursi meja makan dengan satu tangannya menopang dagunya. Ia melihat alesya yang sangat aktif bergerak mengambil sesuatu lalu dimasukkan ke dalam wajan. Istri idaman.
Raymond akan bahagia apabila menikah dengan alesya, setiap hari melihat wajah cantik nya dan memakan masakan nya setiap hari.
Alesya membawa dua piring di tangannya. Diletakkan satu ke Raymond dan satunya lagi untuk dirinya sendiri.
"hanya spaghetti dan telur di kulkas anda pak" ucap alesya.
"mau nasi goreng pun saya tetap makan kalau masakan kamu" goda Raymond.
Alesya menahan wajah merahnya. Jangan mudah baper dengan ucapannya.
Raymond menahan senyum melihat alesya menahan blushing di wajah putihnya.
Satu suap sendok dimasukkan ke dalam mulut. Rasanya sangat enak, Raymond harus bisa merasakan makanan alesya setiap hari kalau begini.
"bagaimana pak rasanya" tanya alesya penasaran. Kalau sampai tidak enak, kan aku malu.
"lumayan lah" jawab Raymond bohong.
"maaf ya pak kalau tidak enak"
Raymond melirik alesya. Masa aku harus ngaku sih kalau masakannya enak, jiwa gengsi ku meronta-ronta yang ada.
"nikmati saja makanannya"
Alesya menurut dan menghabiskan makanannya. Tidak ada percakapan di sela-sela makan kali ini.
Raymond bangkit menuju wastafel untuk mencuci piring nya.
"eh pak, mau kemana" tanya alesya bingung melihat Raymond membawa piring kosong.
"mencuci piring" Raymond menunjukkan piring kosongnya.
"taruh saja di situ pak, biar saya yang cuci"
Meski alesya tamu, ia sadar diri. Tidak enak kalau Raymond yang mencuci piring kan dia seorang CEO di perusahaan.
"tidak masalah alesya, saya sering melakukannya, jangan kaitkan saya dengan CEO" jawab Raymond tertawa renyah.
"bawa kemari piring mu sini"
"tak usah pak, saya bisa mencuci nya sendiri" jawab alesya.
"sudah sini, jangan ngebantah. Ini perintah bos"
Mau tak mau alesya menuruti ucapan Raymond.
"kamu cukup taruh piring ini di tempat nya saja" ucap Raymond.
"baiklah"
Mereka sudah seperti sepasang suami istri. Di sela-sela mencuci piring, Raymond menjahili alesya menaruh busa sabun ke wajah alesya.
"ih pak, wajah saya jadi basah" protes alesya. Tidak mau kalah, alesya membalas perbuatan Raymond memercikkan air ke depan wajah Raymond. "rasakan"
"awas kamu yah" Raymond kembali menaruh busa sabun di wajah alesya.
Tawa mereka terdengar seseorang sedang bahagia. Rasa sakit di tubuh di Raymond menghilang begitu saja. Alesya bagaikan obat ampuh sakitnya. Dan tanpa mereka sadar, akar perasaan akan tumbuh di hati mereka. Pelan-pelan tapi pasti.
**Gimana sama part yang ini? Semoga suka ya.
Jangan lupa beri like+vote+komentar nya.
Maaf yah author nya gak bisa romantis:(
Tungguin part selanjutnya.
Typo bertebaran**.....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 34 Episodes
Comments
Anana
lanjut thor 🤗
2020-08-12
1
nessa nessa
udah ada bau bau cinta..
2020-08-10
1