HAPPY READING...
"Selamat siang, Ayah."
Ucapan berintonasi berat itu menyapa, disambut tawa penuh kebanggaan dari pria paruh baya di hadapannya.
"Putraku yang tampan!"
Wijaya merentangkan tangannya lebar-lebar. Raka langsung melangkah maju, memeluk ayahnya erat.
Tatapan kagum karyawan yang menyaksikan pertemuan itu tak bisa disembunyikan. Pria muda yang kini berdiri di hadapan mereka memiliki aura yang luar biasa. Berwibawa, gagah, dan penuh percaya diri.
"Aku memang tampan," ujarnya, terkekeh ringan.
Wijaya tergelak. "Semuanya, perkenalkan CEO baru kita Raka Bramanta Kusuma! Putra sulungku, pewaris sah keluarga Kusuma!"
Sorakan kecil dan tepuk tangan menggema di aula luas itu.
"Selamat datang, Pak!" seru mereka serempak.
"Terima kasih," balas Raka, senyum tulus menghiasi wajah tampannya.
Raka Bramanta Kusuma. Pria mapan dengan pesona yang tak terbantahkan. Di usianya yang telah menginjak 33 tahun, ia masih melajang, meskipun banyak wanita yang berusaha merebut hatinya.
Setiap kali ditanya soal pernikahan, jawabannya selalu sama.
"Bunda tenang saja, aku pasti akan menikah. Tak perlu khawatir, jodoh tak akan ke mana-mana."
**
"Ayah sudah tua, saatnya kamu menggantikan Ayah," ujar Wijaya pada putra sulungnya.
Raka tersenyum tipis. "Tapi, aku masih butuh bimbingan dari Ayah."
Wijaya tertawa lepas. "Oh, ayolah! Bimbingan macam apa lagi yang kau butuhkan? Perusahaan pribadimu saja sudah setara dengan perusahaan Ayah."
"Tentu, tapi tetap saja..."
"Bagaimana dengan usahamu sendiri?"
"Ayah tak perlu khawatir, ada Bacham yang selalu membantuku."
Percakapan hangat itu terus berlanjut, membahas bisnis dan masa depan perusahaan. Hingga tiba-tiba..
Brak!
Pintu ruang kerja Wijaya terbuka lebar.
Dua pria itu refleks mengelus dada, kaget mendengar suara benturan keras.
Seorang wanita cantik dengan rambut disanggul tinggi berdiri di ambang pintu, wajahnya terlihat merajuk.
"DASAR ANAK DAN SUAMI DURHAKA!" serunya kesal.
Wijaya mendesah. "Astaga, Maya, bisa lebih pelan sedikit?"
"Selamat siang, Bunda tercantik," goda Raka dengan senyum jenaka, meluluhkan emosi wanita itu dalam sekejap.
"Anak bujangku, Bunda rindu sekali!" lirih Maya, langsung menarik putranya dalam pelukan.
Raka mengecup pipi kiri dan kanan ibunya, lalu berakhir di pelipisnya. "Aku jauh lebih merindukan wanita tercantikku ini."
Maya tersipu. "Huh, dasar tukang gombal!"
"Ck! Berhenti menggoda istriku!" sentak Wijaya, menarik tangan istrinya dengan posesif. "Kalau mau merayu, sana cari istri sendiri!"
**
Kediaman Atala, pukul 16.30
Suara halus mendayu terdengar dari arah taman.
Seorang pria berdiri di balik pohon, mengamati seorang gadis cantik berambut panjang yang tengah bernyanyi lembut. Tongkat merahnya bertumpu di tanah, sementara beberapa kupu-kupu mengitarinya, seolah terpesona oleh pesona gadis itu.
Lingga.
Arkan Wiranto, pria yang mengamatinya sejak tadi, tak bisa mengalihkan pandangannya.
Namun, suara nyaring menyadarkannya.
"Sedang apa kamu di sini?"
Arkan tersentak, menoleh ke arah si pemilik suara.
"Aku... itu.."
"Arkan Wiranto," ulang Lala, kali ini dengan nada lebih tegas. "Sekali lagi aku tanya, apa yang sedang kamu lakukan di sini?"
Arkan diam.
"Berhenti mengamati gadis buta itu!" sentak Lala, menggamit lengan pria itu erat. "Kita akan segera bertunangan, lalu menikah."
Dia bukan bodoh.
Sejak tadi, dia tahu benar ke mana arah tatapan Arkan.
Dan itu membuatnya terbakar cemburu.
Gadis itu buta. Harusnya tak ada yang menginginkannya!
"Ayo! Papa sudah menunggu!"
Dengan kasar, Lala menarik tangan Arkan, menyeretnya menjauh.
Lingga yang sedari tadi pura-pura tak sadar akhirnya mengulum senyum kecil.
"Menarik sekali melihat wajah itu memerah," gumamnya pelan.
Dengan langkah ringan, ia meninggalkan taman, diiringi ketukan tongkat merahnya yang khas.
BERSAMBUNG...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 41 Episodes
Comments
eryuta
aduh neng baru nongol 😁
2022-09-09
0