Namun, Dirgha tidak begitu serta-merta percaya. Baginya, Bram hanyalah berpura-pura agar mendapatkan akses masuk bertemu dengan Ryan.
“Aku tidak bodoh! Memangnya siapa yang percaya sama kamu? Sok kenal dengan tuan Yuda. Beliau tidak akan kenal dengan orang sembarang seperti kamu!” teriak Dirgha sambil tertawa dan diikuti oleh kedua satpam itu yang terus menertawakan Bram.
Sejurus kemudian, ponsel mewah Dirgha berdering. Dengan angkuhnya dia memamerkan benda pipih itu kepada Bram, saat menjawab panggilan dari atasannya, Ryan.
“Halo, Pak,” sapa Dirgha sambil melirik Ryan dengan ekor matanya, tajam saat profesionalnya bekerja. Terus terang mungkin Ryan akan terkejut akan kedatangan Bram yang terakhir kali terus bersiteru.
“Kamu sedang bersama orang bernama Bram?” tanya Ryan setelah mendapat telepon dari atasannya juga.
“Iya, Pak,” jawab Dirgha, dengan kerutan-kerutan di kening.
“Bawa dia ke ruangan saya. Perlakukan dia dengan hormat, karena dia teman dekatnya tuan Yuda Biman! Awas kalau kamu macam-macam sama dia!” tegas Ryan, dan langsung mematikan sambungan teleponnya setelah mengatakan demikian.
Seketika, Dirgha menjadi gugup. Wajahnya memucat.
Setelah menyimpan kembali ponselnya, Dirgha mengangguk hormat kepada Bram, dengan wajah yang menunduk.
Bram, hanya mengangguk.
“Ngakunya pembisnis, tapi ponselnya saja butut, selaras dengan pakaiannya yang seperti gembel!” ujar Rido satpam kembali menghina Bram, yang disambut Budi dengan gelak tawa. Keduanya masih belum mengerti dengan keadaan yang sebenarnya.
“Diam kalian!” bentak Dirgha kepada kedua satpam tersebut.
Kali ini kedua satpam itu gentar. Pasalnya, yang baru saja membentak mereka adalah seseorang yang posisinya cukup penting di perusahan tempat mereka bekerja ini. Berani macam-macam dengan Dirgha, bisa-bisa mereka dipecat saat ini juga.
Tetapi mereka bertanya-tanya, kenapa Dirgha justru membentak mereka dan terkesan membela Bram, Memangnya si gembel ini siapa?
“Maaf atas semua kesalahpahaman ini, mari ikut aku untuk bertemu pak Ryan,” ujar Dirgha ramah, kepada Bram.
Kedua satpam itu tercengang. Bram menatap mereka dan tersenyum angkuh.
“Kalian beruntung aku tak meminta kalian dihukum berat. Padahal bisa saja aku meminta kalian dipecat saat ini juga kalau aku mau,” ucap Bram, lalu pergi menjauhi mereka berdua.
Kedua satpam itu masih tercengang. Mereka mengamati Bram, pergi dengan mulut ternganga.
Sementara itu Bram mengikuti langkah kaki Dirgha memasuki gedung milik Jaya Wiss Company hingga mereka berada di lift. Ruangan Ryan terletak di lantai tujuh belas.
Tok! Tok! Tok!
Dirgha mengetuk pintu ruangan Ryan. Setelah dipersilakan, mereka masuk.
Bram dan Ryan saling beradu dan melihat arti pertemuan mereka yang tak disangka, membuat syok Ryan, saat itu juga bagai mimpi di siang bolong.
“Tawaran ini tidak akan datang dua kali, dan perlu bapak tahu nilai dari kerja sama ini adalah Tujuh Triliun Rupiah!” lanjut Bram dengan menatap Ryan, yang ia hina tak percaya ia bisa kaya meski tampilannya kumuh dia adalah pemilik aslinya saat ini.
Mata Ryan terbelalak saat mendengar jumlah yang sangat fantastis dari tawaran kerja sama ini.
“Penawaran ini tidak akan merugikan siapapun, tapi syaratnya Anda harus membatalkan sekarang juga kerjasama dengan Dewa Jasa Corp.!” tegas Bram.
Ryan tergugup tak percaya, ia dihubungi atasannya Yudha untuk segera menandatangani, saat Bram membawa uang sekoper dan emas batangan dua koper ke wajahnya saat itu juga.
"Haah! Kali ini aku tidak bisa menolak dan menghinamu Bram. Karena ini bisnis, dan jika di luar topik aku juga ingin memberi tahumu. Elea kekasihmu itu juga sudah banyak berhutang pada keluargaku, tapi dia menolak aku nikahi."
"Di luar topik! Setelah kau tanda tangani, kau kirimkan saja berapa hutang Elea pada keluargamu. Aku bayar tiga kali lipat! Jauhi Elea dan buat ia susah!" ancam Bram, dan saat itu juga Ryan terbelalak darimana pria ini kaya mendapatkan banyak uang dan bisa membungkam hinaannya dahulu.
"Sepuluh menit! Cepat kau urus, dan aku tidak ingin melihatmu duduk dibangku ini!" ujar Bram, tak lama seorang wanita datang mendampingi Bram yang terakhir ia lihat di showroom, bersama pak Rahmat orang desa itu.
"Kursimu akan aku berikan pada dia, namanya Kristal!" ujar Bram dengan wajah tajam membuat Ryan tak berdaya, tak seperti kemarin bisa semena mena pada Bram.
"Kau Dirgha! Dan dua satpam dipintu, kau dipecat. Aku tidak ingin kantor ini punya karyawan tidak ramah yang hanya melihat seseorang dari tampilannya saja!" cetus Bram menunjuk.
Mereka melemas tak berdaya telah menghina tamu penting, dan tak sopan.
Tiba saja atasan Ryan bernama Yuda, saat ini datang, ia menyambut Bram dan berjabat tangan sebagai sepakat kerjasama. Sementara Ryan, Dirgha dan dua satpam itu kehilangan pekerjaannya yang telah menyinggung Bram beberapa saat lalu.
"Kita deal! Tuan Bram." senyum Yuda menyambut.
Ryan kalah telak, ia saat ini tahu jika Bram yang pernah bekerja dengan sang papa di restonya terakhir kali dipecat tidak hormat, adalah orang berkuasa dan seorang miliader.
'Kali ini aku kalah telak, tapi kita lihat apakah Bram bisa melunasi hutang Elea yang akan aku naikan tujuh kali lipat, anggap saja balas dendamku karena aku kehilangan jabatanku disini.' batin Ryan, ia menatap Bram dan atasannya pak Yuda sedang berbicara kelanjutan sebelum ia pergi dibalik pintu.
Tbc.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 297 Episodes
Comments
Imam Sutoto Suro
buset dah keren thor lanjutkan
2022-10-20
0
penjual online
Nah kan habis sudah kebenaran bram kaya meski tampilan biasa biasa aja. The real jutawan yang rendah hati
2022-09-06
0
Ratna
Rasaaain melongokan kau ryan. Kurir juga bisa kaya 🤭🤣🤣
2022-09-06
0