Mendengar ucapan wanita tersebut, Bram kian sadar setelah sempat terpana sebelum merasa ada sesuatu yang janggal di sana.
“Tetapi kau yang menabrakku. Uhuuuk uhuuk."
Bram mencoba berdiri dari posisinya. Ia menahan perih yang di rasa kedua kakinya di mana memang ada luka dari goresan aspal tepat di kedua betisnya.
“Aku menabrakmu karena rem mobilku blong, juga seperti apa yang diriku katakan sebelumnya. Apa kau sengaja dengan tidak menghindar?!!" Wanita tersebut, tidak menurunkan nada bicaranya.
Bram segera membuka mulutnya saat itu, mempertanyakan jalan pikiran wanita tersebut. Lagipula siapa yang ingin dengan sengaja di tabrak begitu kencangnya, di mana mati merupakan salah satu ganjaran yang bisa diterima dari hal tersebut.
“Huh!!! Siapa yang tau memang apa yang orang sepertimu pikirkan, jadi berapa yang kau inginkan?" Wanita tersebut, setelah menatap lekat Bram dari atas hingga bawah. Sembari mengeluarkan dompetnya, membuat emosi segera memuncak saat itu Bram rasakan.
“Nona, tidak semua masalah bisa diselesaikan hanya dengan uang. Kalau nona memang benar memiliki niat baik untuk mempertanggungjawabkan apa yang nona lakukan, maka antar aku kerumah sakit itu cukup." Bram, entah mengapa benar-benar muak kala itu harus kembali mendengar sebuah nominal.
Seolah dunia ini akan berhenti berputar saja bila uang tidak ada, atau setidaknya tidak di bahas, belum lagi setelah bagaimana Bram merasakan bagaimana pandangan jijik yang wanita tersebut arahkan padanya.
Membuat Bram segera pergi saja dari sana, setelah tidak ada kata-kata lagi yang wanita tersebut lontarkan setelah perkataan Bram.
Memang Bram saat itu ingin mengetes sebesar apa mau dari wanita tersebut mempertanggung jawabkan perbuatannya, sebelum tidak ada sama sekali. Bram rasa kemauan dari gadis tersebut membawanya ke rumah sakit. Sehingga Bram tidak lagi peduli atau tetap di sana membuang waktunya.
“Orang aneh." Wanita yang sebelumnya menabrak Bram, setelah Bram mulai berjalan menjauh, berpikir Bram hanyalah orang tidak tau di untung hingga menolak niat baiknya.
Bram sendiri jalan terpincang dengan sepeda yang dituntunnya, karena sepeda tersebut telah begitu ringsek untuk dapat ia kayuh.
Namun tiba saja, jalannya yang sedikit pincang. Segera ditarik paksa, oleh dua pria besar tinggi dan menghajar beberapa kali tubuh Bram, saat ia mencoba pergi ke resto tempatnya bekerja.
"Tinggalkan Elea, dia tidak pantas untukmu. Jadi ini peringatan untukmu pria miskin!" ujar dua pria itu, membuat Bram pening bersandar di batang pohon besar.
'Hooh, lagi lagi pembatas hubunganku dengan Elea, rumit tapi aku tidak boleh menyerah. Jika dia masih jodohku, maka akan ku pinang dia dengan kesuksesanku kelak.' batin Bram, yang amat mencintai kekasihnya itu.
Beberapa Jam Kemudian.
Di mana sepanjang perjalanan Bram kembali ke restoran cepat saji tempatnya bekerja, ada banyak pasang mata yang kala itu memandanginya dari mereka yang berlalu lalang.
Di mana Bram sempat mendengar ada perkataan tidak mengenakan dari orang-orang tersebut padanya, mengatakan Bram sebagai biang masalah, tukang berkelahi dan semacamnya.
Bram sendiri hanya dapat menghela nafas panjang, mendengar bagaimana orang menilainya hanya dari apa yang mereka mau lihat tanpa peduli apa kebenaran yang terjadi.
Padahal bila dilihat dari bagaimana kondisi yang Bram alami di tambah kondisi sepedanya, akan lebih masuk akal bagi mereka bila menganggap Bram terjatuh.
Hingga tidak mengerti Bram bagaimana ada anggapan yang begitu melenceng muncul dari mereka orang-orang yang tidak sengaja melihatnya, di mana anggapan itu muncul begitu saja.
"Apakah pria miskin sepertiku membuat mereka jijik, salahku apa? siapa yang melahirkan aku, harusnya aku tidak perlu dilahirkan." teriak Bram, dalam hatinya merasakan perih luka luar dalam, akibat tabrakan dan pukulan ancaman orang suruhan beberapa jam tadi.
Tling! Tak lama, sebuah pesan membuat Bram sedikit penasaran. Apa arti dari slot timun emas.
'Antar timun emas, dapatkan slot dan hasil uang yang kau dapatkan dari berjualan timun emas. Jual tertinggi dan antarkan pada pemesan.' secarik pesan, terlihat juga jejak kertas berwarna perak, dengan tulisan yang sama.
Bram, seakan mimpi yang rumit dan aneh, ia mengambil secarik kertas berwarna perak itu, yang terhitung sembilan kertas perak hingga Berakhir di bawah pohon kapuk.
'Slot timun emas, kamu adalah orang yang beruntung! Pelajarilah, kembangkanlah! timun emas ini bukan timun emas biasa, jika kamu menyetujuinya. Segera datang! Jangan terlambat aku menunggumu, memberi kesempatan pada orang yang beruntung sepertimu.'
Lagi lagi secarik kertas, Bram pungut dan ia masukan kedalam tasnya. Bram berusaha kembali ke resto, mengantar setoran uang sayuran fresh yang ia berikan pada kasir pemilik resto.
Sambil memikirkan slot timun emas sepanjang jalan. 'Apa Slot Timun Emas, bisa cepat menjadi kaya?'
Bram kembali menatap box pesanan, terlihat jelas penerima bernama Qi Ruslan. Timun emas yang dimaksud apakah mirip seperti timun suri untuk desert, atau pencuci mulut yang disediakan restoran cepat saji. Tapi jika Bram perhatikan warnanya terlihat perak bercampur emas kekuningan seperti emas batangan. Baru kali ini, Bram melihatnya dan itu membuat Bram lebih penasaran lagi.
Tanpa pikir panjang, ia segera menuju lokasi untuk mengantar pesanan. Agar ia bisa kembali ke restoran, dan mendapat bayaran lebih serta cepat pulang.
'Tidak boleh mengeluh. Meski rasa sakit ditubuh ini bekas pukulan beberapa orang tadi.' batin Bram.
"Paket! box delivery sayuran fresh datang!" teriak Bram.
"Paket! box delivery sayuran fresh datang!" teriak kedua kalinya Bram.
Took! Took.
Lima belas kemudian.
"Terimakasih, ah tapi saya hanya butuh dua saja. Ini timun emas untuk kamu yang telah menunggu ya!" ujar kakek tua, sedikit pucat segera masuk menutup gerbang kayu.
"Makasih pak." senyum Bram, ia segera mengayuh sepedanya lagi.
Matahari pun amat terik. Dua puluh menit kemudian, Bram lapar ia pun berhenti sebentar, lalu membelah timun emas.
Seolah haus dan lapar sebagai pengganjal perut. Akan tetapi terkejut kala saat buah timun emas itu dibelah, terdapat seuntai kertas dengan plastik dengan gulungan.
'Selamat cek satu milyar untuk orang baik. Masukan kode dan slot timun emas agar kamu mainkan, segera kamu bisa mendapatkannya! Ingat waktumu 24 jam.'
"Apa, ..?" syok.
Bram kembali ke rumah tadi meski lelah, akan tetapi saat dibuka ia tidak mendapati kakek itu.
Yang ada hanya seorang pemilik rumah itu, ia bicara jika di rumah ini tidak ada yang tinggal dengan nama Qi Ruslan dan tidak pernah memesan timun emas, yang orang pikir si Bram kurir sayuran aneh dan membual.
"Maaf, sepertinya anda salah alamat dek! Ruslan memang ada, tapi kakek itu dua tahun lalu telah meninggal. Makamnya sekitar lima kilometer di dekat pohon kapuk, ada nisan dari batu besar. Kami pemilik baru, yang membeli rumah ini baru saja tiba, dan tidak memesan paket." jelasnya.
Gleuk! "Benarkah? Apa saya salah alamat."
Bram rasanya tak percaya, cek yang ia temukan seolah bagai durian runtuh. Tapi ia sembunyikan sambil mencerna, apakah itu asli atau palsu. Dan bagaimana ia mengembalikannya pada kakek itu atau sekedar memainkan slot timun emas yang dikatakan tulisan tadi.
"Bagaimana mungkin orang mati, memesan timun emas dan jelas memberikannya padaku salah satunya, berjualan timun emas ajaib. Apa aku mimpi ..?" benak.
"Bagaimana caranya aku masukan kode slot timun emas ini?" lirih Bram, menatap ponsel.
Tbc.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 297 Episodes
Comments
Emil Djibran
lima belas apa ?
detik,menit,atau jam ?
2023-12-07
0
kutu kupret🐭🖤🐭
kayaknya seperti apa mungkin idiot ya🤔🖕
2023-05-05
0
kutu kupret🐭🖤🐭
masyarakat buta tuli belatuuung🖕🖕🖕
2023-05-05
0