Keesokan harinya, ditemani Pak Rahmat, Bram mendatangi Jaya Wiss Company. Mengenakan pakaian yang biasa saja, karena Bram memang lupa membawa baju ganti saat mengendarai mobil supermewahnya ke desa ini.
Saat tiba di pos jaga Jaya Wiss Company, belum sempat Bram, mengutarakan niatnya datang ke perusahaan itu. Salah satu satpam sudah mengeluarkan suara yang tidak bersahabat.
“Maaf, Pak, yang tidak berkepentingan dilarang masuk!” tegas salah satu satpam tersebut menahan langkah Bram dan Pak Rahmat dengan pandangan yang sinis.
Bram tersenyum kecut. Dia mempersilakan Pak Rahmat untuk pergi. Mulai dari sini dia yang akan mengatasi masalah ini.
“Aku mau bertemu Ryan!” jawab Bram, menyebutkan nama CEO Jaya Wiss Company.
Kedua satpam tersebut tampak saling pandang.
“Ada keperluan apa memangnya?” tanya salah satu satpam tersebut.
“Ini obrolan penting. Aku harus bicara langsung dengannya,” jawab Bram.
Kedua satpam tersebut malah tertawa mendengar jawaban dari Bram.
“Kamu tahu nggak siapa Pak Ryan, hah? Kamu pikir bisa seenaknya bertemu beliau, hah?” tanya satpam yang bernama Rido itu.
“Pak Ryan itu CEO, dan beliau tidak pernah menerima tamu gembel sepertimu! Waktu beliau terlalu berharga hanya untuk bertemu dengan kamu yang nggak jelas ini!” kali ini satpam bernama Budi yang menyeletuk.
“Beritahu saja aku di mana ruangannya Ryan! Aku tidak punya waktu meladeni kalian,” ujar Bram, tak peduli.
Jengah dengan sikap arogan Bram, kedua satpam itu pun kini menatapnya dengan benci.
“Pergi kamu dari sini! Pak Ryan sibuk. Kalaupun tak sibuk, dia tak akan mau bertemu gembel sepertimu!” jawab Rido sembari mendorong Bram.
“Sudah miskin belagu pula! Pergi kamu sebelum kuhajar! Dasar orang kampung nggak tahu malu!” ujar Budi.
Tidak terima di perlakukan seperti itu, emosi Bram memuncak. Dia tadinya berniat datang baik-baik. Tapi, demi melancarkan rencananya bertemu Ryan, Bram akan mengabaikan kedua satpam tersebut. Karena bagi Bram, meladeni dua satpam ini hanya akan menghabiskan waktunya saja, sedangkan para petani butuh bantuan secepatnya.
Dia hanya menatap kedua satpam itu dengan tatapan yang tajam. Sesuai misi Kristal yang telah menunggu permasalahan Bram, untuk membangun sengketa tanah di berbeda tempat.
“Heh, malah bengong lagi! Pergi kamu! Perlu kutampar dulu?!” bentak Budi.
Satpam itu lalu mengangkat tangannya, bermaksud menampar Bram, sekuat tenaga.
Melihat pergerakan Budi yang sangat cepat, Bram dengan secepat kilat juga mempersiapkan diri. Bram menahan tangan Budi dengan menggenggamnya erat, bahkan sambil memelintir sedikit tangan Budi sehingga membuat Budi tampak sangat kesakitan.
“Lepaskan tanganku, Bodoh!” teriak Budi yang masih saja menghina Bram, sambil wajahnya meringis menahan sakit di tangannya.
Sedangkan Rido, rekannya, hanya memperhatikan Budi dalam diam.
“Kenapa? Bukannya kamu mau menghajarku?” ledek Bram, yang ia sendiri sudah mempunyai bela diri semenjak misi tiap misi ia jalankan untuk bekal dirinya tidak direndahkan dan dipukuli saat terakhir, mengingat itu.
“Hentikan!” teriak seseorang yang berlari mendekat ka pos satpam, orang itu bernama Dirgha.
“Aku akan menelepon polisi kalau kamu terus berulah di sini!” ujar Dirgha lagi dengan menatap tajam ke arah Bram.
Bram melepaskan tangan Budi dengan kasar, sehingga membuat satpam tersebut terhuyung dan hampir terjatuh ke lantai.
“Kamu siapa? Ada perlu apa datang kemari?” tanya Dirgha sinis sambil menelisik penampilan Bram, dari atas hingga bawah.
“Aku Bram, teman dekatnya tuan Yuda Biman. Dan aku kesini mau bertemu pak Ryan untuk keperluan bisnis!” jawab Bram, tegas.
“Hahaha…, sejak kapan tuan Yuda berteman dengan gembel?” tanya Dirgha.
“Kamu kalau mau berbohong yang masuk akal saja, tidak mungkin tuan Yuda kenal sama kamu. Apalagi mau berbisnis, beli pakaian yang lebih bagus saja kamu tidak mampu!” kembali Dirgha menghina Bram, bahkan kali ini kedua satpam itu ikut kembali menghina penampilan Bram.
“Mungkin dia bermimpi, Pak Dirgha,” sahut Rido.
Bram jengah dengan ketiga orang yang berada di hadapannya tersebut. Sehingga dia mengeluarkan ponsel bututnya, yang kembali memancing tawa ejekan dari Dirgha dan satpam.
“Tuan Yuda, ini aku Bram. Saat ini aku butuh pertolongan dari Anda. Tolong hubungi pak Ryan, CEO Jaya Wiss Company. Aku butuh bertemu dengannya untuk membahas penawaran bisnis seperti yang aku jelaskan kemarin kepada Anda,” ujar Bram, setelah panggilan terhubung.
Namun, Dirgha tidak begitu serta-merta percaya. Baginya, Bram hanyalah berpura-pura agar mendapatkan akses masuk bertemu dengan Ryan.
“Aku tidak bodoh! Memangnya siapa yang percaya sama kamu? Sok kenal dengan tuan Yuda. Beliau tidak akan kenal dengan orang sembarang seperti kamu!” teriak Dirgha sambil tertawa dan diikuti oleh kedua satpam itu yang terus menertawakan Bram.
Tbc.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 297 Episodes
Comments
Imam Sutoto Suro
top markotop lanjut thor
2022-10-20
0
penyuka kucing
Ku rasa orang yang nyepelin bram lahir di tanah sengkete juga 🤣
2022-09-09
0
Abu Vulkanik
Bram kaya raya
2022-09-06
0