Pengantar Box Jutawan
Seorang pria 26 Tahun tengah mengayuh sepedanya begitu cepat kala itu, dengan menghiraukan peluh serta lelah yang di rasanya, pemuda tersebut menyusuri jalan kota dengan sebuah tas berisi makanan yang ingin di antarnya.
Bram, merupakan nama pemuda tersebut, dengan wajahnya yang dapat dikatakan tampan di tambah badannya yang tinggi serta proposional. Segera memarkirkan sepedanya di depan sebuah apartement yang ia rasa tidak asing, dari alamat yang diketahuinya sebagai tempat tinggal dari pemesan makanan dari restoran sayuran fresh tempatnya bekerja.
“Hey, singkirkan sepeda gembelmu dari sana!"
Klakson terdengar kala itu, sebelum pria muda seumuran Bram, keluar dari sebuah mobil SUV dengan warna mengkilap jelas merupakan keluaran terbaru.
Bram, yang sebelumnya baru ingin memasuki apartement, segera menghentikan langkahnya harus berjalan kembali ke arah sepeda miliknya.
Bram mengerutkan dahinya kala itu, sadar bila jalanan masih lenggang di depan apartement. Berpikir mengapa pria tersebut mempermasalahkan sepedanya yang telah terparkir dengan benar, terbukti dari bagaimana ada tanda sepeda di tempat sepedanya terparkir.
“Hey, menunggu apa kau? Cepat singkirkan!"
Pria tersebut, tidak sabar melihat Bram, yang malah diam bahkan setelah seruannya.
Apa yang terjadi di sana, segera menjadi perhatian orang yang lalu lalang. Sehingga bahkan harus membuat satpam yang menjaga apartement tersebut, ikut campur akan situasi tersebut.
Sang satpam dengan segera menghampiri pemilik mobil SUV, sebelum terjadi sedikit pembicaraan diantara mereka.
Di mana setelahnya satpam dengan segera menyingkirkan sepeda milik Bram, dari tempatnya, sebelum membiarkannya dalam kondisi terjatuh dari sana.
“Hey, itu sepedaku. Mengapa memindahkannya secara sembarangan juga membiarkannya terjatuh begitu saja seperti ini." Bram, segera menghampiri satpam saat itu yang baru melempar asal sepedanya.
“Sepeda busukmu ini mengganggu mobil anak pemilik apartement, jangan salah paham nak. Bila kau tidak senang kau bisa pergi saja dari sini."
Ucapan satpam di sana, pada Bram yang hanya bisa menatap tanpa kata.
“Tetapi di mana tempat sepedaku terparkir telah benar, bagaimana bisa kau secara sembarangan melakukan ini." Bram, meminta penjelasan saat itu, jelas tidak mau menerima apa perlakuan yang diterimanya begitu saja.
Pemilik SUV nampak berjalan mendekat saat itu setelah memparkirkan mobilnya di tempat sepeda Bram, sebelumnya berada sembari mendengar pembicaraan yang terjadi antara Bram dengan sang satpam dirinya berjalan dengan senyum di wajahnya.
“Hey gembel, siapa sangka kau begitu menyedihkan hingga menanyakan alasan yang telah jelas apa jawabannya."
Pria tersebut, sebelum menyuruh satpam di sana pergi. Ingin seorang diri mengurus Bram, atau lebih jelasnya mempermalukan.
“Ryan? Kau?"
Bram saat itu, mengenali siapa pria pemilik SUV. Sebagai anak dari pemilik restoran cepat saji tempat dirinya bekerja.
“Hey gembel, baru sadar siapa aku?" Ryan, dengan senyum meledeknya.
Bruk!!!
Sepeda milik Bram, ditendang Ryan saat itu hingga terjatuh, di mana Bram hanya bisa menatap dalam diam. Sadar, tidak akan baik bagi dirinya memperpanjang masalah dengan Ryan cukup mengetahui bagaimana tempramen pemuda tersebut.
“Apa? Kau tidak terima? Kalau begitu sini maju bocah menyedihkan, kenapa hanya diam? Benar seperti itu, tetaplah diam dan terima saja semuanya karena memang itu yang tidak memiliki apa-apa dapat lakukan."
Ryan sebelum melengos memasuki apartement, meninggalkan Bram seorang diri di sana.
Bram hanya bisa menghela nafas panjang saat itu, tidak mengerti mengapa Ryan selalu saja memperlakukannya seperti itu. Padahal kesalahan tidak pernah Bram buat ulah, seperti hal yang dilakukan Ryan padanya, sehingga apa yang Bram terima di rasa ia benar-benar tidak adil, walau tidak dapat berbuat apa-apa untuk itu.
Bram sendiri segera membetulkan posisi sepedanya yang kembali jatuh setelah menerima tendangan Ryan, seraya telinganya mendengar kala itu pembicaraan dari mereka yang sedang berlalu lalang di depan apartement tersebut.
Di mana kebanyakan dari mereka bukan kasihan atau iba melihat perlakuan yang Bram terima dari Ryan, melainkan helaan nafas lega karena Bram lah yang menerima perlakuan itu bukan mereka.
Begitu ditakutinya memang Ryan di sana, di mana sudah menjadi rahasia umum bila Ryan sering mempermalukan seseorang yang tidak di sukanya. Tetapi tidak ada yang bisa korban lakukan, akibat keluarga Ryan yang cukup terpandang serta memiliki kedudukan di mana amat penting di kota tersebut untuk memiliki semua itu.
“Generasi kedua keluarga kaya? Lalu kenapa? Apa itu berarti bisa memperlakukan orang lain seenaknya?" gumam Bram, sedikit tidak setuju akan pendapat mereka yang ada di sana.
Di mana tidak ada satupun dari mereka yang menyalahkan perbuatan Ryan yang jelas salah, memilih lebih menyalahkan nasib buruk yang Bram, miliki sehingga harus menerima perlakuan seperti itu.
Menaiki lift, Bram naik kala itu ke lantai atas apartement tersebut. Dengan berbekal alamat di aplikasi dalam handphone miliknya, akhirnya ia sampai di depan salah satu kamar.
Mengerutkan dahi, Bram mencoba memastikan lagi apa kamar yang ditujunya telah benar sebelum menyadari tidak ada kesalahan di sana.
Satu hal yang membuat Bram amat ragu kala itu, yaitu kamar apartement tempat dirinya berada merupakan tempat tinggal Elea, pacarnya.
“Apa Elea sedang mendapat tamu atau apa, hingga memesan makanan sebanyak ini?"
Bram, sebelum mengeluarkan makanan-makanan di tas khusus miliknya. Seraya berpikir tidak mungkin sepertinya makanan-makanan itu Elea beli untuk dirinya konsumsi seorang diri.
Memencet bel, Bram menunggu kala itu di depan pintu apartement. Sebelum seorang pria membukanya, di mana hal tersebut segera membuat emosi serta kekecewaan besar menyambangi Bram.
Bagaimana tidak, Ryan kini yang ada di dalam apartemen Elea. Belum lagi tidak ada pembicaraan antara mereka terkait apa hubungan pacarnya kala itu dengan Ryan. Segera membuat pikiran jelek menghampiri Bram.
“Yang!!! Apa kau memesan makanan?!!" Ryan dengan senyum kecil, setelah menyadari Bram lah yang datang.
“Aku segera memesannya ketika mengetahui kau akan datang memangnya kenapa......" Elea saat itu, menghentikan ucapannya setelah mengetahui Bram ada di sana.
"Bram, kau kerja sampingan?" ujar Elea.
"Heuuumph! ini pesanan anda, sayuran fresh box, buah dan daging segar." ujar Bram.
Siapa di sana?! mengerutkan dahi seorang pria paruh baya, berambut sedikit putih. Pasalnya ia tahu, dia adalah teman putrinya beberapa waktu ia melihatnya, tapi ia tak menyukainya jika putrinya dekat dengan teman pria sepertinya.
"Ayah, dia Bram. Yang aku ceritakan." ujar Elea.
"Bram, kamu jangan salah paham. Ryan dia datang, karena anak teman ayahku sedang bertamu." jelas Elea menatap Bram.
"Heuuh! tidak ada teman laki laki yang bisa mudah mendekati anak perempuanku satu satunya! Elea masuklah sekarang!!"
"Tapi Ayah..."
"Putriku lulusan oxford kimia. Harus bersanding dengan pria kotor, bau asam. Pengantar box seperti ini. Mustahil aku restui! pergilah, setelah mengantar selesai!" ujar Hermawan berlalu mengajak Elea masuk dengan paksa.
"Kau dengar, Elea akan mudah aku dekati. Karena aku ka-ya! jadi tetaplah menjadi karyawan kumel papaku." ledek Ryan dan berlalu menutup pintu dengan tawa kemenangan.
Beberapa Saat Kemudian.
Bram mengayuh sepedanya saat itu dengan pikiran ruwet, begitu kacau pikirannya. Apalagi bila mengingat bagaimana seseorang yang begitu dicintainya, ternyata memiliki hubungan dengan pria lain selama dirinya bekerja begitu keras mencoba mencari uang.
Walau tidak banyak sebenarnya uang yang Bram bisa hasilkan dari pekerjaannya sebagai pengantar box sayuran dan makanan saji, tetapi setidaknya semua itu Bram hasilkan dari keringatnya sendiri.
Membuat Bram berpikir apakah memang identitas keluarga sepenting itu, bahkan hingga Elea meninggalkannya memilih bersama Ryan, yang telah jelas siapa keluarganya, juga betapa kayanya Ryan.
Karena pikiran yang tengah penuh masalah, Bram tidak sadar kala itu, klakson terdengar keras. Sebelum merasa seperti ada sesuatu yang menghantam sepedanya begitu keras dari belakang.
Membuat Bram terpelanting, sebelum terjatuh dengan badannya yang menyeret aspal meninggalkan luka yang begitu dalam di beberapa bagian tubuhnya.
Lengkap sudah kini seolah penderitaan yang Bram terima, karena bukan hanya dalam tubuhnya saja kini yang terasa sakit tetapi juga luarnya, hasil dari luka yang dirinya terima setelah jatuh dari sepeda.
Bram menoleh kala itu, ingin melihat siapa yang menabraknya. Sebelum melihat sebuah sedan hitam, berhenti sebelum wanita muda keluar dari sana.
Seorang wanita dengan tubuh mulus semampai tanpa celah, dengan wajah yang dianggap Bram begitu sempurna.
Mata yang lebar bewarna kebiruan, serta bibir tipis dengan rambut panjang bewarna perak yang dibiarkan tergerai. Menambah kesempurnaan menurut Bram yang memandangnya.
“Hey kau!!! Aku sudah mengklakson begitu keras tetapi kau bahkan tidak menepi, apa-apaan kau. Kau sengaja karena ingin memerasku ya!!!" Wanita tersebut, memaki Bram yang bahkan belum berdiri dari posisinya.
Tbc.
Yuks simak kelanjutan Bram. Jejak, hadiah dan vote bolehlah.
Author cuma mau jelasin, novel ini sesuai tema system Delivery yang di ikut sertakan sesuai tema lomba. Jadi untuk cerita nganu, romance berlebih memang tidak ada!
Berkomentarlah sebaik mungkin, agar tidak menjatuhkan mental author! Ini adalah novel perdana system author yang setiap misi akan mendapat balasan misterius.
--- Happy Reading All ---
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 297 Episodes
Comments
kutu kupret🐭🖤🐭
perempuan lacuuurrrr 🖕🖕
2023-05-05
0
kutu kupret🐭🖤🐭
keluarga anjiiiiiiiiiing 🖕🖕🖕
2023-05-05
0
kutu kupret🐭🖤🐭
babiii ngepeeet🖕🖕🖕
2023-05-05
0