“Aku adalah Ryan Hartawan bisa membeli showroom ini kalau aku mau!” tantangnya menatap Andi sang manager.
Bram, yang merasa terusir. Ryan terus saja berteriak dengan sombongnya.
Tetapi Andi sang manager sama sekali tak terpengaruh.
“Aku tidak peduli siapa Kamu! Kalaupun Kamu mau membeli mobil, silakan Kalian berhubungan dengan sales kami, bukan malah mengganggu customer kami!” bantahnya.
“Apa katamu? Berani ya kamu--”
“Satpam!” teriak Andi memotong perkataan Ryan. Dia benar-benar kesal melihat Ryan terus membuat kegaduhan.
“Ada apa, Pak Andi?” tanya seorang satpam yang masuk lewat pintu utama, berjalan cepat-cepat ke arah Andi.
“Seret orang ini keluar! Dia mengganggu customer istimewa kita!” perintah Andi, lantang.
Mendengar kata “customer istimewa”, Ryan merasa aneh. Bukankah si customer istimewa itu, kalaupun iya ada, adalah dirinya, bukan Bram? Tapi si manajer showroom itu jelas-jelas membela Bram. Ryan tak mengerti.
Dan saat melihat si satpam itu menuju ke arahnya dengan raut muka tak bersahabat, Ryan sedikit ketakutan. Dengan dongkol, Ryan pun akhirnya memilih untuk pergi saja. Biasanya ia di showroom menemani Elea meski Elea acuh.
“Awas kamu, Bram! Akan kuhabisi kamu saat kita bertemu lagi!” ancam Ryan, lalu menarik tangan Elea dan mengajak perempuan itu pergi.
"Lepas Ryan! Aku sedang bekerja."
Bram, hanya meresponsnya dengan tersenyum angkuh.
“Mohon maaf atas ketidaknyamanan barusan, Pak Bram,” kata Andi, santun.
“Tak apa. Sekarang yang penting mobilku. Aku mau membawanya,” tanggap Bram.
Kebetulan, si sales yang tadi melayaninya tampak berlari-lari menghampirinya.
“Pak Bram, kami sudah menemukan mobil yang Bapak cari,” kata sales tersebut. Elea berusaha profesional atas kekasihnya yang mengambil mobil itu.
Bram, begitu antusias mendengarnya. Dalam pikirannya sudah terbayang dia bisa membuat Ryan jantungan nantinya saat dia menunjukkan mobil itu di hadapannya.
Bersama si sales, ditemani Andi, Bram pun bergegas melihat mobil yang dimaksud.
“Wow!!”
Bram terbelalak, karena takjub saat melihat mobil supermewah itu. Selama ini tidak pernah terlintas dalam pikirannya bahwa dia akan memiliki mobil secanggih dan semewah ini. Setelah menjalankan misi timun emas 100kg yang penuh tantangan.
Sayangnya saat itu Ryan, sudah pergi. Padahal wajahnya pasti lucu sekali saat ini, jika bocah sombong itu masih di sini.
Tapi tak apa. Dia akan mempermalukan Ryan nanti.
Bram, mengamati mobilnya itu sambil menyimak penjelasan Elea, si sales wanita mengenai keunggulan-keunggulan mobil tersebut. Usai menjelaskan, sales tersebut membantu Bram, menyiapkan semua surat untuk ditandatanganinya. Dia sudah bisa membawa mobil supermewah ini ke mana pun dia mau.
Bram menatap Elea, andai bukan di tempat kerjanya mungkin ia sudah menayakan kabarnya, Bram sendiri tidak tahu apa yang terjadi dengan Elea, semenjak mereka memutuskan berhenti akan kisahnya. Yang tau Bram, Elea bekerja dan malamnya ia kuliah.
"Ini mobilmu Bram? Keren. Selamat ya, kamu bisa sukses tanpa aku." lirihnya.
"Thanks Elea. Aku masih belum selesai tugas misiku, maaf jika aku menggantungmu! Tapi percayalah aku selalu berdoa mendoakan keselamatan dan kebahagiaanmu."
Belum sempat Elea membalas, ia hentikan dan mundur mengurus surat lainnya. Tak lama Kristal datang, Elea segera pergi mengurus berkas. Bram terlihat bertanya banyak soal misi sengketa tanah yang kelak ini adalah detik detik misi terakhirnya yang sulit, melebihi misi timun emas 100kg yang Bram ambil langsung dari puncak gunung kongo.
"Sudah pikirkan setelah ini, kau akan lakukan apa?" ujar Kristal, menyadarkan misi Bram.
Sadar dengan Bram, mengendarai mobilnya itu menuju sebuah desa yang terletak cukup jauh. Berdasarkan informasi yang dia dapatkan dari Kristal, di sana sudah ada seorang pria paruh baya bernama Rahmat yang menunggunya. Rahmat adalah salah satu petani yang gelisah memikirkan nasib dirinya dan keluarganya mengingat lahan pertanian di kawasan tersebut, kabarnya akan diambil alih oleh sebuah perusahaan besar yang bergerak di bidang pariwisata.
Sebelumnya, Kristal telah mengatur pertemuan antara Bram dan Pak Rahmat ini melalui sambungan telepon.
Bram akan tiba di rumah pak Rahmat hampir tengah malam. Tampak sekali bahwa kedatangan Bram, sudah benar-benar di tunggu oleh para petani. Mereka langsung berkeluh kesah tentang masalah yang mereka hadapi. Meski lelah, Bram mendengarkan dengan penuh kesabaran. Misinya kali ini adalah menyelamatkan sawah-sawah para petani itu.
Setelah para petani itu pulang ke rumahnya masing-masing, Bram dibiarkan Pak Rahmat untuk beristirahat di sebuah kamar sederhana.
Di sana, setelah cuci muka, dia berbaring di kasur lipat dan mencoba tidur. Tapi dia tak juga bisa tidur. Maka dia pun mulai memikirkan apa yang akan dilakukannya untuk menyelamatkan sawah para petani itu.
Saat ini Bram punya banyak uang, setelah melihat data jumlah para petani yang tanahnya bersengketa, Bram yakin jika dia mampu untuk membeli semua tanah tersebut dengan uangnya, bahkan mungkin bisa lebih. Bram, tersenyum membayangkan hal itu, terbayang di matanya jika dia bisa menyelamatkan puluhan petani yang sangat menggantungkan hidupnya pada sepetak lahan yang akan di ambil alih oleh Jaya Wisata. Rasa puas yang hebat tiba-tiba membanjiri hatinya!
'Aku membantu petani, tapi untukku tanamkan bibit timun emas secara rahasia. Bukankah akan mendatangkan pundi pundi kekayaan lagi. Hidup tentram, dan sudah pasti aku bisa merekrut karyawan delivery box bertalenta sepertiku, dari seorang petani yang megurusnya agar tidak di landa kemiskinan.' batin Bram.
Namun, tiba-tiba, binar di wajahnya meredup. Dalam pikirannya terlintas bahwa orang-orang mungkin tak akan percaya kalau dia mempunyai uang sebanyak itu, karena dia bukan orang yang punya kekuasaan atau semacamnya. Bahkan, orang-orang tidak ada yang mengenalnya.
“Untuk mengalahkan perusahaan tersebut, sepertinya tidak cukup hanya dengan uang. Butuh strategi bisnis,” gumam Bram, dalam hatinya. Dan sialnya dia masih sangat minim pengalaman jika harus beradu strategi bisnis dengan sebuah perusahaan besar--Jaya Wiss Company.
"Lalu dengan apa?" tanya Kristal.
Lalu, Bram teringat sesuatu. Dia teringat seseorang yang pernah menawarkan bantuan kepadanya, dan dia yakin orang itu pasti akan bisa membantunya. Dia mencari-cari sesuatu di dompetnya dan mengambilnya. Dengan ini kemungkinan dia untuk memenangkan sengketa tanah ini naik berkali-kali lipat.
"Ayo kita pergi sekarang!" teriak Bram, dan mereka pamit pada pemilik showroom, setelah semuanya selesai.
Bram melupakan mata Elea yang sedih, yang ia kira Bram telah melupakan kisahnya. Hal itu disadari Kristal sesaat sebelum masuk mobil mewah.
Tbc.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 297 Episodes
Comments
frans sinmiasa
tidk jelas ni cerita, diayad udh melakukan perjalanan dan sudh sampai di desa yg dituju,kog kembali lagi di shoowroom sih. emang part yg nga jelas
2024-01-15
0
Imam Sutoto Suro
good job thor lanjut
2022-10-20
0
Lolita
Duh elea aku juga kok kuliah malem paginya kerja tapi bukan sales mobil. Apa si lea enggak tau kalau bram anak orkay yang pergi cuma bawa kaaanccyuut 🤣
2022-09-06
0