Melodi dan Wildan sudah sampai di apartement Melodi.
"Od aku ke ruang kerja kamu ya" pinta Wildan.
"Ngapain kamu langsung ke ruang kerjaku?" tanya Melodi penasaran.
"Ada yang ingin aku lihat" jawab Wildan.
Wildan langsung berjalan masuk ke ruangan kerja Melodi mengaktifkan komputer dan langsung cek rekaman CCTV.
"Ngapain kamu cek CCTV ku?" tanya Melodi semakin penasaran.
"Aku mau melihat apa yang terjadi dengan Cinta hari ini" jawab Wildan.
Wildan langsung mencari rekaman CCTV hari ini.
"Nah ketemu... " ucap Wildan mulai fokus menonton.
Melodi jadi ikutan melihat karena penasaran dengan apa yang ingin dicari Wildan.
"Kenapa wajahnya" tanya Melodi begitu melihat wajah sedih Cinta saat masuk apartement.
"Sssst lihat aja" perintah Wildan.
Cinta seperti mencari - cari sesuatu di sekitar ruang tamu lalu pindah ke kamarnya lalu keluar lagi dan berkeliling di ruang TV.
Cinta membungkuk, mencari di bawah karpet, dibawah meja. Dibawah sofa dan di balik lemari.
"Sedang apa dia? Seperti sedang mencari sesuatu?" tanya Melodi penasaran
"Udah lihat aja, ribut banget. Aku mau lihat reaksinya" jawab Wildan.
Akhirnya Cinta berhenti di dekat lemari TV. Dia meraih dua lembar kertas kemudian membaca salah satunya dan memeluk kertas satunya lagi sambil menangis.
Wajah Cinta terlihat sangat sedih dan air matanya menetes. Tapi Melodi masih tidak mengerti dan tidak bisa melihat dengan jelas kertas apa yang sedang dipeluk Cinta.
"Apa itu?" tanya Melodi.
"Kemarin waktu aku ke sini aku menemukan foto keluarga di ruang TV. Aku yakin itu punya Cinta makanya aku letak di atas meja TV dan aku kasih pesan. Sudah aku duga benda itu pasti sangat berharga" ungkap Wildan.
"Sebuah foto kamu bilang berharga?" tanya Melodi.
"Ya bukan sembarangan foto Od. Itu foto keluarganya, kamu lupa kalau dia itu anak yatim piatu. Aku lihat itu foto kecilnya bersama kedua orang tuanya. Fotonya tampak sudah lecek mungkin karena terlalu sering disentuh" jawab Wildan.
Melodi terdiam, dia kembali teringat kisah hidupnya. Dia juga anak yatim piatu dan foto keluarganya dia pajang di meja kerjanya di kantor dan di ruang kerjanya ini.
Sesuatu yang sangat berharga yang dia simpan di tempat - tempat tertentu agar tidak semua orang bisa melihatnya. Foto bahagianya bersama kedua orang tuanya. Tujuh tahun yang lalu tepat seminggu sebelum terjadi kecelakaan yang menyebabkan kematian kedua orang tuanya.
Melodi melirik foto keluarganya. Saat ini dia masih sangat menikmati masa - masa remaja seperti anak remaja pada umumnya. Dia hanya belajar, bermain dan meminta uang sesukanya kepada orang tuanya.
Tidak pernah terpikirkan olehnya kalau hidup ini pahit dan kejam. Yang dia tau dia bahagia, punya keluarga yang sempurna dan kaya.
Tapi seminggu kemudian baru Melodi terhentak di lantai paling rendah dalam hidupnya. Kenyataan pahit dihari yang sama dia harus kehilangan kedua orang tuanya.
Saat itu dia baru saja pulang dari kampus bersama Wildan. Mereka sedang main PS bersama tiba - tiba asisten rumah tangganya memanggilnya dari lantai bawah dengan suara yang sangat panik.
Flashback On
"Den Odiiiii... Den Odii.... " panggil Bik Sum.
"Od, sepertinya ada yang memanggil kamu" ujar Wildan.
"Ah mana ada, kalau mereka perlu padaku mereka pasti akan datang ke kamar ini langsung" jawab Melodi tanpa menghiraukan panggilan Bik Sum dari bawah.
"Den Melodiiiii... " Panggil Bik Sum lagi.
"Od beneran aku mendengar suara seseorang memanggil kamu. Coba deh kita berhenti sebentar" ujar Wildan.
Mereka mem pause kan game dan mencoba berkonsentrasi mendengarkan suara dari luar kamar.
"Den Odiiiii" panggil Bik Sum sambil berteriak.
"Eh benar, itu suara Bik Sum. Ada apa dia teriak - teriak begitu? Biasanya dia gak pernah begitu?" tanya Melodi penasaran.
Dia segera bangkit dari tempat duduknya dan berjalan keluar kamar di susul Wildan dari belakang.
"Ada apa Bik?" tanya Melodi sambil berteriak juga.
"Den cepetan turun. Ada telepon penting, katanya dari kantor polisi" jawab Bik Sumi.
Melodi dan Wildan saling pandang, mereka semakin mempercepat langkah mereka turun kebawah melalui tangga. Hingga akhirnya mereka berada di hadapan Bik Sum yang terlihat bergetar.
"Ada apa Bik?" tanya Melodi takut.
"A.. ada telepon Den katanya dari polisi" jawab Bik Sum gugup.
Melodi meraih ponsel dari tangan Bik Sum.
"Ya halo" ucap Melodi.
"Selamat malam Pak, apa benar ini anaknya Bapak Sanjaya?" tanya pria dari seberang.
"Ya benar saya sendiri" jawab Melodi.
Jantungnya berdetak dengan kencang sekali.
"Saya dari kepolisian ingin mengabarkan kepada Bapak, sekitar lima menit yang lalu telah terjadi kecelakaan di Jalan XXX. Dimana dari pemeriksaan kami pemilik mobil bernama Bapak Sanjaya. Beliau juga yang berada di dalam mobil bersama istrinya" lapor Pak Polisi.
"A.. apa? Papa dan Mama kecelakaan? Ba.. bagaimana keadaan mereka?" tanya Melodi terkejut.
Bik Sum sudah mulai meneteskan air matanya. Wildan memegang bahu Melodi mencoba memberikan kekuatan.
"Mohon maaf Pak, Bapak Sanjaya dan istri meninggal dunia di lokasi kejadian kecelakaan dan saat ini mereka sudah dibawa ke Rumah Sakit XXX. Silahkan Bapak langsung datang ke Rumah Sakit" jawab Pak Polisi.
"A.. apa? Pa.. Pa.. dan Ma.. Ma.. mening.. gal?" tanya Melodi mulai menangis.
Telepon yang dia pegang lepas dari genggaman tangannya. Melodi langsung lemas dan dipegang kuat oleh Wildan. Wildan langsung mengambil alih telepon.
"Halo Pak saya keluarga Bapak Sanjaya. Dimana keberadaan Bapak dan Ibu Sanjaya?" tanya Wildan.
"Mereka dibawa ke Rumah Sakit XXX" jawab Polisi lagi.
"Baik Pak, kami akan segera kesana" jawab Wildan.
Telepon terputus.
"Di.. ayo kita ke Rumah Sakit" ajak Wildan.
"Papa dan Mama Wil, me.. reka... sudah meninggal... " ucap Melodi sambil menangis.
"Kamu tenang dulu, kita harus memeriksa kebenarannya" ujar Wildan.
Wildan membawa Melodi ke luar rumah di dampingi oleh Bik Sum dan supir pergi menuju Rumah Sakit. Sesampainya mereka di sana sudah ramai polisi dan para perawat di UGD.
Wildan melihat ada empat jasad yang sudah terbaring di UGD Rumah Sakit. Keempat jasad tersebut dinyatakan sudah meninggal di lokasi kejadian kecelakaan.
"Ma.. mana Papa dan Mamaku?" tanya Melodi sambil menangis.
"Bapak dari keluarga mana?" tanya Polisi.
"San.. Sanjaya Pak" jawab Melodi.
"Keluarga Bapak Sanjaya, silahkan Pak. Ini Bapak dan Ibu Sanjaya" ujar seorang dokter.
Melodi langsung lemas saat melihat tubuh kedua orang tuanya sudah kaku diatas tempat tidur dan sudah tidak bernyawa lagi.
"Papa... Mama Aaaaa" teriak Melodi.
Tangisnya semakin pecah ketika melihat tubuh kedua orang tuanya sudah tak bergerak lagi.
"Jangan tinggalkan aku Pa.. Ma... Mengapa kalian sekejam itu padaku. Mengapa kalian pergi meninggalkan aku sendiri?" teriak Melodi.
"Odi.. kamu tenang Od. Odi jangan menangis. Kamu harus kuat" Peluk Wildan.
"Tuaaaan... Nyonya... " tangis Bik Sum juga pecah.
"Papa.. Mama... mengapa kalian tidak membawa aku bersama kaliaaaaan? Mengapa kalian pergi tinggalkan aku sendiri?" teriak Melodi histeris.
Flashback Off
Tangan Melodi mengepal geram. Tanpa sadar Melodi menggebrak meja kerjanya.
"Od.. kamu kenapa?" tanya Wildan terkejut.
.
.
BERSAMBUNG
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 274 Episodes
Comments
siccasiccasic
Melodi sama Cinta selisih brapa taun ya thor? Cuman taunya kalo ortunya Melodi meninggal pas dia kuliah, sedangkan Cinta umur 7 tahun pas ditinggal ortunya.
2023-01-04
1
Sarah
kirain aq keluarga melody kecelakaan karena sabotase,,,,ternyata kecelakaan murni,tp kok kenapa ody dendam sama orang yg sudah meninggal ya,padahal kan ortunya cinta juga sama sama meninggal dlm kecelakaan itu,aneh🙄
2022-08-28
1
Sugiharti Rusli
kira" apa hubungannya ya si Odi mo balas dendam
2022-08-18
1