Di siang hari yang terik, kediaman Gu masih ramai seperti biasanya. Apalagi setelah tadi pagi ada beberapa pengusaha besar yang mengadakan pertemuan dengan Tuan Gu. Orang-orang tambah disibukkan dengan itu.
Tapi tidak dengan kedua bocah tengil itu, Zhi Yuo dan Xie Jia. Mereka melarikan diri dari pekerjaan, dengan Zhi Yuo sebagai dalang disini. Ia menghasut Xie Jia untuk bolos bekerja sehari saja dan ia bilang akan mengajak Xie Jia bermain. Xie Jia yang masih polos menyanggupi hal itu dan mereka berdua meminta Yan Yan untuk tutup mulut soal mereka yang bolos bekerja.
Tentang Lin Mei? Entahlah, mereka berdua tidak melihatnya sejak tadi. Biasanya Lin Mei sudah membentak mereka dan menyuruh mereka bekerja.
Mereka berdua bersembunyi di gudang, dengan kondisi yang gelap hanya ada cahaya yang masuk merambat lewat jendela rapuh. Xie Jia membawa selimut dari kamarnya, duduk berhadapan dengan Zhi Yuo dan menutup tubuh mereka dengan selimut.
Ruangan yang tadinya sudah gelap tambah gelap karena Xie Jia menutup akses pencahayaan dengan kain.
Ini seperti bermain tenda di hutan.
"Waktu itu ada monster sebesar ini, giginya runcing dan kukunya tajam. Ia mengejarku sampai ke perkumpulan budak." Zhi Yuo bercerita. Dengan ekspresi yang menghayati juga tangan yang bergerak sesuai cerita yang ia gambarkan, menambah kesan horor yang kelam.
Xie Jia menutup mulutnya dengan takut, "Lalu? Apakah monster itu melukaimu?"
Zhi Yuo terkekeh setelah mendengar itu. Ia menepuk dadanya dengan bangga, "Tentu tidak, aku menendang wajahnya sampai dia menangis ketakutan."
Xie Jia menepuk tangannya dengan girang, Ia mengira Zhi Yuo sangat keren ketika melawan monster besar yang ia ceritakan itu. Xie Jia ketagihan dengan cerita kepahlawanan Zhi Yuo.
Sementara yang bercerita hanya bisa tertawa geli dalam hati.
"Padahal aku cuma berimajinasi, tapi bocah ini percaya saja padaku."
"Ada cerita lain?" Xie Jia menagih cerita selanjutnya. Sudah lima cerita yang Zhi Yuo ceritakan padanya. Dan itu cukup seru untuknya.
Zhi Yuo sedikit berpikir sebentar sebelum akhirnya ia menjentikkan jari karena memiliki imajinasi yang cukup bagus.
"Aku punya cerita yang cukup seram, jadi dengarkan baik-baik."
Xie Jia menegup ludahnya kasar, dengan lutut yang dipeluk ia mengangguk kecil. Keduanya hening, sementara Zhi Yuo menarik nafas untuk memulai cerita.
"Jadi, suatu hari aku-"
"Hei kalian!"
Xie Jia menjerit histeris, ia melempar selimut dan berlari ke pojok ruangan dan meringkuk. Sementara Zhi Yuo menatap Yan Yan yang baru saja mengagetkan mereka dengan tampang malas.
Yan Yan berdecak, ia mengambil selimut yang ada di lantai, "Sedang cerita seram rupanya? Kenapa kalian harus lari dari pekerjaan sedangkan tugas kalian banyak?".
Zhi Yuo melambaikan tangannya dan tersenyum remeh, "Nanti saja."
Yan Yan mendengus, melirik Zhi Yuo dengan tajam. Setelahnya ia melipat selimut dan meraih saku pakaiannya.
"Aku membawakan kalian makan siang, ada sisa roti dan sayur. Aku hanya membawakan kalian roti. Makanlah ini."
Zhi Yuo menaikkan alisnya, menatap telapak tangan Yan Yan yang terdapat dua buah roti putih mulus disana. Keduanya terlihat empuk meskipun dingin.
Xie Jia yang mendengar kata 'makan siang' segera berlari ke arah mereka, dengan cepat ia memberikan tatapan berkaca-kaca.
"Kak Yan Yan, terimakasih!" Ia berkata dengan gembira.
"A-Yuo, ambillah satu." Yan Yan menyodorkan satu roti lagi.
Zhi Yuo terdiam ketika ia melihat Xie Jia memakan lahap roti yang ada di tangannya. Mungkin sebentar lagi roti itu sudah habis sekali makan.
Entah mengapa, ia jadi teringat Chang Yu. Melihat anak-anak yang masih polos seperti Xie Jia, membuat memorinya melayang ke masa lalu.
Lupakan! Ia tidak mau mengingat itu lagi!.
Zhi Yuo mengambil roti dari tangan Yan Yan, mengucapkan terimakasih lalu memakannya dengan perlahan. Rasanya tawar, Zhi Yuo hampir tidak pernah memakan makanan dengan rasa seperti ini.
Di sekte, makanan melimpah. Jadi ia tidak kekurangan apapun ketika tinggal disana. Tapi ketika ia melihat kebawah dan mendapati rakyat miskin dan budak-budak miskin seperti dirinya sekarang, hatinya jadi tersentuh.
Dulu ketika ia ada di puncak kejayaan, kenapa ia tidak memiliki perasaan sedikitpun untuk membantu mereka? Hidupnya hanya di penuhi dengan pelatihan, kultivasi, dan bela diri.
Setelah menjadi salah satu orang terkuat dalam dunia kultivasi, Zhi Yuo menjadi orang yang individual. Ia jarang bergabung dengan yang lain.
Kesibukan demi kesibukan ia jalani sendirian, tanpa ia menoleh kebelakang memperhatikan banyaknya orang yang kesusahan.
"Hidupku selama ini tidak ada artinya."
"Kak Yuo.."
Zhi Yuo tersadar dari lamunannya, menoleh dengan cepat ke arah Xia Jia.
Gadis kecil itu tersenyum malu-malu, ia menunjuk roti yang ada di tangan Zhi Yuo.
"Apakah aku boleh memakannya? Kak Yuo tidak memakannya dari tadi."
Zhi Yuo terdiam lagi, sedikit kaget ketika ia baru saja sadar dari ingatan masa lalunya. Ia menatap tangannya sendiri, rotinya masih utuh, hanya ada beberapa gigitan disana.
Xie Jia memintanya karena ia merasa kurang. Zhi Yuo tersenyum, ia memberikan roti itu untuk Xie Jia.
Xie Jia tersenyum senang, ia langsung melahap roti itu. Tubuhnya memang kurus dan mungil, cukup memprihatinkan. Apa senior lain tidak mengurusnya sedimikian rupa sampai-sampai ia sering kelaparan begini?.
Zhi Yuo mengelus surai panjang Xie Jia, "Makanlah yang banyak."
Xie Jia berhenti dari aktivitas makannya, menatap manik Zhi Yuo. Senyum lembut mengembang dari bibirnya. Dan itu membuat Xie Jia merasakan kehangatan di dadanya.
Xie Jia tersenyum lebar, ia terus memakan makanannya sampai habis. Dan itu membuat Zhi Yuo senang. Melihatnya makan sampai habis di penuhi kebahagiaan.
"Memangnya Kak Yuo tidak lapar?" Xie Jia bertanya dengan mulut penuh, pipinya sampai terisi dan terlihat bulat.
Zhi Yuo terkekeh, jemarinya mencubit pipi Xie Jia.
"Aku belum lapar, nanti saja makannya."
Bohong, sebenarnya Zhi Yuo lapar tapi ia tidak nafsu untuk makan. Lebih baik ia mencoba untuk puasa? Mungkin lebih sulit.
"Oh, Kak Yuo jika memakai pakaian perempuan kamu terlihat cantik. Tapi jika berpakaian seadanya dengan penampilanmu begini, kamu malah terlihat lebih tampan." Xie Jia berkata dengan nada polos.
Zhi Yuo berdeham, ia melirik kesana-sini dengan senyuman yang tidak bisa lepas dari mulutnya.
Sudah lama tidak dipuji begini membuatnya salah tingkah betulan.
"Terimakasih, lagi pula aku akan mengubah kebiasaanku memakai pakaian perempuan sekarang."
Xie Jia mengangguk, lalu terkikik geli ketika melihat wajah Zhi Yuo yang salah tingkah ketika dipuji.
Tapi kenyataannya begitu, Xie Jia tidak bohong bahwa Zhi Yuo memang cukup tampan.
Memakai pakaian sederhana begini ia terlihat tampan, apalagi memakan pakaian mahal? Pasti terlihat seperti pangeran kerajaan. Sayangnya, nasibnya yang malang ini menjadi seorang budak.
"Oh ya, ada yang mau ku tanyakan padamu." Zhi Yuo membuka pembicaraan.
"Menurutmu Nona Gu Fei itu orang yang seperti apa?" Zhi Yuo mulai bertanya.
Xie Jia berpikir sebelum menjawab, "Ku pikir dia sangat cantik, bahkan di usianya yang sudah menginjak 40 tahun ia masih terlihat muda. Juga, ia sangat menyayangi Tuan Gu sampai sering membawakannya obat."
Zhi Yuo mengangguk, "Tapi mereka berpisah rumah?".
" Ya, tapi Nona Fei tetap perhatian pada Tuan Gu, ia tetap membawakannya obat seminggu sekali." Jawab Xie Jia.
"Hei, apakah disini tidak ada tabib? Kenapa harus membawakan obat jauh-jauh?" Zhi Yuo bertanya lagi.
"Tabib tidak di perbolehkan disini, waktu itu ada tabib yang datang kesini atas panggilan dari Yan Yan yang khawatir akan kesehatan Tuan Gu yang terus menurun. Lin Mei mengusir tabib itu dan sampai sekarang tidak ada tabib yang diperbolehkan masuk kesini."
Lama-kelamaan terasa aneh, Zhi Yuo berusaha mengulas ini semakin dalam.
"Jadi, Tuan Gu hanya meminum obat dari istrinya? Apakah itu atas anjuran dari tabib?".
Xie Jia menggeleng, "Tidak tahu, yang pasti katanya itu obat bagus yang manjur asalnya dari luar kota. Tapi anehnya kenapa Tuan Gu belum sembuh padahal itu obat bagus."
Zhi Yuo terdiam, ketika menemukan kejanggalan pada cerita Xie Jia ia mulai tersenyum lebar bak iblis.
"Oh, aku jadi makin penasaran. Sepertinya ada permainan catur di keluarga ini."
.
.
.
-*****Bersambung*****-
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 29 Episodes
Comments
Dzikir Ari
semoga Tuan Gu...bisa sembuh
2023-06-17
0