"Kakak...?"
.
.
.
Zhi Yuo sama sekali tidak percaya dengan apa yang ia lihat didepan matanya sendiri. Ia bahkan menggelengkan kepalanya berkali-kali, berharap itu cuma imajinasinya belaka. Tapi tidak, kakak seperguruannya itu tetap berdiri tak jauh darinya. Tidak bergerak dari tempatnya, bagaikan patung yang berdiri dengan kokoh. Punggungnya tegap seperti biasa, menggambarkan jelas sosoknya ketika ia masih hidup.
Zhi Yuo ingin mundur beberapa langkah, tapi dia tidak bisa melakukan itu. Tubuhnya terpaku disana, menatap kakak seperguruannya itu dengan pandangan terkejut.
Disaat ia sedang merasa diambang kebingungan, Kakak seperguruan tersenyum tipis padanya, melangkah dengan perlahan penuh dengan wibawa ke arahnya. Ketika ia sampai didepan Zhi Yuo, ia menepuk pundak adik seperguruannya itu dengan perlahan.
Dengan wajah yang tetap tersenyum ia menyapa, "Zhang Yuan, bagaimana kabarmu selama ini?".
Zhi Yuo diam di tempat, tidak menjawab sepatah katapun. Matanya bahkan tidak berkedip semenjak kakaknya datang ke hadapannya. Ia juga baru menyadari, tubuhnya kembali seperti semula. Ini adalah tubuh Zhang Yuan, bukan Zhi Yuo.
Zhi Yuo seakan kembali di masa ia sedang berjaya dulu. Tubuhnya yang tinggi kekar, bahkan melebihi kakaknya sendiri. Dengan punggung yang lebar dan tegap ia berdiri disana, seakan-akan ia telah kembali ke kehidupannya yang lama. Pakaian sekte yang melekat pada tubuhnya terlihat bersih dan rapih.
Kakak seperguruan merasa tidak ada jawaban dari adiknya lekas tambah tersenyum lebar. Ia terkekeh, "Jangan kaget begitu, aku hanya menanyakan kabarmu."
"Aku... aku baik-baik saja, " Zhi Yuo akhirnya menjawab walau sedikit terbata-bata.
Ia menghindari pandangan kakak seperguruannya, entah apa yang ia sembunyikan ia tidak tahu. Tapi yang jelas, tatapan penuh penyesalan dan kesedihan terlihat jelas di matanya, tidak dapat disembunyikan.
Senyum lembut dari kakak seperguruan tiba-tiba sirna. Ia tahu jelas kalau adiknya ini masih memiliki perasaan bersalah pada dirinya maupun pada yang lain saat peperangan melawan dunia bawah. Walaupun itu sudah terlewat, tapi tetap saja penyesalan itu tidak bisa dihilangkan begitu saja.
Kakak seperguruan mengangkat tangannya, mengelus surai hitam legam Zhi Yuo dengan penuh kelembutan.
Dengan senyuman mengembang ia berucap, "Jangan menyesali apapun yang telah terjadi, fokuslah pada tujuanmu yang sekarang. Kami akan terus mendukungmu."
Zhi Yuo yang tadinya mengalihkan pandangan dari mata kakaknya secara langsung kembali menatapnya. Rasa sesak menjalar sampai ke dadanya lalu tenggorokannya. Rasa sedihnya kian menambah ketika melihat senyuman kakak seperguruan, tersirat rasa kasih sayang yang amat besar dari sana. Zhi Yuo, walaupun ia sedang merasakan kesedihan yang begitu menyakitkan sekarang, ia tidak mungkin menangis.
Seorang pria sejati tidak mudah menangis, dan seseorang yang selalu mengayunkan pedangnya di garda depan akan selalu bersemangat sampai akhir.
Dirinya tetaplah Zhang Yuan, yang harus tetap tegar di saat apapun.
Zhi Yuo tersenyum lebar demi menghalau rasa sedihnya. Ia menikmati setiap elussan lembut tangan hangat kakak seperguruan di kepalanya. Ini sudah biasa, bahkan ini adalah hal yang sering dilakukan kakak seperguruan terhadapnya sebagai rasa kasih sayang yang hangat.
Dan Zhi Yuo merindukan setiap kasih sayang yang diberikan padanya. Entah dari kakak seperguruannya atau teman-temannya.
"Zhang Yuan, apa kau mengingat pedang apa yang ku berikan untukmu setelah kamu lulus ujian kultivasi?".
Zhi Yuo diam, mencerna setiap pertanyaan kakaknya.
" Uh.. Ya? maksudmu pedang bulan ku?".
Kakak seperguruan mengangguk, "Kau tentu mengingatnya dengan jelas karena itu merupakan senjata terakhirmu saat melawan raja iblis."
Kemudian ia tersenyum, "Dan pedang dengan kekuatan spiritual pertama yang kamu punya, aku memberikannya padamu."
"Dan ingatlah bahwa aku menuliskan namamu pada pedang itu, aku menuliskannya dengan mantraku agar pedang itu tetap abadi. Pedang itu mengandung kekuatan spiritual luar biasa yang bahkan ketika pemiliknya sudah mati, ia akan memanggilnya kembali ke dunia." Lanjutnya.
Zhi Yuo terdiam, mulutnya terbuka sedikit. Ia termenung, berusaha mencerna setiap kalimat yang di ucapkan kakak seperguruannya itu.
Kakak seperguruan melanjutkan, "Setiap perasaan di dalam dirimu akan mengalir pada pedang itu. Selagi kamu memiliki niat bahkan ketika kamu diambang kematian, kamu akan terlahir kembali karena pedang itu menunggumu untuk menjalankan niat dan janji yang kamu harus tepati."
Kakak seperguruan menatap mata Zhi Yuo dengan tajam, "Apakah kamu memiliki janji atau niat yang kamu ucapkan sebelum mati?."
Zhi Yuo menatap balik kakaknya, dengan ingatan yang berkeliaran ia mencoba mengingat janji apa yang ia ucapkan sebelum ia terbunuh. Setelah lama mengingat, ia akhirnya menemukan jawabannya.
"Niatku adalah menghabisinya!" Zhi Yuo merasakan perasaan yang sulit diartikan ketika ia mengucapkan kata-kata itu. Aliran darahnya semakin mengalir deras, jantungnya berdetak dengan cepat, kemarahan bergejolak dari dalam dirinya.
Ketika ia mengingat bahwa walaupun ia akan mati, maka rohnya akan tetap bertarung sampai akhir.
Apakah itu adalah niatnya? Niat yang tersalurkan pada pedangnya sendiri?.
Kakak seperguruan yang mendengar itu tersenyum, "Maka jalankan niatmu."
Ia menjauhkan dirinya pada Zhi Yuo, kemudian mendorongnya dengan satu dorongan.
"Semoga kita bisa berkumpul kembali, Zhang Yuan."
.
.
.
"KAU BAHKAN BELUM BANGUN?! DASAR PEMALAS! TIDAK PUNYA RASA BERSYUKUR KAMU SUDAH DIBERI TEMPAT TINGGAL?!!"
Zhi Yuo membuka matanya perlahan, tubuhnya tidak lagi ada di dahan jendela, ia telah terjatuh ke lantai kayu yang dingin. Zhi Yuo mengucek matanya, mendapati dirinya tidak sendirian sekarang. Sinar matahari merambat lewat jendela, menyinari wajahnya yang masih terlihat kumal.
"S-senior Lin, kumohon.. jangan marahi kakak Yuo..." Terdengar suara Xie Jia tidak jauh darinya.
"DIAM!" Lin Mei membentak, membuat nyali Xie Jia ciut seketika.
Tiba-tiba saja Yan Yan datang dengan terburu-buru. Ia berusaha menenangkan Lin Mei yang sekarang sudah berada di puncak amarahnya. Lin Mei tidak memperdulikan setiap perkataan dan permohonan dari Xie Jia dan Yan Yan. Ia memilih untuk menghampiri Zhi Yuo dan menjambak rambutnya.
Zhi Yuo yang masih terkapar dengan mata mengantuk merasakan sensasi terbakar pada rambutnya. Lin Mei menarik rambutnya, mendekatkannya pada wajahnya.
Dengan gigi bergemeletuk ia menggeram, "Kau benar-benar kurang ajar! Kalau mau tidur lama, cepat mati saja sana!".
" Senior Lin! Jangan lakukan itu! Kumohon!" Xie Jia mulai menangis, ia memeluk kaki Lin Mei dan terus memohon, "Lebih baik tampar aku saja! Jangan sakiti Kak Yuo!".
Yan Yan yang ada di belakang mereka semua ikut memohon, " Tolong lepaskan anak itu Senior Lin, dia masih terlalu baru disini. Mungkin kita bisa membimbingnya dengan baik..".
Bukannya mendengarkan permohonan mereka dan melepaskan jambakannya dari Zhi Yuo, ia malah makin menggebu hendak menampar Zhi Yuo. Tapi belum sempat tangannya mengenai pipi Zhi Yuo, seekor bangkai tikus jatuh di atas rambutnya.
Lin Mei menjerit histeris, ia melepaskan Zhi Yuo saat itu juga. Ia berlari ke belakang, melempar bangkai tikus itu dengan jijik. Rambutnya sekarang sedikit berbau busuk. Betapa jijiknya ia ketika melihat bangkai tikus itu terlempar tak jauh dari sana, dan munculah gerombolan tikus lain memakan temannya yang mati.
Ruangan jadi hening seketika saat Zhi Yuo tiba-tiba bangkit. Dengan kepala yang menunduk ia menangkap satu ekor tikus hidup yang lewat di hadapannya.
"Ah..Untungnya aku menyiapkan ini sejak malam, banyak sekali tikus disini."
Semuanya terdiam, termasuk Lin Mei yang masih gemetaran terlebih melihat tingkah Zhi Yuo. Zhi Yuo berdiri jauh disana, dengan pandangan menunduk namun jelas menatap tajam ke arahnya, ia menyodorkan tikus hidup itu pada Lin Mei.
Ia berkata dengan nada dingin,"Aku memang peduli pada wanita, menganggap mereka patut dilindungi. Tapi baru kali ini aku bertemu wanita sepertimu."
"Merepotkan, rasanya ingin ku tebas saja sekalian."
.
.
.
-Bersambung-
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 29 Episodes
Comments
Dzikir Ari
Kereeeen
2023-06-17
0