Sebatas Balas Budi

Yuhi mungkin secara random memilih Chenle sebagai calon suaminya meskipun gadis itu sempat memperhitungkan seberapa kaya lelaki yang kini menjadi suaminya.

Tapi Yuhi sama sekali tidak tau kalau Chenle memiliki banyak pengagum dan populer di kampus. Ini cukup beresiko untuknya.

Pagi ini ketika dia keluar dari mobil Chenle, beberapa mahasiswi memberikan tatapan tajam ke arahnya. Yuhi yang memang tidak memiliki teman menjadi semakin terpojok dengan keadaan.

"Tunggu aku disini saat pulang." Itu pesan Chenle padanya sebelum lelaki itu mengusap kepalanya dan pergi ke arah lain.

Yuhi menunduk, menghindari tatapan membunuh para pengagum Chenle yang mengikutinya sepanjang lorong.

Gadis itu menghela napas kasar, beberapa minggu lalu tidak ada yang berani mendekatinya karena dia putri keluarga Naka tapi begitu dia dekat dengan Chenle, gadis-gadis disini berubah menjadi bar-bar.

"Aku tidak peduli seberapa kejam kepala keluarga Naka itu, tapi jika kau berani mendekati Chenleku, kau akan habis di tanganku." Bisik seorang gadis yang tidak sengaja berpapasan dengannya, ah... tidak, sepertinya dia memang segaja menghampiri Yuhi.

Yuhi tidak suka keributan meskipun di tindas juga tidak menyenangkan, tapi gadis itu memilih melanjutkan perjalanannya tanpa melakukan pembelaan apapun.

Chef Lee sudah berdiri di depan ketika Yuhi sampai di kelasnya yang terlihat seperti dapur ini. Beberapa tumbuhan asing berjejer di depannya. Sesuai tema hari ini dia akan mempelajari tentang aneka rempah yang biasa di pakai dalam masakan eropa.

Beberapa daun terlihat akrab dimata Yuhi, seperti rosemary dan marjoram namun tumbuhan lain tampak sangat asing.

Chef Lee memulai penjelasannya untuk membedakan mereka dari bentuk dan aromanya juga masakan apa saja yang bisa di kombinasikan dengan itu.

Kelas berakhir lebih cepat hari ini karena tidak ada tugas memasak dari Chef Lee dan hanya belajar tentang rempah saja. Yuhi bisa bebas berjalan di sekitaran lapangan terbuka hari ini sembari menikmati roti lapis dan ice latte nya.

Sebuah pertandingan sepak bola sederhana rupanya sedang berlangsung di lapangan kampus. Yuhi sedikit terkejut melihat ada Chenle yang ikut di permainan itu dan juga ada Jemian sebagai satu-satunya teman yang dia kenal di kampus. Mereka tampaknya bermain dengan mahasiswa jurusan olahraga disana.

Wajah Chenle tidak se-serius biasanya, lelaki itu tersenyum dan menikmati jalannya pertandingan. Meskipun ini hanya pertandingan main-main saja tapi penontonnya cukup banyak terutama dari kalangan wanita. Sudah jelas kan mereka datang bukan untuk melihat sepak bola melainkan cuci mata.

Dari wajah pemain yang tidak asing bagi Yuhi, ada Jo salah seorang seniornya di jurusan olah raga, dan juga Juan si anak teknik mesin. Kedua orang itu sangat populer di kampus. Hal lain yang baru saja Yuhi sadari tadi pagi kalau Chenle juga ternyata populer di kampus.

Jika di lihat lagi orang cina yang menjadi suaminya itu lumayan tampan juga. Kulitnya putih bersih bahkan lebih putih dari kulit Yuhi, wajah Chenle terlihat tegas tapi juga manis dan imut di saat bersamaan. Selain itu Chenle juga memiliki perilaku yang baik pada semua orang.

'Ahh kenapa dia terlihat semakin tampan.' Gumam Yuhi. Dulu saat pertama bertemu, Chenle terlihat biasa saja di matanya. Semakin lama mengenal lelaki itu semakin Yuhi mulai terjerat pesonanya.

Yuhi tidak sadar kalau Chenle diam-diam juga meliriknya. Chenle meminta waktu break sejenak untuk sekedar menghampiri Yuhi.

"Kau sudah selesai?"

Yuhi agak terkejut ketika Chenle tiba-tiba ada di depannya.

Yuhi mengangguk,

"Pulanglah duluan, aku masih ada pekerjaan setelah ini. Aku akan meminta supir untuk menjemputmu." Chenle seenaknya menyerobot ice latte miliknya.

"Pekerjaan apa?"

"Hanya hal kecil, aku tidak akan pulang larut. "

*******

Chenle sampai di rumahnya setelah ia menyelesaikan serangkaian urusan tentang pembangunan cafe barunya. Lelaki itu tampak lelah dan sedikit mengantuk.

Yuhi sudah tidur ketika Chenle masuk kamar, padahal ini masih jam 7 malam. Masih terlalu sore untuk anak muda seperti mereka tidur.

Chenle menghabiskan 10 menitnya untuk mandi lalu bergabung dengan Yuhi di ranjang setelah memakai kaos dan celana pendeknya. Posisi Yuhi miring menghadapnya dengan pipi yang tergencet bantal hingga membuat bibirnya sedikit mengerucut.

Chenle tidak bisa menahan senyumannya ketika melihat itu.

Chenle merendahkan tubuhnya, kepalanya condong ke arah Yuhi. Tatapannya tidak terlepas dari bibir plum tebal milik gadis itu. Jika dilihat dengan saksama, bibir itu memang mirip dengan milik Yuta bahkan sama persis. Tipe-tipe bibir yang kissable sekali.

Chenle sedikit menegang ketika jarak wajahnya hanya tinggal beberapa senti saja dengan Yuhi, namun saat ujung hidung mereka mulai bersinggungan, kedua kelopak mata Yuhi yang awalnya terpejam itu mendadak terbuka lebar. Gadis itu menegang begitu juga dengan Chenle yang membeku di tempatnya.

Tidak ada kata yang terucap di antara keduanya selain tatapan mata yang saling bicara.

Yuhi mengerti situasinya tapi dia tidak mengerti kenapa dia harus memejamkan mata seolah dia memberikan lampu hijau pada Chenle. Sementara Chenle yang melihat reaksi Yuhi justru tersenyum tipis dan kembali bergerak semakin dekat.

Kedua bibir mereka bertemu, ini bukan pertama kalinya untuk Chenle, tapi ini adalah yang pertama bagi Yuhi.

Chenle tidak cukup puas dengan hanya sebuah kecupan, lelaki itu memiringkan kepalanya dan memulai *******-******* kecil yang membuat Yuhi tergelitik. Gadis itu meremas ujung selimutnya karena sensasi aneh yang tiba-tiba membakar tubuhnya.

*******-******* Chenle berubah menjadi ciuman yang dalam. Tangan kiri lelaki itu mencekal tubuh Yuhi dan menuntun  gadis itu untuk terlentang di bawah kendalinya.

Yuhi tidak tau bagaimana caranya membalas, dia hanya seorang amatiran yang tidak tau apa-apa. Tapi Chenle terlalu ahli dalam hal ini hingga membuat Yuhi melenguh tanpa sadar dengan bibirnya yang terbuka.

Yuhi mungkin sudah mempersiapkan dirinya sejak jauh hari kalau saja Chenle akan menyentuhnya atau menidurinya sewaktu-waktu. Gadis itu sudah bertekad untuk menyerahkan tubuhnya pada Chenle sebagai bentuk balas budi. Hanya saja apa yang menjadi pemikirannya ternyata tidak berjalan sesuai perkiraan. Chenle berhenti sampai disini. Lelaki itu hanya diam dan menatap Yuhi cukup lama hingga gadis itu kembali membuka matanya.

"Kenapa wajahmu terlihat kecewa? Kau mau aku berbuat lebih?" Dengan jahatnya Chenle  menyeringai.

"A-aku tidak kecewa." Pipi Yuhi memanas, gadis itu memalingkan wajahnya.

"Aku tau kau masih ragu, aku juga tau kau mau menyerahkan semua milikmu padaku hanya sebagai rasa balas budimu, tapi bukan itu yang ku inginkan."  Senyuman Chenle sedikit memudar. Matanya kembali bertemu ketika Yuhi kembali memutar kepala menghadapnya.

"Aku tidak bisa menerima sesuatu yang dengan terpaksa kau berikan, baik itu hatimu ataupun tubuhmu."

Bersambung...

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!