Shanghai

Sebuah keinginan untuk hidup tenang membuat Yuhi ingin sekali menghindari skinship dengan Chenle ketika di kampus tapi laki-laki itu tampaknya tidak mengerti. Yuhi sudah menjelaskan pada Chenle sebelumnya kalau dia ingin hubungan pernikahan mereka harus di rahasiakan  tapi Chenle tampaknya tidak peduli.

Lelaki itu dengan sangat kentara menunggu Yuhi keluar dari kelasnya lalu menggandeng tangannya ke gerbang depan. Bahkan Chenle tidak mau peduli pada tatapan iri dan dengki dari beberapa wanita pengagumnya.

"Chenle... aku kan sudah bilang jangan begini saat di kampus. Aku tidak mau menambah musuh. " kata Yuhi sedikit terengah.

"Biarkan saja. "

Tuh kan. Dia tidak peduli.

Mereka pulang dengan dijemput supir. Biasanya Chenle akan menyetir sendiri tapi hari ini tidak.

Lelaki itu duduk di belakang dengan masih menggenggam tangan Yuhi.

"Aku tidak akan kabur jadi berhentilah menggandengku seperti nenek-nenek mau menyebrang jalan."

"Baiklah, kalau begitu seperti ini tidak masalah kan." Chenle memindahkan tangannya di pinggang Yuhi.

Hm.. melawan seorang Zhong Chenle itu sangat melelahkan karena  Chenle tidak pernah mendengarkan. Yuhi akhirnya membiarkan tangan Chenle asalkan dia tidak merayap kemana-mana.

Yuhi menatap keluar jendela untuk membunuh kebosanannya. Alisnya mulai bertaut ketika sadar jalan yang mereka lalui bukanlah jalan menuju rumah.

"Kita mau kemana?"  Tanya Yuhi tanpa menatap Chenle.

"Shanghai."

Yuhi langsung memutar kepalanya.

"Hah? Kau bercanda ??"

"Tidak. Nenek mengundang kita untuk makan malam."

Dasar orang kaya kurang kerjaan. Makan malam saja harus ke shanghai.

"Nenekmu tinggal disana?"

"Ya. Kita akan menginap sampai lusa."

"Chenle aku belum membawa baju." Chenle menatap Yuhi dengan wajah malas. Dia tidak habis pikir kenapa wanita itu banyak tanya dan mengkhawatirkan banyak hal.

"Mama sudah mengatur semuanya."

Entah kenapa Yuhi tampak risau. Mama Chenle ada di sana, sepertinya ini bukan acara makan malam biasa. Karena dia adalah orang baru di keluarga Chenle itu membuat Yuhi sedikit khawatir.

"Jangan khawatir, Giselle juga ikut. "

Ah iya, Yuhi hampir lupa kalau Giselle adalah sepupu jauh Chenle.

Hal lain yang membuat Yuhi terkejut adalah, mereka ke shanghai menaiki jet pribadi milik keluarga Zhong. Bahkan jet itu adalah series terbaik di kelasnya. Yuhi seolah kembali tersadar tentang betapa kayanya Zhong Chenle.

...****************...

Yuhi pernah berkata kalau Chenle tidak akan rugi menikahinya dan gadis itu memang benar. Yuhi bisa di bilang istri yang sempurna. Gadis itu pandai memasak, dia sangat rapi dan suka bersih-bersih.

Setiap Chenle selesai mandi, Yuhi akan menyiapkan pakaian untuknya, dia juga bersedia merapikan kembali handuk bekas Chenle tanpa mengeluh. Terkadang Yuhi juga membantu Chenle mengatur buku yang akan dia bawa ke kampus dan membuatkannya bekal. Chenle kadang merasa seperti anak TK yang dimanja dan di urus tapi sejujurnya dia sangat menyukai perlakuan itu.

Zhong Chenle juga akan selalu menatap kagum setiap kali melihat Yuhi memasak, gadis itu juga tau banyak hal tentang upacara minum teh dan jamuan arak. Selain itu table manner Yuhi juga sangat baik. Tampaknya keluarga Naka benar-benar melatihnya seperti seorang putri bangsawan.

Seperti saat ini saat Yuhi ikut andil dalam menyiapkan makanan bersama mamanya, ibu Renjun dan juga ibu Giselle. Ibu Giselle dan ibu Renjun  mungkin sudah banyak pengalaman menyiapkan jamuan makan dalam keluarga Zhong tapi melihat bagaimana terampilnya Yuhi menata setiap sapu tangan dan menata letak peralatan makan membuat semua mata disana menatapnya kagum tak terkecuali nenek Chenle.

"Oh lihatlah bagaimana terampilnya Yuhi. Kau seharusnya mencontohnya, kau kan juga anak perempuan." Jesicca, ibunya Giselle nampak menyindir putrinya yang tidak bisa apa-apa.

"Yuhi ada di kelas Cullinary Art mom, wajar kalau dia ahli." Gisella mengelak. Meskipun begitu dia juga melirik iri pada Yuhi.

"Oh.. mom tidak sekolah kuliner tapi mom bisa. Itu karena kau saja yang malas."

Wendy, ibu Renjun dan Irene tersenyum menanggapi perselisihan ibu dan anak itu.

Yuhi duduk di samping Chenle ketika dia selesai. Keluarga besar Zhong pun makan dengan tenang seperti keluarga bangsawan yang berkelas. Table manner sangat di junjung tinggi disini dan tidak ada satupun yang bicara selama makan. Sampai saat jamuan makan selesai dan berganti dengan acara minum wine, barulah nenek Chenle membuka suara.

"Kau tampak sangat terbiasa dengan jamuan seperti ini, apa keluargamu sering melakukan jamuan makan?" Pertanyaan nenek Chenle di tujukan untuk Yuhi.

"Sebenarnya aku mengikuti pelajaran dasar tentang jamuan makan dan upacara minum teh saat kecil." Yuhi tidak lupa tersenyum di akhir kalimatnya.

"Ahh.. aku lega Chenle menikahi wanita berpendidikan sepertimu." Kata Nenek sambil tersenyum.

Yuhi tersenyum dan tidak sengaja menatap Giselle. Keduanya sama-sama menyapa lewat tatapan.

"Kau juga cantik dan sehat, segeralah hamil dan melahirkan anak laki-laki untuk kami. " lanjut nenek.

Mendengar itu, ekspresi Yuhi tiba-tiba berubah, bahkan tangannya yang akan menyuapkan ice cream ke mulutnya dia urungkan. Pembahasan mengenai anak laki-laki menjadi topik yang sangat sensitif untuknya. Bahkan hatinya menjadi perih ketika orang lain hanya membicarakan anak laki-laki saja.

Suho menyadari perubahan wajah Yuhi. Pria itu menangkup tangan ibunya untuk tidak membahas lebih lanjut perihal anak.

"Ma, Yuhi dan Chenle baru menikah, biarlah itu jadi urusan mereka." Kata Suho.

"Apakah hanya anak laki-laki yang berharga sementara anak perempuan tidak? " Yuhi tiba-tiba memotong dengan suara tegas. Wajahnya datar dengan mata yang sedikit basah.

"Bukankah anak perempuan juga seorang anak juga? Mereka sama memiliki nyawa dan perasaan, juga kecerdasan yang sama. Lalu kenapa hanya anak laki-laki yang di harapkan??"  Suara Yuhi sedikit bergetar.

Chenle menggenggam tangannya untuk menenangkan gadis itu. Chenle paham betul betapa sensitifnya topik ini bagi Yuhi setelah apa yang gadis itu alami selama bertahun- tahun.

Yuhi tiba-tiba memaksakan senyumannya ketika air matanya akan jatuh. Gadis itu mengangkat kepalanya dan menatap nenek.

"Maaf atas kelancanganku. Tapi kurasa aku sedikit tidak enak badan hari ini. Aku mohon ijin meninggalkan meja makan lebih dulu. " Yuhi berdiri, bahkan dia menarik tangannya dari genggaman tangan Chenle. Yuhi menunduk 90° bersamaan dengan jatuhnya air matanya. Dan dia berjalan pergi setelahnya.

Giselle menatap Yuhi khawatir sementara Renjun yang tidak akrab dengannya juga merasa tidak enak hati.

Irene yang hendak menyusul Yuhi di tahan oleh Suho.

Pria berhati lembut itu mengangguk pada putranya agar mengejar Yuhi.

"Topik ini terlalu berat untuk Yuhi ma."

"Memangnya kenapa? Begitu saja sudah tersinggung." Nenek tampaknya sedikit kesal dengan perilaku Yuhi.

"Dia putri keluarga Naka."

Semua orang di meja makan terdiam. Termasuk nenek. Saat pernikahan Chenle dan Yuhi di gelar, Suho memang sengaja merahasiakan asal keluarga Yuhi karena dia takut nenek tidak akan setuju jika tau dia putri keluarga Naka.

Wanita tua itu tampak serius dengan pemikirannya yang dalam. Mungkin juga sedikit menyesal dengan ucapannya pada Yuhi.

Bersambung...

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!