Hari dimana Chenle dan Yuhi menikah akhirnya datang juga. Acara pernikahan terbilang cukup megah meskipun hanya di hadiri oleh keluarga besar saja.
Bertemunya kedua adat dari dua daratan yang berbeda membuat acara pernikahan ini memiliki tahapan yang sangat panjang.
Bahkan ketika matahari sudah tenggelam pun, kedua keluarga inti ini masih harus berkumpul di ruangan khusus untuk menggelar upacara minum teh. Dalam keluarga Naka jamuan ini disebut Chanoyu, tapi karena keluarga Chenle adalah orang Cina jamuan ini sedikit berubah prosesi menjadi jamuan teh Qiantang.
Chenle terlihat lelah, dia juga merasa pegal di berbagai sisi tubuhnya. Sangat berbeda dengan Yuta yang bisa menyembunyikan rasa lelahnya.
Pada jamuan teh kali ini hanya laki-laki yang boleh ikut. Sementara para wanita langsung beristirahat selepas acara.
Bagaimana dengan Yuhi ?
Yah.. Chenle hanya melihat gadis itu sekali saat pengucapan janji pernikahan lalu mereka kembali berpisah.
Disini Chenle duduk berhadapan dengan Yuta sementara Kris berhadapan dengan Steve. Chenle mungkin sedikit terkejut ketika Steve terlihat cukup akrab dengan Kris. Terlebih lagi karena mereka bilang mereka dulu teman saat masa sekolah.
Tidak ada lagi obrolan yang terdengar ketika musik tradisional jepang mengalun lirih diiringi beberapa wanita pembawa teko yang memakai yukata.
Salah seorang dari wanita itu menyedot perhatian Chenle.
Yuhi tampil sangat cantik dalam balutan yukata putih dengan motif bunga tulip. Gadis itu duduk bersimpuh di depan meja kecil dan mempersiapkan peralatannya. Ternyata Yuhi adalah orang yang akan memimpin jalannya jamuan teh Qiantang kali ini.
Chenle terpesona, itu adalah penuturan jujur yang dia akui sendiri. Melihat Yuhi yang dengan luwes meracik matcha lalu mengaduknya dengan senyuman tipis dibibirnya.
Yuhi berjalan dengan lututnya untuk menyajikan teh dari meja ke meja, dan tiba giliran dia menyajikan teh untuk Chenle, lelaki itu justru sengaja memegang tangan Yuhi untuk menggodanya. Yuhi refleks mengangkat kepalanya dan melihat senyuman nakal Chenle.
Gadis itu langsung menunduk lagi karena malu lalu pergi ke meja berikutnya.
Sampai acara hari itu berakhir, Chenle sama sekali tidak mempunyai kesempatan untuk berbicara pada Yuhi bahkan untuk sekedar memuji penampilannya pun tidak sempat.
****************
Mansion keluarga Zhong memang sangat luar biasa. Tingginya 5 lantai dan luasnya 3 kali dari rumah keluarga Naka .
Yuhi pun akhirnya sadar seberapa berpengaruhnya keluarga Zhong dalam urusan bisnis mengingat betapa kayanya keluarga itu.
Yuhi baru pindah kerumah Chenle sehari setelah acara pernikahannya. Dia juga tidak bertemu atau berkirim pesan dengan Chenle sejak kemarin jadi mungkin Chenle tidak tau tentang kedatangannya hari ini.
Gadis itu tidak bisa berhenti menatap kagum ketika mobil yang membawanya melewati halaman luas dengan berbagai macam tanaman hias. Perasaannya campur aduk antara senang dan khawatir.
Yuhi senang akhirnya ia bisa lepas dari Kris, ayah biologisnya yang kejam. Tapi dia Juga merasa agak takut dan khawatir karena dia tidak tinggal berdua saja dengan Chenle melainkan juga tinggal dengan kedua orang tuanya.
Yuhi sempat membayangkan seperti apa orang tua Chenle. Apakah mereka tegas dan kaku ataukah mungkin sangat berkelas seperti bangsawan ?
"Tunggu disini nona." Kata seorang maid ketika Yuhi sampai dan berjalan di lantai pertama rumah Chenle. Hal lain yang membuat Yuhi kagum sekaligus heran adalah ada resepsionis di lantai 1 rumah Chenle. Rasanya sepeti sedang berada di lobby hotel.
Yuhi celingukan menatap ke sekitar. Melihat beberapa Maid yang sibuk bersih-bersih lalu 2 orang resepsionis yang berbisik saat menatapnya sementara satu yang lainnya tampak sedang mengkonfirmasi data diri Yuhi di telepon.
'Mungkin mereka pikir aku Yuhi palsu.' Yuhi tidak habis pikir.
Wajah kedua resepsionis wanita itu berubah drastis setelah seseorang yang tadi mengkonfirmasi dirinya lewat telepon kembali dan bicara sesuatu pada mereka.
Ketiga wanita itu membungkuk sangat sopan dengan wajah segan pada Yuhi.
'Oh.. sudah tau kalau aku asli ya..' batin Yuhi.
"Mari nona lewat sini. Tuan dan Nyonya besar sedang menunggu."
Seketika Yuhi menelan ludahnya. Di antara semua hari baik kenapa harus hari ini dia berhadapan dengan orang tua Chenle?
Yuhi merasa sangat gugup hingga dia ingin buang air di celana.
Yuhi mengikuti salah seorang resepsionis itu masuk ke lift. Mereka sedang menuju lantai 2.
"Maaf nona karena harus membuat anda menunggu di lobby. Karena banyak sekali wanita yang mengaku-ngaku kekasih tuan muda jadi saya harus mengkonfirmasi data anda dulu." Waniya yang masih tampak muda itu tersenyum canggung.
"Iya. Aku mengerti tidak usah di pikirkan." Yuhi balas tersenyum padanya.
Lantai 2 terdiri dari ruang makan, ruang kerja , ruang tamu, dan tempat rapat. Sampai sini wanita itu menyerahkan Yuhi pada salah seorang maid yang menuntunnya ke ruang makan.
Ruangan itu lebih mirip aula dengan meja panjang dan kursi-kursi yang berjejer di sisi-sisinya. Banyaknya kursi membuat Yuhi bertanya berapa banyak anggota keluarga Chenle.
Seorang pria yang masih terlihat muda dan tampan tersenyum padanya. Diikuti seorang wanita berwajah rupawan juga menyapanya. Aura elegan dari bangsawan seolah menguar sangat kuat dari kedua orang yang Yuhi simpulkan sebagai orang tua Chenle itu.
"Selamat pagi.." Yuhi menunduk kaku menyapa mereka.
"Aahh.... sayang kau cantik sekali." Irene mendekat untuk memeluk menantu barunya.
Sementara Steve hanya bisa tersenyum karena dia tidak mungkin memeluk Yuhi karena sudah beristri.
"Ahh iya mm... ma" Yuhi sedikit ragu dengan panggilan itu.
"Duduklah untuk sarapan dulu.." tawar Irene.
Wanita itu melihat Yuhi kebingungan seperti mencari seseorang.
"Mmm.. mah.. dimana Chenle? " Tanya Yuhi.
"Ah jam segini dia biasanya belum bangun." Jawab Irene dengan wajah kesal.
"Chenle biasanya melewatkan sarapan bersama kami." Sambung Steve.
Yuhi tertawa canggung, lalu menggaruk tengkuknya.
"Ehh.. kalau begitu Yuhi sarapan dengan Chenle saja nanti." Yuhi harap penolakannya tidak akan menyinggung orang tua Chenle.
Tapi sepertinya mereka memang tidak tersinggung. Kedua orang itu justru saling pandang lalu tersenyum tidak jelas.
"Baiklah.. pengantin baru memang sukanya berduaan terus. Aku akan menyuruh maid mengantarmu ke kamar ya.."
****************
Kamar Chenle ternyata tidak seluas dugaan Yuhi. Bisa dibilang ukurannya sama dengan milik Yuta.
Warnanya dominan abu-abu yang terkesan sangat maskulin dengan perabot yang tidak terlalu banyak.
Yuhi masuk dengan hati-hati ketika mendapati seonggok tubuh dalam posisi tengkurap tengah mendengkur halus.
Yuhi mendekatinya. Menatap lekat wajah tampan Chenle yang sedang tertidur.
'Lalu aku harus apa? Tidak mungkin aku membangunkannya kan??'
Yuhi sudah mandi dan para maid yang akan menata barang bawaannya. Tidak ada hal lain yang bisa Yuhi lakukan selain memandangi wajah tidur tuan muda satu ini.
'Haruskah aku ikut tidur juga?' Yuhi ingat semalam dia tidak bisa tidur. Dia gelisah karena memikirkan dia akan segera pindah ke rumah Chenle.
'Tapi ini masih pagi.' Yuhi bimbang di antara 2 pilihan. Tapi pada akhirnya dia pun ikut masuk secara perlahan ke dalam selimut Chenle dan mengendap-enap seperti kucing.
Yuhi berusaha sebaik mungkin agar kasurnya tidak bergoyang atau menimbulkan suara decitan.
Sialnya, berbarengan dengan punggungnya yang menyentuh permukaan tempat tidur, Chenle justru membalikkan tubuhnya menghadap Yuhi. Lelaki itu memeluk Yuhi bahkan sedikit menindihnya.
"Ngghhh...." lenguhannya membuat Yuhi menahan napas.
"Kau wangi sekali...." gumam Chenle dengan suara parau.
"Ch-Chenle.. sesak."
Bersambung....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 51 Episodes
Comments