Dara Sakit

Denisa menurut, masuk ke kamar mandi lalu menguncinya dari dalam. Denisa menghentakkan kakinya kesal, dia bagaikan tawanan mantan suaminya.

Mantan suami yang dulu dia gilai, tapi ternyata kelakuannya begitu menjengkelkan.

Denisa mendengar suara pintu yang dibuka, sepertinya mantan suami psikoopatnya itu keluar menemui Amanda dan Ricko.

Entah apa yang mereka bicarakan di luar sana, tapi Denisa merasa jengah dan lelah terkurung seperti ini.

Dia ingin keluar, sudah beberapa kali ponselnya bergetar, panggilan dari Amanda dan Ricko. Tapi Denisa tak minat menjawabnya, moodnya sudah berantakan dan tak tahu juga harus menjawab apa. Dia akan pikirkan nanti alasannya.

Denisa kembali melihat top-up pesan dihapenya, ternyata pesan dari bu Nani, mengabari jika Dara panas tinggi.

Denisa ingin menelepon tapi takut suaranya didengar dari luar.

"Ya Tuhan, Dara," Denisa mengusap wajahnya gusar, "lihat kelakuan mu Daniel, kamu bisa membunuh anakku."

Rasanya Denisa ingin menangis tapi tak bisa, kesal yang sudah kelewatan.

Denisa mengetikkan pesan biasa pada bu Nani, jika melalui aplikasi berbalas warna hijau, akan ketahuan jika dia sedang online.

"Bu, tolong bawa Dara ke klinik terdekat dulu, aku akan pulang cepat," send bu Nani.

Jadi tawanan seperti ini, sungguh jam berputar lambat melebihi jalan keong, Denisa semakin menggoyang-goyangkan kakinya gelisah.

Ingin rasanya dia menerobos dan tak mempedulikan keadaan, tapi Denisa tak bisa egois, dia sekarang sudah berpikir lebih dewasa, dia memikirkan perasaan Amanda.

Akan bagaimana reaksi Amanda jika tahu dia berada didalam sejak tadi.

Kembali Denisa melihat jam di ponselnya, sudah hampir setengah jam dia disini.

"Apa dia lupa ada aku disini?" Denisa semakin menggeram kesal, "akkhhh Daniel, kenapa aku harus bertemu dia lagi?" Denisa menghentakkan kakinya meremas kuat ponsel ditanganya.

Denisa tak tahu saja, jika Daniel didepan sana sedang tersenyum sendiri membayangkan wajah kesalnya.

"Tadi Denisa nangis kan? Dia pasti cemburu melihat kemesraan ku dengan Amanda," menduga sendiri dalam hati.

"Mukanya pasti sudah merah karena menangis, dan dia juga pasti sedang memaki-maki ku, ahh Denisa, pasti wajah mu sekarang terlihat sangat imut," ujarnya, masih dalam hati dengan bibir terus melengkung membentuk senyuman tipis.

"Mas, kamu dari tadi senyum-senyum sendiri. kenapa sih?" heran Amanda dengan alis bertaut.

"Nggak papa, aku masih mengingat waktu kamu suapin aku tadi," Daniel merangkul pundak Amanda.

Dasar buaya, mantan playboy begini nih, bisa saja ngelesnya, dia membuat Amanda tersiksa dengan perkataannya, muka Amanda sudah seperti udang habis di kukus, merah mateng dan mengeluarkan uap panas. Amanda menunduk malu sekaligus senang, apalagi Daniel ngomongnya didepan Ricko.

"Yasudah Amanda, aku pamit dulu, kayaknya kamu dapat pasien yang lagi butuh perhatian khusus, aku cari Denisa dulu," Ricko melirik Daniel yang manja pada Amanda, "maaf ya ganggu istirahat kalian."

"Yes, tidak apa-apa, silahkan," Daniel menanggapi, senang Ricko tau diri.

Amanda mengulum senyum, dia berpikir jika Daniel ingin berduaan saja dengannya.

"Iya Ric, kabari ya kalau udah ada kabar dari Denisa." Amanda berdiri, diikuti Ricko, namun Daniel tetap duduk ditempatnya.

Ricko mengangguk, keduanya bersalaman sebelum Ricko keluar dari apartemen Daniel, Daniel sebenarnya malas salaman sama Ricko yang sedang mengkhawatirkan mantan istrinya itu, tapi ya tidak mungkin jugakan tiba-tiba cuek tanpa sebab, nanti dikira dia cemburu melihat kedekatannya sama Amanda.

Big no, dia cuma nggak suka Ricko khawatir sama Denisa, garis bawahi ya, Daniel tidak cemburu, tapi cuma

Namun Ricko sedikit curiga dengan keterangan Daniel, masa iya Denisa datang kesini cuma ketemu sama temanya Wahyu, bukan ketemu dengannya yang sakit. Denisa itu dokter profesional, nggak mungkin dia tidak menemui pasiennya secara langsung.

"Kamu pulang aja, Amanda. Aku lagi pengen tiduran aja soalnya." Usir Daniel secara halus setelah Ricko keluar.

?

"Kalau mas mau tidur, tidur aja, aku temani. Takutnya nanti kamu butuh sesuatu." Amanda menatap Daniel lembut penuh cinta. Diusapnya lengan Daniel yang kokoh dan menggoda iman perempuan itu.

"Nggak papa, ada Wahyu. Tuh anak juga nggak lama lagi bakal balik," wajahnya kembali dingin, tidak semanja saat didalam kamar tadi, "lagian nggak enak sama Wahyu kalau ada cewek disin."

Bahu Amanda melemah, Daniel berbeda dengan tiga puluh menit yang lalu, dia yang memiliki sifat pengalah dan malas berdebat akhirnya mengalah.

"Yaudah deh, tapi bener kamu nggak papa Mas? Nanti kalau Wahyu pulang, tanyain Denisa ya mas. Padahal aku mau nunggu teman kamu pulang, tanyain langsung Denisa sama dia."

Daniel mengangguk lesu, lesu yang dibuat-buat, agar Amanda cepat pulang.

"Nanti kalau dia pulang, aku akan menyuruhnya menelepon mu."

Amanda dengan terpaksa beranjak dari duduknya, mengambil tas dikamar Daniel. Sebelum pulang dia kebelet ingin pi*is, tapi pintu kamar mandinya tak bisa dibuka.

"Mas, kok kamar mandi kamu ke kunci? ada orang didalam?"

Daniel yang sedang menyender di sofa tanpa sadar melompat sandaran sofa, masuk ke kamarnya.

Wajahnya yang panik membuat Amanda mengerutkan keningnya.

"Mas, ada apa?"

"Tadi, WeCe-nya mampet, makanya aku kunci. Kamu kalau udah di ujung banget nanti ke pom aja, aku malu."

Amanda mengulas senyum mendengar itu.

"Ya ampun, aku pikir apa. Kamu keliatan tegang banget mas, kayak lagi nyimpen cewek aja." Amanda menggelengkan kepalanya.

Kasihan yang didalam, Denisa menutup mulut menahan nafas, dia tegang, takut ketahuan. Tapi dia tidak tahu saja kalau mantan suaminya adalah mantan cassanova yang pandai mengibul.

"Aku hanya malu Amanda, kamu dokter pembersih, punya tunangan jo*ok kan malu-maluin."

Daniel nyengir jenaka, membuat Amanda gemas, "Untung ganteng kamu mas." Gumam Amanda.

Daniel menutup pintu saat Amanda sudah keluar, dan buru-buru dia menuju kamar melangkahkan kakinya menuju tempat Denisa bersembunyi, tak sabar ingin melihat wajah cemberut Denisa yang membuatnya gemas.

Daniel menegakkan tubuh, berdehem sebelum mengetuk pintu kamar mandi, mengatur pita suara terbaik.

Daniel mengetuk pintu terlebih dahulu.

"Cepat keluar Denisa, Amanda sudah pulang," siap memasang wajah dingin.

Dan wajah cantik itu terlihat saat pintu dibuka, wajah merah padam marah yang ia tunggu begitu menyenangkan, Daniel suka melihat wajah tersiksa Denisa olehnya.

Wanita itu keluar tanpa melihatnya, mengambil tas dan menuju pintu untuk keluar.

"Sudah aku bilang, masih ada urusan yang harus kita selesaikan," tahan Daniel pintu kamarnya.

"Tolong jangan untuk saat ini, aku ada pekerjaan begitu penting, apa anda tidak menyadari banyak yang mencari ku, Daniel? Aku tidak ingin membuat masalah, aku bisa dipecat karena kamu terlalu lama menahan ku disini."

Denisa berkata tetap memandang daun pintu didepanya, dia mengkhawatirkan keadaan Dara, tapi tidak mungkin mengatakan itu pada Daniel jika Dara sedang sakit, Denisa masih kesal atas ucapan Daniel yang mengungkit kesalahannya dulu.

"Kau memanggil ku apa tadi Denisa?" Daniel mencengkram dagu Denisa menghadapnya.

"Apa? aku memanggil nama mu dengan benar. Apa semenjak menjadi duda kamu mengganti identitas? menjadi kuda nil?"

"Dan setelah menjadi janda kamu menjadi kurang ajar? Panggil namaku dengan benar, Denisa."

"Aku harus memanggil mu apa?"

"Papinya Dara, itu lebih enak di dengar," tegasnya tanpa malu.

Cuihh, Denisa berusaha membuang muka, namun gerakan kepalanya malah membuat bibir bawah Denisa membelah, membuat fokus netra tajam Daniel berpindah ke bibir merah muda itu.

Daniel menelan ludah menahan untuk tak menubruk bibir itu secara tiba-tiba, dadanya berdebar, baru menyadari jika bibir Denisa begitu menggoda.

Lima tahun bibir sucinya tak mencicipi bibir wanita manapun, yang terakhir memang Denisa, dia insaf setelah mengenal Delia.

Denisa memanfaatkan kelengahan Daniel dia menepis tangan dan mendorong tubuh Daniel. Daniel kalah, segara Denisa membuka pintu dan lari.

Tapi ya, tetap tubuh besar itu cepat mengejarnya, Denisa tertangkap, Daniel menghempas tubuh Denisa ke sofa, mengungkung tubuh kecil itu.

Kedua tangan Denisa diangkat keatas, hingga Denisa tak bisa bergerak.

"Lep-pas, aku benar-benar sedang ada pasien darurat, aku mohon," Denisa mengiba untuk dilepaskan.

Daniel mengangkat sebelah alisnya "Pasien darurat atau kamu tidak sabar ingin bertemu dokter jelek itu?"

"Tidak ada hubungannya dengan dokter Ricko," ujar Denisa dengan bibir bergetar menahan tangis sebab terpikirkan keadaan Dara, "Daniel please, aku sedang tidak ingin berdebat, aku benar-benar ada pasien darurat. Kamu bisa menyesal kalau terjadi apa-apa padanya."

Daniel makin menundukkan wajahnya hingga wajah mereka hanya berjarak beberapa centi. Keduanya sama-sama terdiam, dengan debar jantung saling bekejaran, Denisa menahan nafas sepersekian detik, karena wangi maskulin Daniel masuk ke indra penciumanya secara sopan, dan membuat hidungnya nyaman.

Begitu juga Daniel, pesona wajah Denisa seakan menghipnotisnya, membuatnya tak ingin berpaling.

Klik

Suara intercom apartemen Daniel berbunyi. Wahyu yang sejak tadi menjadi tumbal tak bersalah diam ditempat melihat pemandangan didepanya, tapi tak lama dia membuang muka, malu sendiri.

"Aku keluar udah lama loh ini, sampe outornya jiga nggak up beberapa hari aku pikir drama kalian udah selesai, nggak taunya sekarang ganti gelut," lidah Wahyu berdecak, dia menggeleng kecil, menghembuskan nafas berat sambil melangkah kedalam, "gini amat ngontrak di bumi, mata suci liat orang uwwu-uwwuan, ketahuan kemarin gue menetap di planet Bekasi aja. Nggak kerayu sama duda karatan yang nyari cinta lama belum selesai."

"Diam," bentak keduanya bersamaan.

"Kompak banget lagi, kalian dulu kenapa pisah sih kalau kompak begini?" santai Wahyu membuka kulkas, menuangkan air putih, menenggaknya hingga tandas.

Denisa yang baru menyadari posisinya mendorong tubuh Daniel, dia segera berlari keluar tanpa melihat kebelakang lagi, didalam pikirannya adalah keadaan Dara, hingga tak menyadari ponselnya tertinggal.

"DENISA!" pekik Daniel mengejar hingga ke pintu, tapi sayang Denisa sudah berlari jauh dan dia tak terlihat lagi.

Daniel menendang pintu yang tak bersalah.

"Kenapa tadi keluar lama sih, Yu? kan jadinya Amanda datang, belum lagi si dokter jelek itu cari Denisa kesini," Daniel bertolak pinggang menatap kesal Wahyu "harusnya tadi jangan kemana-mana."

"Kok jadi gue yang disalahin sih? Padahal gue kasih waktu kalian berduaan buat-" Wahyu memonyongkan bibir, menyatukan kedua tangan membentuk kiss, "skenario ente kurang mateng boss."

Daniel menjatuhkan panta* ke sofa, dia tak bisa memanfaatkan waktu untuk membujuk Denisa agar bisa mempertemukannya dengan Dara putrinya, malah membahas hal tak penting.

Suara getar hape diatas meja membuat Daniel dan Wahyu menatap kearah yang sama.

"Hape siapa ini?" tanyanya pada Wahyu.

Bukan menjawab, Wahyu mendekat dan mengambil hape itu, kemudian menunjukkan pada Daniel setelah melihat profil pemanggil.

"My baby Dara," nama itu tertera disana.

Cepat Daniel menyambar hape Denisa dan menggulir tombol hijau, dia ingin mendengar suara anaknya.

"Bu Denisa, non Dara harus dirawat, panasnya sangat tinggi, bu Denisa sekarang dimana?" diam, Daniel tak bisa berkata-kata.

"Kirim alamatnya sekarang," ucapnya pada akhirnya

Terpopuler

Comments

lovina

lovina

part paling terbego dari semua alur, wanita bego dan pria yg bego, otaknya nyimpan di mana sih kok bisa part sebelumnya dan ini buruk g jls

2025-03-18

0

Alanna Th

Alanna Th

nyesel juga sdh trlambat, nil; hati wnt kalo sdh trluka sulit utk dtaklukn /Tongue/

2025-03-12

0

Fifid Dwi Ariyani

Fifid Dwi Ariyani

trusceria

2024-05-18

0

lihat semua
Episodes
1 Halusinasi
2 Pertemuan Pertama
3 Hari Untuk Dara
4 Cinta Bertepuk Sebelah Tangan
5 Sapaan Pertama
6 Penyesalan Daniel
7 Mantan (Menantang dan menarik)
8 Maaf
9 Make Her Jealous
10 Dara Sakit
11 My Lup handsome
12 Anak Kita
13 Seperti Senja
14 Mendatangi Rumahnya
15 Penolakan Dara.
16 Beri Aku Kesempatan
17 Membuang Rasa
18 Dua Tato
19 Senam Jantung
20 Status Yang Sesungguhnya
21 Luka Hati Amanda.
22 Wanita Yang Sama
23 Kesempatan Kedua
24 Belajar Dari Kesalahan
25 Rencana Amanda.
26 Mama Dina
27 Aku serius Mas!
28 Om Papi
29 Kedatangan Tamu
30 Hal Yang Ditakuti
31 Dara atau Amanda
32 Kekejaman Abian
33 Keputusan Denisa
34 Sikap Aneh Daniel
35 Doa Denisa
36 S4bu Raijua
37 Sorgum
38 Tak Mengenal
39 Badai Rumah Tangga
40 Selingkuh Itu Menantang
41 Menunggu
42 Kemurkaan Dina
43 Kerokan
44 Permusuhan Dua Keluarga
45 Pesan Ricko
46 Wanita Berhati Malaikat, Menjadi Wanita Menakutkan
47 Pulang
48 Menyembuhkan Amanda
49 Video Call
50 Tidak Ada Yang Sempurna
51 Lupa Mengabari
52 Masalah Gawat
53 Cinta Tak Ada Logika
54 Memberi Hukuman
55 Love is Blind
56 Berjuang Bersama
57 Usaha Daniel dan Ricko
58 Kenakalan Denisa
59 Resepsi
60 Maaf
61 Simulasi Keluarga Bahagia
62 Aa Abian
63 Puasa Dua Hari
64 Time with Sisters
65 Ijab Kabul
66 Akhirnya
67 Obat Sakit Kepala
68 Ada Setan
69 Bulan Madu
70 Hujan Kejutan
71 Permintaan Sisi
72 Dia Yang Sudah Bahagia
73 Gara-gara Buah Aneh
74 Eksekusi
75 Mual
76 Hamil?
77 Cinta Itu Universal
78 Akan Mencari Tahu
79 Mengakui
80 Buah Kesemek
81 Hari Pernikahan
82 Bencana Untuk Daniel
83 Say goodbye Amanda
84 Nikmat Kasih Sayang
85 Danish Reifansyah Danuarta
86 Extra Part
87 Extra Part ( End )
88 Sepasang Sayap Angkasa
Episodes

Updated 88 Episodes

1
Halusinasi
2
Pertemuan Pertama
3
Hari Untuk Dara
4
Cinta Bertepuk Sebelah Tangan
5
Sapaan Pertama
6
Penyesalan Daniel
7
Mantan (Menantang dan menarik)
8
Maaf
9
Make Her Jealous
10
Dara Sakit
11
My Lup handsome
12
Anak Kita
13
Seperti Senja
14
Mendatangi Rumahnya
15
Penolakan Dara.
16
Beri Aku Kesempatan
17
Membuang Rasa
18
Dua Tato
19
Senam Jantung
20
Status Yang Sesungguhnya
21
Luka Hati Amanda.
22
Wanita Yang Sama
23
Kesempatan Kedua
24
Belajar Dari Kesalahan
25
Rencana Amanda.
26
Mama Dina
27
Aku serius Mas!
28
Om Papi
29
Kedatangan Tamu
30
Hal Yang Ditakuti
31
Dara atau Amanda
32
Kekejaman Abian
33
Keputusan Denisa
34
Sikap Aneh Daniel
35
Doa Denisa
36
S4bu Raijua
37
Sorgum
38
Tak Mengenal
39
Badai Rumah Tangga
40
Selingkuh Itu Menantang
41
Menunggu
42
Kemurkaan Dina
43
Kerokan
44
Permusuhan Dua Keluarga
45
Pesan Ricko
46
Wanita Berhati Malaikat, Menjadi Wanita Menakutkan
47
Pulang
48
Menyembuhkan Amanda
49
Video Call
50
Tidak Ada Yang Sempurna
51
Lupa Mengabari
52
Masalah Gawat
53
Cinta Tak Ada Logika
54
Memberi Hukuman
55
Love is Blind
56
Berjuang Bersama
57
Usaha Daniel dan Ricko
58
Kenakalan Denisa
59
Resepsi
60
Maaf
61
Simulasi Keluarga Bahagia
62
Aa Abian
63
Puasa Dua Hari
64
Time with Sisters
65
Ijab Kabul
66
Akhirnya
67
Obat Sakit Kepala
68
Ada Setan
69
Bulan Madu
70
Hujan Kejutan
71
Permintaan Sisi
72
Dia Yang Sudah Bahagia
73
Gara-gara Buah Aneh
74
Eksekusi
75
Mual
76
Hamil?
77
Cinta Itu Universal
78
Akan Mencari Tahu
79
Mengakui
80
Buah Kesemek
81
Hari Pernikahan
82
Bencana Untuk Daniel
83
Say goodbye Amanda
84
Nikmat Kasih Sayang
85
Danish Reifansyah Danuarta
86
Extra Part
87
Extra Part ( End )
88
Sepasang Sayap Angkasa

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!