Ra, wajahmu pucet amat?" seru Dewi seraya menyerahkan map kepadaku. Dia menjabat sebagai asisten kepala bagian, jadi tiap tugas para staff, dia ikut andil dalam menangani.
"Kayaknya aku telat deh," jawabku lesu dengan tatapan mataku masih terpaku pada layar komputer.
Dewi dan Farida terhenyak lalu saling bertatapan. Kini mereka merapat mendekat ke arahku, yang satu di posisi kiri yang satunya lagi di posisi kanan. Aku yang ditatap pun, juga balik menatap mereka satu persatu.
"Kug bisa?"
"Telat berapa bulan?"
"Terus siapa bapaknya?" tanya mereka beruntun.
"Bapak dari hongkong!" seruku menanggapi, lalu kuarahkan pandanganku kembali ke layar komputer.
"Haa! Bapaknya di hongkong!" seru Farida heboh.
"Ya ilah, aku cuma telat datang bulan. Bukan hamil!" tegasku seraya menghembuskan nafas secara kasar. Sebab merasakan yang di dalam perut layaknya seperti di remas. Emosi juga tak terkendali. Berasa pengen makan orang.
Mereka kemudian berdecih. "Makanya kalau ngomong yang jelas!" seru Farida seraya kembali membenarkan posisi duduknya.
"Ijin pulang boleh gak, Wi?" tanyaku pada Dewi sambil mendogakkan kepalaku menatap kepadanya.
"Kalau beneran sakit ya gak apa-apa, pulang aja," jawabnya.
"Ya beneran, masak sakit boongan," ucapku.
"Ya sudah, biar aku yang urus surat ijin kepulanganmu. Aku ke ruangan Pak Hendro biar surat ijinmu di ACC sama beliau. Siniin map-nya biar dikerjakan yang lain," kata Dewi seraya meminta mapnya kembali.
"Makasih," sahutku dan sahuti Dewi dengan anggukan kepala kemudian berlalu pergi.
Kalau dihitung pernikahan tinggal sebulan lagi. Mama sudah ribet mengurus ini itu. Dengan waktu yang singkat itu oangtuaku dibantu sanak saudara juga beberapa orang kepercayaannya Papa mengurus keperluan untuk acara nanti. Seperti mengurus WO yang di dalamnya menyangkut gedung, menu catering, undangan dan lagi baju couple antara keluarga mempelai wanita dan besan. Bajunya harus seragaman biar kompak katanya.
Apalagi yang sekarang ini tentang menyangkut baju pengantin, dari seminggu yang lalu aku sudah di uber buat Fitting. Tapi akunya punya seribu macam alasan dan akhirnya belum terlaksana hingga sekarang.
"Loh jam segini kok sudah pulang?" tanya Mama setelah beliau menjawab salam dariku.
"Sakit..." jawabku sambil mengusap perut.
"Sakit apa nak?" tanya Tante Tiara, yang baru kusadari ternyata beliau ada disini.
"Tante Tiara. Biasa Tante, tamu bulanan," jawabku sambil mendekat ke arah beliau untuk cium tangan lalu mendudukkan diri di sofa dan bersandar pada punggung sofa.
"Udah makan?" tanya Mama padaku.
"Gak nafsu makan, Ma." Ujarku lemas, kini aku lebih memilih merebahkan diri disofa.
"Ya sudah, Mama buatin kamu teh hangat," ucap Mama kemudian.
"Ohya Mbak, jangan lupa dicampur sedikit jahe," usul Tante Tiara.
"Emang khasiatnya apa Tante, biasanya Mama buatnya teh manis hangat aja," tanyaku sambil berganti posisi miring menghadap Tante Tiara.
"Teh jahe itu baik sebagai minuman alternatif untuk mengurangi rasa nyeri saat haid, ini disebabkan oleh jahe yang memiliki khasiat seperti ibuprofen, yang berperan sebagai obat anti nyeri." Terang Tante Tiara dengan tutur katanya yang lembut. Tente Tiara ini asli orang Solo jadi kalau beliau berbicara tutur katanya lemah lembut nan gemulai.
"Baru tahu saya, Mbak. Biasanya anak-anak cuma tak buatin teh hangat saja. Ya sudah kalau gitu saya kedapur dulu," ucap Mama lalu bangkit dari kursi sofa untuk menuju arah dapur.
"Ohya Nak Ira, Tante udah siapin beberapa model kebaya buat kamu. Nanti kalau ada waktu luang, kamu cobain dan kamu boleh pilih yang cocok buat kamu, dikenakan saat acara pernikahan nanti," ucap Tante Tiara padaku.
"Tapi Tante?"
"Jangan ditolak ya, Ini hadiah buat kamu dan ponakan Tante, Reynand."
Kini Tante Tiara mendekat ke arahku, aku lalu beranjak untuk duduk.
"Tante bersyukur, kamu yang akan mendampingi Reynand. Awalnya Tante sama Om, Tania dan Reno kaget waktu Reynand meminta untuk melamar kamu. Kamu tahu gak? Waktu Reynand ngasih tahu kami itu, jam empat sore, selepas waktu Ashar. Dan dalam waktu yang mendadak itu, Tante sama Om bahkan belum ada persiapan apa-apa. Selain malamnya kami datang kesini hanya mengutarakan niat baiknya Reynand. Dan Alhamdulillah disambut baik oleh kedua orangtua kamu. Jadi Tante harap jangan menolak hadiah ini dari Tante ya." Terang Tante Tiara disertai menggenggam ke dua tanganku.
"Iya Ra, Tante Tiara udah repot-repot dan meluangkan waktu siapin hadiah buat kamu, masak mau ditolak?" sahut Mama yang datang dari arah dapur.
"Bukannya gitu Tante, Ma. Amaira kan—"
"Gak ada tapi-tapi. Nanti malam kalau kamu sudah baikan, kamu sama Reynand berangkat buat fitting baju pengantin yang udah Tante Tiara siapkan. Gak ada tawar-tawaran!" jelas Mama disertai menyodorkan segelas teh jahe hangat.
"Tante juga heran sama anak itu, genap dua minggu ini keluar kota. Padahal paling lama cuma tiga sampai empat hari. Kalau gak Tante paksa pulang, mungkin dia betah sama kerjaannya. padahal hari H sudah semakin dekat," terang Tante Tiara disertai rasa kecewa.
Aku yang sedang minum air teh jahe hangat sampai tersedak.
"Pelan-pelan," ucap Mama dan Tante Tiara berbarengan disertai mengelus punggungku.
Akupun berfikir, dua minggukan terakhir aku dan Reynand bertemu.
To be Continue
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 104 Episodes
Comments
Imas Hanifah
aku balik lagi loh mas rey,butuh 2 mpai 3x baca buat memahami sifat mas rey yg kaya bedug masjid ini🤭
2022-07-09
1
Rhania lesta
sahabat tapi menikah pasti lama lama jadi cinta jga nanti
2021-02-25
0
maura shi
sahabat tp menikah
2020-10-15
1