"Rey, aku gak main-main," ucapku sambil mundur menghempaskan punggung ke sandaran kursi.
Kupijat pelipisku untuk menetralisir ke mumetan yang terjadi di kehidupan yang tengah kujalani ini. Usia kian bertambah makin bertambah pula tuntutan sana-sini, contohnya ya itu Menikah.
"Jam berapa mereka tiba?" tanya Reynand kemudian.
"Mama bilang jam tujuh," jawabku lesu, memikirkan nasibku yang sudah di ujung tanduk.
"Ok, bawa Om aku kerumah kamu," ucapnya.
"Ngapain?"
"Nolongin kamu," jawab Reynand singkat padat dan kurasa tidak jelas.
Namun hal itu membuatku penasaran, tapi mau tidak mau aku hanya mengangguk dan mengiyakan perkataan Reynand. Toh di dalam otakku sudah buntu karena tak kunjung mendapat solusi.
Reynand kini meraih dan menegak habis minumannya, setelah itu mengambil kunci mobil yang dia letakkan di sisi kiri meja.
"Udah, aku balik," pamit Reynand padaku.
"Hmm." Aku hanya membalas ucapannya dengan bergumam. Dia kini melangkah mulai meninggalkan kursi yang dia duduki dan menghilang di balik pintu Caffe.
Sejenak aku mengedarkan pandangan melihat situasi Caffe yang aku tempati. Caffe Holly namanya, di jam segini suasana mulai ramai, disini buka duapuluh empat jam.
Suasana disini cukup asyik banyak fasilitas yang tersedia. Mulai dari tempat karaoke keluarga, ada juga semacam perpustakaan dengan koleksi-koleksi bacaan novel yang letaknya di lantai atas, serta ada acara pertunjukan seperti music tapi di hari-hari tertentu.
Dan khusus untuk perform music akustik hanya di malam hari. Pengunjung juga boleh menyanyikan lagu. Jadi tak hanya orang dewasa saja pengunjungnya namun para pelajar juga banyak yang kesini.
Aku mulai menyesap dan meneguk habis minuman lalu melirik jam dipergelangan tanganku. Tidak terasa waktu sudah menunjukkan pukul duabelas lebih sepuluh menit. Aku akhirnya memutuskan untuk bergegas mengambil tasku dan meninggalkan Caffe.
Tapi sebelum aku pulang, aku menuju ke mushola Caffe yang letaknya di sebelah kiri bangunan ini dekat tempat parkir. Tanggung sudah waktunya mendekati sholat dzuhur.
Kubasuh telapak tanganku lalu wajahku dengan segarnya air wudhu hingga kuselesaikan ritualku, dan bergegas mengambil mukena dari rak yang disediakan salah satu fasilitas dari Caffe ini. Memakainya dan kulangkahkan kaki menuju shaff para wanita.
Sejenak aku meletakkan dan melepas segala permasalahan dunia, menghadap Rabb-ku dengan jiwa dan raga berpasrah.
Pukul 12.50
Kini aku sudah berdiri di parkiran untuk mengambil si mickey. Tetapi nada dering ponsel menghentikan aktivitasku yang akan memasang kunci, aku merogoh ponsel yang berada di saku jaketku. Dan kulihat nama "Mama" tertera disana. Segera kugeser ikon berwarna hijau dan mendekatkan ponsel ditelinga.
"Ya Ma," sahutku.
"Assalamualaikum," terdengar suara Mama di seberang sana.
" Ee ... Wa'alaikum salam Ma." Aku nyengir lalu menjawab salam Mama.
"Ni anak kebiasaan, Salam dulu baru nyapa!"
"Lupa Ma, ada apa Ma? "
"Kamu lagi dimana? *D*ari tadi pagi Mama pergi berangkat arisan sampai sekarang Mama udah di rumah kamu gak pulang-pulang. Mama tanya ke adek kamu katanya kamu keluar sebentar, ini udah jam berapa? Anak perempuan gak baik keluyuran lama-lama diluar, kalau urusan udah selesai ya cepatan balik jangan nongkrong-nongkrong ...."
"Ya Ma ini juga udah mau balik, lima belas menit lagi nyampek rumah," potongku cepat-cepat sebelum Mama mengomel panjang kali lebar.
"Ya udah sekalian mampir ke Minimarket beliin mama dua liter minyak goreng, Mama kelupaan ternyata dirumah udah habis, dan habis pulang kamu bantuin Mama buat masak untuk persiapan nanti malam."
"Hmmm," sahutku hanya dengan gumam-an.
"Ingat belinya yang merk Biasanya, kalau gak ada cari di tempat lain."
"iya Ma, ada lagi yang mau dibeli?"
"Udah itu aja, ingat beli minyak habis itu langsung balik gak boleh mampir-mampir, pulang bantuin Mama masak. Ya udah Mama tutup, Assalamualaikum."
"Wa'alaikum salam Warohmatullah."
Aku manyunkan bibirku. Bantuin masak? Ini adalah hal yang paling menyebalkan ketika bantuin Mama masak, karena kalau ngundang tamu pasti masaknya makanan yang bersantan. Dan Mama paling gak suka pakai produk instan. Alhasil akulah yang diberi tugas marut kelapa.
Kuangkat tangan kananku kulihat bekas luka baret-baret pada jari jempol. Tampak akibat goresan dari parut kelapa. Bakalan nambah luka lagi, batinku.
Kustater mickey meninggalkan Caffe menuju tempat selanjutnya yakni Indoma*** untuk membeli dua liter minyak goreng.
adakah yang gak bisa marut kelapa?
😂😂😂
To Be Continue
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 104 Episodes
Comments
Pasikah CwElosbes
aku udah 4x BCA novel ini kangen ma crta nya...knpa GK ada novel Bru lgi AP pindah lapak ya. yg tau bantu jawab dong temen temen
2024-02-06
2
Zakia Nur Rachmawati
baca novel ini ke 5x nya, kangen
2023-10-04
1
KIRANIECCA
aku juga ga bisa, beli yg udh diparut klo enggak yg instan ajalah
2023-06-03
0