Pagi ini aku memilih akan menggunakan rok pensil hitam dan atasan blouse berbahan chiffon yang halus dan bahannya jatuh di badan namun masih terlihat sopan saat dikenakan.
Aku memiliki tubuh ideal, walaupun ada sebagian yang mengatakan aku kurus. Dimata orang lain aku terlihat demikian namun nyatanya tidak sebab tubuhku ini padat sehingga menyamarkan berat badanku yang sebenarnya.
Setelah memilih seragam kerjaku, aku segera menyambar handuk untuk mandi. Dua puluh lima menit kemudian, kulanjutkan dengan ritual lain yakni make up natural sederhana tapi terkesan paripurna yang mendukung wajah cantikku ini.
Persiapanku telah usai, kemudian kusambar tas kerjaku untuk memulai aktivitasku. Saat ini aku sedang melangkahkan kaki menuju meja makan. Ternyata Papa, Mama dan Adekku telah duduk manis menungguku. Kemudian aku menarik kursi kiri sebelah tempat duduk Papa dan berhadapan langsung dengan Mama, tepat disamping kiriku juga ada adikku tercinta.
"Selamat pagi semua," sapaku ditambah dengan senyuman khasku, yakni cengiran yang menampakkan beberapa deretan gigi putih.
"Pagi sayang," sahut Papa disertai elusan lembut di kepalaku.
Laku arah pandangku beralih tertuju pada meja makan untuk mengecek menu sarapan pagi apa yang Mama, ternyata ada nasi goreng, telur ceplok dan irisan tomat maupun timun dan tak ketinggalan segelas susu. "Cukup untuk mengisi energi pagi ini," gumamku dalam hati.
Baru makan tiga suap, kini aku menghentikan aktivitas mengunyahku ketika Mama mulai memberi pertanyaan panjang lebar, dan belum aku menjawab pun Mama sudah melanjutkan pertanyaan lain seperti ini kiranya, "Ra, kamu kok gak cerita kalau sudah punya pacar? Kalau tau begini Mama kan gak usah pake acara kenalin kamu sama temennya Mama. Bukannya Mama gak suka, justru Mama seneng banget kalau kamu itu sama Reynand. Tapi ya itu, Mama kan jadi gak enak sama temen Mama. Kamu tau gak Ra, temen Mama itu rumahnya jauh, belum lagi..."
"Ma," belum selesai Mama berujar dan bertanya padaku kini Papa mulai menegur cukup dengan satu kata, dan ya seperti tadi, beliau hanya berucap 'MA' dengan nada yang kalau terdengar biasa-biasa saja namun efeknya luar biasa, menurutku.
Kalau aku menyebutnya sih, Papaku ini adalah pawangnya Mama, dan sungguh ajaib sih, sebab hanya dengan satu kata itu mampu menghentikan aktivitas omelan Mama yang panjang kali lebar kali tinggi macam rumus bangunan.
Papaku, Hermawan namanya. Beliau berprofesi sebagai dosen di salah satu Universitas swasta di Jakarta. Selain menjadi dosen beliau juga mempunyai usaha lain yakni beberapa bengkel sepeda motor yang di kelola oleh beberapa orang kepercayaan beliau.
Papaku ini mempunyai sifat penyayang, sabar, bijaksana, tidak banyak bicara tapi terkesan berwibawa contohnya seperti tadi, dengan satu kata Mama bisa menghentikan aktivitas mengomelnya.
Sedangkan Mamaku mempunyai sifat yang cenderung banyak bicara. Namun hal yang di bicarakan masih dalam kategori berfaedah. Namun dibalik omelan Mama, tersirat kasih sayang dan kebaikan didalamnya, yakni beliau memberikan banyak wejangan kepada kami anak-anaknya. Beliau adalah seorang ibu rumah tangga bernama Annisa Rahma.
Kalau adikku sifatnya lebih cenderung seperti Papa tapi juga ada sifat Mama di dalamnya. Pembawaannya kalem tapi kalau sudah marah ngomelnya pun tidak ketinggalan.
Sedangkan aku sendiri, sifatku diturunkan dari Mama. Jadi bisa dikategorikan aku termasuk orang yang bawel. Tapi bawelku hanya pada orang-orang tertentu yakni orang-orang terdekat. Aku orangnya supel mudah bergaul, aik hati, rendah hati, tidak sombong tentunya rajin menabung. Ada pula sifat burukku yakni aku orangnya mudah lupa. Satu lagi, gampang panik dengan situasi mendesak. Ya, contohnya seperti kemarin saat Mama merencanakan perjodohan dengan temannya.
Sebenarnya sih kalau ditanya orang, "type lelaki idamanmu itu yang seperti apa?" jawabannya gak jauh-jauh yakni seperti Papaku, beliau adalah cinta pertamaku. Dia adalah seorang pemimpin keluarga yang punya rasa tanggung jawab, optimis, kecerdasan, kehangatan, memiliki kekuatan untuk melindungi serta kelembutan dalam mendidik keluarganya. Kasih sayang beliau menjadi pelengkap akan keharmonisan dalam hangatnya keluarga.
Adakah lelaki lain didunia ini yang mempunyai sifat seperti Papaku? itulah alasan mengapa aku sangsi dalam menikah, dan yang menjadikan aku betah menyendiri hingga sekarang.
Karena teguran Singkat Papa tadi kepada Mama akhirnya aktivitas sarapan menjadi khidmat. Usai sarapan kini aku mulai bergegas berpamitan pada kedua orangtuaku untuk memulai aktivitasku yakni berangkat bekerja.
Mohon Kritik dan Sarannya
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 104 Episodes
Comments
Amalia Khaer
ada. tuh Reynand
2023-08-15
0
Suhartik Hartik
tuh Khan ingat papa yg bijaksana jadinya rumah makin adem banget
2023-01-25
0
R&A
ini baru ketemu tipo nyo thor😁😁
yg seharus nya lalu jadi laku, dimaklumi jari nya gk punya mata🤭
2022-01-22
0