"Buk, disini yang biasa mimpin tahlilan siapa ya?" nadanya lumayan pelan saat ia berkata. Biasa, mantu baru masih malu-malu.
"Yang paling sering itu itu pak Rosyid. "
"Pak Rosyid orangnya yang kayak mana?"
"Nanti juga tahu. Mending nungguin tamu aja di depan sekalian tanya," jawab ibu mertuanya.
Fiky segera keruang utama. Jawaban yang didapat tidak sesuai dengan ekspektasinya. Sesampainya diruang tamu, ia segera duduk sambil menunggu tamu sesuai dengan perintah mertuanya. Malam ini akan diadakan tahlilan untuk mendoakan bapak mertua yang tadi lagi dipanggil oleh yang kuasa. Ia harap akan ada banyak tamu yang datang.
Momen seperti ini nampaknya harus ia manfaatkan untuk mengenal tetangga barunya. Perlahan satu demi satu tetangga datang memenuhi ruangan yang lumayan lebar itu. Acara berlangsung dengan sukses.
"Gimana rasanya jadi manten baru mas? Enakkan?" seorang bapak berbaju batik nampak menggoda Fiky yang masih malu-malu berinteraksi dengan yang lain.
"Ya gitulah pak," Fiky takut salah berbicara.
"Malam pertamanya lancar kan?" Kali ini berbicara adalah seorang bapak berbaju Koko warna putih. Nampak terlihat senyum tipis darinya.
"Alhamdulillah," saat menjawabnya , terlihat mukanya Fiky salah tingkah. Sebenarnya malu menjawab, tapi tidak enak juga kalau tidak dijawab.
"Cepat dapat momongan ya."
"Amin," jawab Fiky otomatis.
"Ya udah aku pulang dulu ya mas. Biasa, malam Jum'at," Salah seorang tamu minta izin, tamu yang lainnya ikutan juga. Tak seberapa lama, tinggal Fiky sendirian. Kebetulan suaminya kakak ipar langsung pergi usai tahlilan selesai. Katanya perutnya sakit.
Daripada sendirian, Fiky segera masuk ke dalam kamar untuk menemui istrinya .
"Malam ini lanjut lagi ya uang kayak kemarin malam. Masih pingin lho aku, rasanya nagih banget ," begitu masuk ia langsung berkata begitu kepada Salma.
"Pingin nyoba enggak dimatikan lampunya. Pasti lebih puas dari kemarin. Kalau kau malu mending tutup mata aja, pura-pura enggak ngelihat."
"Nanti dulu. Kamu sholat Isya dulu . Nanti kalau udah sholat aku mau."
"Janji lho."
"Iya aku janji. "
Begitu mendengar jawaban yang ingin ia dengar, Fiky segera menunaikan sholat Isya. Tapi nampaknya kurang khusyuk, pikirannya terpusat pada hal lainnya. Beginilah kalau dah dipuncak rasa ingin tapi harus tertunda sebentar. Pikirannya tidak menentu.
"Udah Sal. Langsung gas yuk," Fiky tidak sabar.
Tok Tok Tok
Belum juga Salma menjawab ajakan suaminya, tiba-tiba terdengar suara orang mengetuk pintu. Saat dibuka ternyata anak kakaknya sedang menangis didepan pintu. Tangannya terlihat sedang berusaha mengusap air matanya.
"Ada apa kok nangis? Habis dimarahin bunda ya?" dengan lembut Salma berkata.
"Iya...." sambil menahan tangis ia berkata. Suaranya terdengar kurang jelas.
"Pasti karena kamu bandel. Makanya jadi anak baik," Fiky yang sebenarnya kesal itu berusaha mengucapkan sesuatu kepada ponakan barunya dengan lembut.
"Adik yang nakal, bunda malah marahin aku. Bunda yang jahat," keponakannya itu tidak terima dibilang bandel.
"Emang Adek nakal kenapa?"
"Dia mainin hp bunda sampai rusak . Aku dah bilang tapi bunda enggak percaya," dia masih terisak saat mengucapkannya.
"Mas, sana anterin dia dulu. Kasihan ," Salma menyuruh suaminya untuk mengantarkan anak itu kepada orangtuanya.
"Siap bos," dengan penuh kelembutan Fiky mengajak anak itu pergi.
"Makasih ya om," setelah masalahnya selesai anak itu segera berterima kasih kepadanya.
Sekembalinya ia ke kamar, dilihat istrinya sudah tertidur di kasur.
"Baru juga ditinggal bentar, udah main tidur aja," Suaranya Fiky pelan sekali. Ia kemudian ikut tidur di samping Istrinya sambil membayangkan sedang melakukan hal indah yang tidak menjadi kenyataan malam ini.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 40 Episodes
Comments