03. Kabar Duka

Setelah sholat Subuh dua sejoli yang baru menikah itu langsung masuk kamar. Mereka rupanya berencana untuk membuka kado yang kemarin belum sempat dibuka. Ada berbagai macam kado yang diberikan, mulai dari perlengkapan dapur hingga perlengkapan tidur seperti selimut , ada juga beberapa yang memberi handuk.

"Jangan lupa di catat ya , biar nanti gampang mengembalikannya," sambil membuka kado Fiky berkata begitu.

"Ngapain dikembalikan? Orang udah milik kita juga," Sambil mencatat Salma sebenarnya ingin bercanda, tapi ternyata candaannya kurang bagus menurut Fiky.

"Ya enggak gitu maksudnya. Tugasmu sekarang cuma nulis aja. Dah enggak perlu mikir yang macam-macam."

"Mau dibuatkan kopi lagi enggak?"

"Enggak perlu. Yang itu aja belum habis."

Tok tok tok

"Siapa?" tanya Salma memastikan siapa yang mengetuk pintu kamarnya. Hal ini karena ia sedang memakai pakaian yang pendek saja.

"Aku. Buka dulu Sal, ada yang mau ku omongin," terdengar suara kakaknya . Nadanya seperti orang sedang diburu sesuatu.

"Ada apa kak?" Setelah pintunya terbuka Salma segera bertanya.

"Gimana ya mau ngomongnya. Bukannya mau ngerusak kesenangan kalian , tapi ada sesuatu yang harus ku sampaikan," Kakaknya bingung mau berkata apa. Mukanya terlihat sedih.

"Mau bilang apa kak?" Salma jadi penasaran.

"Bapak Sal.."

"Ada apa dengan bapak?"

"Bapak...."

"Kenapa kak?"

"Udah enggak ada," terlihat sekali kakaknya memaksakan diri untuk berkata.

"Beneran kak? Enggak salah ngomong kan?" Salma merasa ada yang salah saat ia mendengar berita itu.

"Enggak Sal. Mungkin udah waktunya aja dia pergi jauh meninggalkan kita semua."

"Inna lillahi wa Inna ilaihi roji'un..." Setelah ia tahu apa yang didengar tidak. salah rasanya kakinya lemas sekali. Ia belum siap menerima hal menyedihkan yang datang tanpa terduga.

"Sekarang bapak dimana kak? Aku ingin bapak," lanjut Salma. Rasanya memang belum puas jika ia tak melihat sendiri kebenarannya.

"Masih di kamar. Aku pergi dulu ya," setelah mengatakan hal ini kakaknya langsung pergi.

***

"Mas, aku mau melihat bapak dulu ya," sambil memakai kerudung Salma berkata kepada suaminya.

"Ya udah, nanti aku nyusul," Fiky memberi izin. Dalam hatinya , ia merasa sedih juga. Keinginannya untuk memiliki ayah lagi setelah sekian lama harus padam.

"Ma, cepat kesini. Mertuaku meninggal," sebelum menyusul istrinya, Fiky memberi kabar duka ini kepada ibunya.

Padahal baru tadi ia berjumpa, sekarang orang yang ia anggap ayah itu telah tiada. Ia sebenarnya tidak percaya dengan kenyataan yang kini ia hadapi, tapi mungkin sudah waktunya ayah mertuanya itu dipanggil oleh yang maha kuasa . Yang namanya usia tidak ada yang tahu kapan pastinya akan berakhir. Hanya kapanpun ia datang, manusia walaupun dengan terpaksa harus rela meninggalkan semuanya.

Setelah memberi tahu ibunya, ia segera keluar kamar menuju ketempat dimana mertuanya itu berada. Di sana, istrinya tercinta sedang terlihat meneteskan air matanya yang lembut. Dia pasti benar-benar terpukul. Baru saja kemarin ayahnya dengan gagahnya menjadi wali nikahnya , sekarang ia sudah terbujur tiada bernyawa.

Sebenarnya Fiky ingin sekali menghiburnya. Tetapi untuk sekarang biarlah ia seperti itu. Mungkin dengan cara itulah emosinya bisa tersalurkan dengan baik. Terlihat dari matanya, ia pasti terpukul sekali dengan kejadian ini.

Berita duka dengan cepatnya tersiar ke seluruh pelosok. Hal itu terdengar jelas ditelinga Fiky yang masih terlihat berada dikamar dimana jenazah ayah mertuanya berada. Daripada hanya berdiam diri saja, Fiky akhirnya memutuskan untuk membantu proses pemakaman saja . Semakin cepat semakin baik untuk jenazah , itulah yang menjadi dasar keputusannya.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!