Salma menghidupkan lampu di kamarnya. Jam masih menunjukkan pukul 3 pagi. Udara masih terasa dingin. Suaminya juga masih terbuai dengan mimpi indahnya. Sebenarnya ia masih ingin memejamkan matanya. Ia memaksakan diri untuk pergi ke kamar mandi sebelum ada yang mengetahuinya.
Sambil sesekali menguap ia hidupkan keran air. Perlahan ia buka seluruh pakaiannya hingga tak ada sehelai benangpun yang tersisa. Rupanya ia berniat mandi wajib. Suara air yang ia guyurkan ke badannya terdengar agak keras walaupun ia sudah berusaha mengguyur badannya se pelan yang ia bisa. Tapi ternyata memang susah. Sambil mengguyur air ia berdoa dalam hatinya agar tidak ada seorangpun yang mengetahuinya. Tak terbayang jika sampai ada yang tahu. Pasti rasanya malu sekali.
"Sukses nih malam pertamanya," saat keluar dari kamar mandi, Salma sangat terkejut melihat kakaknya berdiri dikamar mandi. Ia bingung melihat kakaknya dini hari sudah mandi.
"Santai aja. Enggak usah pasang muka kayak gitu."
"Ini beneran kakak?" Salma jadi tidak yakin dengan yang dilihatnya.
"Ya kan enggak mungkin kuntilanak bawa handuk. Mana mau mandi pula. Emang pernah lihat lihat kuntilanak mandi?"
"Jam segini dah mandi? Enggak kepagian?" Salma bingung dengan kelakuan kakaknya yang terlihat aneh dimatanya.
"Enggaklah. Mumpung anak-anak tidur diluar , kami semalam pasang amunisi. Sekalian mengulang saat malam pertama dulu. Nanti juga lu ngerasain sendiri . Jadi jangan heran."
"Ya udah. Aku duluan ya kak," Dengan wajah tertunduk malu Salma pergi meninggalkan kakaknya itu. Dalam hati, pikirannya kacau. Sebenarnya bukan masalah besar, cuma tetap saja ia merasa malu.
***
"Mas, bangun . Bentar lagi adzan subuh," dengan lembut ia membangunkan pria yang baru menjadi suaminya itu.
"Mas bangun . Mandi dulu sana," Sekalian mengingatkan untuk mandi wajib, Salma berusaha membangunkan Fiky yang masih tertidur pulas.
"Mas, bangun mas," Kali ini dengan sedikit menggoyang tubuhnya , Salma berkata agak keras.
Mungkin karena sedikit agak keras, suaminya itu akhirnya membuka matanya perlahan. Dipandanginya wanita yang ada didepannya. Rasanya seperti tidak asing baginya. Namun saat ia melihat sekelilingnya , nampaknya terasa asing . Ia merasa sedang terdampar di sebuah tempat yang asing . Ia juga masih berpikir apa yang diperbuat olehnya sehingga badannya hanya terbungkus selimut saja. Tak ada sehelai pakaian yang menempel ditubuhnya.
"Aku dimana?" begitulah kata pertama yang ia ucapkan saat matanya terbuka.
"Dikamar. "
"Kamarnya siapa? Perasaan kamarku enggak kayak gini deh. Kamu siapa?" Fiky mendadak amnesia.
"Kamar kita. Kamar siapa lagi? Lupa ya kita udah nikah?" Salma bingung harus berkata apa saat mendengar suaminya bertanya seperti itu.
"Emang iya?"
"Lihat nih," daripada bingung harus mengatakan hal apa lagi agar bisa meyakinkan, Salma memberinya dua buku kecil bergambar Garuda.
"Istriku ternyata. Maaf ya, maklum belum terbiasa ," begitu melihat buku itu, ingatannya mendadak kembali lagi.
"Ya udah . Lain kali jangan sampai lupa. Masa iya tiap pagi harus ngingetin," dengan cemberut Salma berkata begitu. Pingin rasanya mencubit suaminya sekeras mungkin biar sadar. Tapi ya untuk kali ini ia berusaha memakluminya. Lain kali bakal ia cubit sekeras yang ia bisa .
"Mandi dulu sana. Jangan lupa niat sebelum mandi biar sholatnya sah," Salma tidak mau mengambil pusing.
"Oke siap. Jangan lupa sedia kopi ya. Selesai aku mandi kopinya dah jadi ," begitu bangun dari tempat tidur Fiky langsung meminta segelas kopi.
"Gampang itu sih," Salma berkata sambil memberikan suaminya handuk. Begitu suaminya pergi, Salma segera ke dapur untuk membuat segelas kopi permintaan suaminya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 40 Episodes
Comments