08. Obrolan

Setelah mendengar kabar bahwa kakak iparnya akan pulang kampung, Fiky segera keluar kamar mengikuti istrinya. Terlihat di dapur ia sedang menyuapi anaknya yang masih kecil secara bergantian. Rasanya lucu sekali saat melihat ekspresi mereka yang terlihat begitu antusias. Rasanya jadi nostalgia , Fiky ingat dulu saat kecil ia paling suka makan disuapin.

Walaupun dulu cuma nasi kepal saja, tapi rasanya enak sekali. Rasanya jadi ingin kembali ke masa saat masih jadi anak-anak dulu. Enak, tak perlu memikirkan hal-hal yang begitu berat seperti sekarang. Besok kalau punya anak ia ingin menyuapi anaknya dengan cara yang sama . Ia ingin anaknya tahu betapa enaknya nasi kepal buatan ibu saat masih kecil dulu.

Sebenarnya saat sudah dewasa pun ia kadang masih merindukan hal seperti itu. Tapi kan tidak mungkin juga mengutarakan niatnya itu. Yang ada dia cuma ditertawakan, apalagi sekarang sudah menikah. Rasanya semakin malu untuk meminta hal semacam itu .

"Eh ada pengantin baru. Mau disuapin juga ?" saat melihat adiknya menghampiri, ia mencoba untuk bercanda.

"Enggaklah, dah nikah masih disuapin, malu mbak. Tapi kalau Salma yang nyuapin sih gas aja," dengan nada bercanda Fiky menjawab. Nampak olehnya mukanya Salma melihatnya dengan penuh kekesalan.

"Lucu kali ya keponakan om. Pingin deh cepat punya juga . Enggak sabar pingin momong anak," Fiky tidak memperdulikan Salma yang berada disampingnya.

"Udah nikah sih bebas . Gas terus Fik biar cepat dapet momongan," Entah darimana tiba-tiba suami kakaknya datang dan langsung berkata begitu.

"Ini juga dah berusaha kok. Mungkin bentar lagi bakal punya juga," Fiky merasa tertantang.

"Anak pertama rencananya cewek apa cowok?" tanya kakaknya.

"Mau cewek atau cewek yang penting lahir dulu," kali ini Salma yang berbicara. Rupanya dia tak ingin jadi obat nyamuk disana.

"Aku juga ikut , dikasih cewek Alhamdulillah cowok juga Alhamdulillah. Intinya yang penting punya anak dulu," Fiky ikut menambahkan. Ia setuju dengan yang diucapkan istrinya.

"Kami juga gitu. Soalnya kadang ada pas diperut disangkanya cowok pas lahir ternyata cewek ada juga yang sebaliknya. Tetanggaku disana ada yang ngalamin kayak gitu. Makanya kami enggak mau ambil pusing. Dikasihnya apa ya diterima soalnya di luaran sana ada juga yang nikah bertahun-tahun enggak dikasih anak padahal udah berobat kemana aja."

"Kalau misalnya mau buat Adek lagi itu jaraknya berapa lama idealnya?" tanya Fiky.

"Mungkin dua tahun paling cepat. Kalau bisa jangan tiga tahun, entar kalau dah sekolah agak berat juga pas yang satu mau SMP satu lagi masuk SMA. Tapi ya terserah sih . Kalau aku sih gitu biar enggak terlalu berat nanti."

"Tadi Fiky nanya, pulangnya kok enggak sekalian pas habis nganter manten?" Salma nampaknya kurang nyaman saat yang lain membahas mengenai anak. Dia sebenarnya ingin juga, tapi masih agak ngeri juga saat membayangkannya melahirkan. Rasanya pasti sakit sekali, ia kadang takut sendiri saat membayangkannya.

"Soalnya kerjaan disana enggak bisa ditinggal. Mau enggak mau harus pulang. Sebenarnya pingin sih ikutan sholat idul adha disini besok. Tapi ya besok dah harus pulang biar bisa istirahat sambil makan daging. Kerja kalau pas posisi badannya capek banget enggak enak. Maaf ya," suaminya kakaknya berusaha menjelaskan. Ia tidak ingin ada salah paham diantara mereka.

"Cuma ya nanti anak-anak sama ibunya bakalan tetep disini. Udah lama juga mereka enggak main ke tempat nenek. Biar mereka puas dulu," lanjutnya lagi.

"Sekali lagi maaf ya," Suami kakaknya merasa tidak enak kepadanya.

"Kalau alasannya jelas ya enggak masalah. Apalagi ini menyangkut soal kerjaan, kalau enggak bisa ditinggal ya mau gimana lagi?" Fiky berusaha menerima alasan yang memang logis baginya.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!