"Tadi itu temanmu ya?" Saat Salma sedang sedang menaruh piring , suaminya bertanya.
"Iya. Teman pas SMA dulu, tapi memang sudah lama enggak ketemu sih."
"Dia dulu orangnya gimana sih?"
"Rada tertutup dia, cuma pas lagi rame dia asyik banget orangnya. Tapi itu dulu, entah kalau sekarang."
"Dia jadi tinggal disini?"
"Katanya cuma sebentar. Dia kabur dari rumah jalan rada jauh juga makanya numpang istirahat disini ."
"Oh gitu. Ya soalnya pas kalian ngomong aku langsung ke kamar . Pas nyampe kamar malah ketiduran, besok kalau dah masuk kerja gimana ya kalau kayak gini terus?"
"Nikmatin aja mumpung belum selesai cutinya."
"Pinginnya sih gitu. Tapi ya kalau keterusan kan enggak baik juga . Oh ya dia kabur dari rumah masalah apa?"
"Gara-gara dilecehkan sama ayah tirinya. Parah banget sih ayahnya itu."
"Parah banget. Kayak enggak ada orang lain aja. Masa anak sendiri di embat juga. Lah ibunya enggak tahu?"
"Susah juga mau bilang . Dia juga enggak punya bukti yang kuat."
"Iya sih. Dia pasti trauma. Ngomong-ngomong dia mau pergi kemana habis dari sini?"
"Entah. Ngomongnya keluar kota, tapi ya dia bilang enggak tahu mau kemana. Lagian orang kabur apa ya ada yang tahu tujuan dia pergi mau kemana?"
"Ada sih. Kalau udah niat banget kabur."
"Ya udah. Aku mau lanjut nyuci lagi, hampir aja aku lupa punya cucian," Salma langsung pergi menuju ke sumur untuk segera menyelesaikan pekerjaannya itu.
***
Saat Salma kebelakang , Fiky yang sedang makan jadi kepikiran gimana rasanya jadi temannya Salma itu. Pasti berat banget, sudah pasti ia kena mental. Kalau misalnya ia berada diposisi yang sama udah pasti ayah macam dia sudah jadi mayat. Tak ada tempat bagi orang bejat seperti dia.
Fiky jadi ingat dulu ada tetangganya yang seperti itu, saat ketahuan langsung kena hajar warga. Untung saja masih bisa diamankan polisi, tapi ya memang nasibnya sudah ditentukan. Di penjara ia habis dihajar tahanan lain, polisi pun ikutan juga. Fiky tak tahu hukum yang berlaku di tahanan, namun sepertinya untuk tersangka kasus pencabulan biasanya memang bakal bernasib tragis.
Dia meninggal dua Minggu setelah dipenjara. Hampir tak ada seorangpun yang mau mengurusi jenazahnya. Hanya ada segelintir orang, itupun terpaksa karena harus menunaikan kewajiban terhadap jenazah. Saat tahlilan pun banyak yang tidak datang karena masih belum bisa menerima kelakuan bejat almarhum.
Fiky kadang ikut tahlil juga kalau sedang tidak terlalu capek. Maklum aja karyawan pabrik, kadang terasa sangat berat, tapi ya dia mencintai pekerjaannya walaupun ia kadang ingin bisa kerja ditempat yang lebih baik dari tempatnya bekerja. Tapi ya mungkin rezekinya memang disitu.
Sampai sekarangpun ia masih terdaftar sebagai karyawan ditempat yang sama. Tujuannya sekarang sudah mulai agak jelas, mungkin setahun lagi kalau tabungannya cukup ia ingin membuat usaha sendiri. Tubuhnya makin lama makin merasa tidak kuat juga jika terus-menerus bekerja sangat keras.
Anak yang dulu dilecehkan sempat terkena penyakit mental yang membuatnya susah untuk diajak bicara. Ia bahkan hanya mau berbicara dengan orang yang ia kehendaki saja. Tapi sekarang nampaknya kondisinya sudah membaik. Terakhir Fiky melihatnya sudah mulai bisa beradaptasi dengan orang lainnya. Sebuah awal yang bagus untuknya.
Sayangnya ia pindah ke sebuah daerah yang terpencil. Entah bagaimana kondisinya sekarang, mungkin ia sekarang sudah mulai melupakan kejadian buruk yang menimpanya dulu. Walaupun pindah ke tempat yang terpencil, katanya disana sudah lumayan maju juga. Semoga saja ia bahagia ditempatnya yang sekarang. Kadang Fiky merindukannya, karena hubungan mereka juga lumayan erat. Mungkin lebih seperti Abang yang menyayangi adik kecilnya yang lucu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 40 Episodes
Comments