10. Hari Raya Telah Tiba

Usai sholat subuh Salma langsung menyetrika baju yang akan dipakai oleh suaminya. Sebenarnya ia masih kesal, tapi ya namanya kewajiban mau tidak mau dilakukannya juga. Sebenarnya ia semalam meminta kenikmatan malam pertama karena sebelumnya saat Fiky memintanya selalu saja ada halangan.

Ia sebenarnya masih ngeri untuk punya anak, tapi ia merasa bersalah karena ia tidak bisa memenuhi kewajibannya. Lagipula jika sudah menikah sebenarnya wajar jika ia meminta duluan. Walaupun masih agak kaku di lidah untuk mengucapkannya, tapi itu adalah sesuatu yang alami.

"Mas, bangun sholat subuh. Habis itu siap-siap sholat id," Salma segera membangunkan suaminya usai ia selesai menyetrika.

"Oke, " keadaannya masih setengah sadar saat ia menjawab istrinya. Perlahan, ia duduk di kasur itu sambil mengumpulkan kesadarannya. Setelah itu ia segera pergi untuk mengambil wudhu kemudian sholat. Usai sholat ia langsung mandi, air yang diguyurkan di badan masih terasa dingin sekali .

"Dek, pingin lho di pakein baju sama kamu," saat masuk ke dalam kamar ia berkata begitu.

"Manja kali kayak anak kecil aja. "

"Ya kan mumpung belum punya anak kecil , aku pingin puas-puasin manja-manjaan sama kamu."

"Ya udah. Kali ini aja," Salma sebenarnya malas , tapi akhirnya dipakaikan juga baju itu ke badan suaminya.

"Sekalian celananya juga ya?" saat sedang memakaikan baju, Fiky berkata begitu .

ingin rasanya menolak, tapi mulutnya tidak bisa. Untung suami, kalau enggak udah diomelin habis-habisan olehnya, minimal di lempar celana ke mukanya.

"Celana pendek aja. Soalnya nanti aku pake sarung. Kan aneh kalau pakai celana panjang," terlihat senyum Fiky mengembang. Ternyata enak juga ya punya istri. Andai aja nikah dari dulu. Tapi ya udahlah, yang penting kan sekarang sudah menikah.

"Makasih ya istriku sayang. Pingin deh nyium kamu," dengan suara yang terdengar manja Fiky berkata.

"Nanti aja lah. Aku mau wudhu dulu biar nanti enggak ketinggalan sholat id," Salma langsung pergi. Nampaknya Salma masih kesal dengannya, tapi pagi ini Fiky puas bisa sedikit mengerjai istrinya.

Setelah Salma selesai wudhu, Fiky kemudian mengambil air wudhu. Setelahnya ia langsung memakai sarung dan pergi ke masjid berdua dengan sang istri dengan berjalan kaki karena kebetulan masjid yang dituju tidak jauh dari rumah mereka. Tiba disana langsung ambil posisi ditempat yang sudah ditentukan.

Sholat id nampaknya sudah hampir dimulai, terdengar oleh Fiky suara panitia membacakan siapa saja yang kurban tahun ini. Kaget ia mendengar nama ayah mertuanya disebut . Pasalnya tidak ada seorang anggota keluarga yang mengatakan hal ini. Mungkin dia sudah mendaftar kurban sebelum ia meninggal.

Fiky hampir lupa bacaan yang dilantunkan setelah takbir, Untung saja suara imam yang menggunakan pengeras suara terdengar hingga ketempat dimana ia berdiri. Setelah takbir ia tadi hampir membaca alfatihah, untung saja belum sempat ia membaca ia mengingatnya kalau takbir sholat id diulang beberapa kali sebelum akhirnya membaca alfatihah. Maklum, walaupun sudah berada di masjid ia masih sedikit mengantuk karena udara masih dingin. Hari ini awan mendung memenuhi langit.

Usai sholat ia langsung pulang.Tak ada makanan yang spesial untuk dimakan pagi hari. Ia sarapan dengan kacang panjang dicampur tempe. Fiky sudah tak sabar nanti sore makan daging sapi. Ia sudah angan-angan ingin membuat sate dan rendang. Belum juga sapinya dipotong, pikirannya sudah kemana-mana.

"Sal, emang bapak ikut kurban ya?" saat selesai makan Fiky langsung bertanya.

"Bapak enggak cerita. Tapi kayaknya iya, soalnya dari kemarin dia bilangnya pingin kurban gitu," jawab Salma sambil membereskan piring yang dipakai untuk makan.

"Kita tahun depan ya kurban? Aku jadi pingin juga," Fiky mengutarakan keinginannya.

"Aku pun pingin juga. Ya semoga tahun depan kita bisa ya," setelah berkata begitu ia langsung pergi untuk menaruh piring dan alat makan lain ke tempat cucian piring.

"Kau pernah lihat orang motong hewan kurban enggak Sal?" Begitu melihat Salma selesai mencuci piring Fiky langsung berkata begitu.

"Dulu pernah. Sekarang kalau diajak nengok gituan aku enggak mau. Ngeri aja gitu ngelihat Sapi pas disembelih. Enggak tahan juga ngelihat darah banyak banget ," Salma yang baru duduk disampingnya Fiky langsung berkata .

"Entah kenapa kalau lihat darah banyak banget gitu bawaannya pingin muntah. Lagian juga aku mau nungguin abang yang di Kalimantan . Walaupun dia ngeselinnya bukan main, tapi tetap saja aku kangen sama dia. Dah lama enggak pernah ketemu sama dia," lanjut Salma .

"Padahal tadi niatnya mau ngajak lihat orang menyembelih sapi bareng kau. Tapi ya kalau kau enggak tahan ya mau gimana lagi. Lagian kayaknya mending gak usah , enggak enak juga sama abang ipar. Dia datang aku enggak ada. Aku kan juga pingin kenalan sama dia " Fiky sebenarnya ingin melihat pemotongan sapi, tapi sepertinya keadaan tidak memungkinkan baginya untuk pergi

"Ya kalau mau nengok silahkan. Aku enggak melarang kok. Lagian enggak perlu merasa enggak enak sama Abang iparnya nanti. Dia orangnya santai kok."

"Males ah. Entar ada yang bilang baru nikah kok dah main ninggalin istrinya. Malah jadi gosip . Malas mendengarnya aku."

"Ya enggak usah didengar. Dengerin kata orang enggak ada habisnya. Pasti ada aja yang salah. Orang dulu juga pas aku mau nikah sama kau ada yang bilang katanya baru kenal kok dah ngajak nikah, emangnya udah hamil duluan? Giliran pacarannya lama pasti ada yang bilang pacaran doang enggak di nikah ."

"Beneran ada yang ngomong gitu?"

"Iya. Tapi ya udahlah ya, ngapain coba mendengar hal semacam itu? Nambahin beban hidup aja. Biarin aja, entar kena karma juga itu orang."

"Kalau ngajak keponakanmu enggak masalah kan? Sebenarnya aku enggak enak sama Abang ipar, tapi rasa pingin lihat itu dah nyampe ubun-ubun. Lagian cuma setahun sekali ngelihat orang motong sapi."

"Kan udah jadi keponakanmu juga. Kalau boleh sama ibunya enggak masalah sih. Tapi kayaknya mereka udah duluan deh."

"Beneran?"

"Masa aku bohong sama suami sendiri. Untuk apa juga?"

"Iya deh aku percaya. Aku pergi lihat orang motong sapi dulu ya sayang. Kalau kangen nyusul aja."

"Hati-hati ya, matanya dijaga."

"Kalau itu sih udah pasti. Enggak bakal aku melirik orang lain . Aku kan udah jadi milikmu," Fiky sok romantis berkata sambil sedikit tersenyum .

"Percaya kok aku."

"Ya udah aku berangkat dulu ya," Fiky segera memakai sendal jepit dan pergi menuju ke masjid untuk melihat hewan kurban disembelih. Sebenarnya biasanya ia agak malas untuk melihat saat-saat dimana hewan kurban disembelih, namun kali ini entah mengapa ia sangat ingin melihatnya. Ia sendiri bahkan tak tahu mengapa.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!