"Zal, aku harus gimana? Aku takut..," Seorang wanita sambil menangis mengutarakan sesuatu.
"Harus gimana apanya? Emangnya kamu kenapa?" pria yang berada di depannya itu belum mengerti dengan apa yang dibicarakan oleh wanita yang berada disampingnya itu.
"Ayahku Zal, aku takut sama dia."
"Kenapa kamu takut dengan ayah sendiri? Ada apa sebenarnya?"
"Aku takut ayahku datang lagi ke kamarku. Aku takut dia melakukan hal yang sangat mengerikan ."
"Mengerikan? Maksudnya?"
"Dia belakangan ini selalu saja meminta kepuasan dariku padahal aku ini anak kandungnya. Ingin rasanya kabur saja dari rumah. Tapi kalau itu kulakukan dia akan mempublikasikan video yang dia rekam saat melakukan tindakan yang mengerikan itu. Aku harus minta tolong sama siapa?" perlahan air matanya mulai menetes. Nampaknya dia berkata dengan sungguh-sungguh.
Rizal yang mendengar perkataan yang sungguh membuatnya ikutan sedih itu ikut mengeluarkan air mata. Tak terbayang bagaimana rasanya melakukan hal yang terpaksa seperti itu. Pasti akan sangat menyakitkan sekali. Terutama bagi seorang wanita.
"Ibumu tau soal ini?"
"Enggak. Aku enggak berani memberitahunya. Cuma sama kamu aja aku cerita karena aku tahu kamu enggak akan menceritakan hal ini kepada orang lain. Aku takut, aku benar-benar hancur saat aku tahu bahwa itu semua adalah kenyataan."
"Bagaimana kalau kita melaporkan kasus ini ke polisi?" Rizal memberi usul.
"Aku enggak pingin orang lain tahu. Ini aib , aku takut dengan hinaan orang yang nanti bakal tahu masalah ini. Lagipula aku enggak punya bukti ataupun punya uang untuk menyewa seorang pengacara. Apa bakal mereka percaya? Apa bakal diproses? Aku sendiri aja ragu. Soalnya kan aku belakangan ini melihat di berita kalau enggak semua kasus bisa di proses sama orang sana. Apalagi aku enggak punya apa-apa."
"Yang penting kan usaha dulu. Jangan menyerah duluan sebelum kita mendapatkan solusi terbaik untuk masalahmu itu."
"Zal, kalau gadis yang udah enggak suci kayak aku gini apa masih ada orang yang bakal menerima aku?"
"Pasti ada. Jangankan gadis yang udah enggak suci, yang udah punya anak juga masih bisa dapat jodoh kok," Rizal berkata sesuatu dengan fakta yang ia tahu.
"Kalau ayahmu ku bunuh boleh enggak?" Entah dapat ide darimana Rizal mengeluarkan kalimat seperti itu.
"Maksudmu?"
"Aku pikir ayah seperti itu hukuman yang setimpal ya cuma dengan nyawanya. Dia sama sekali enggak pantas lagi untuk menghirup udara segar di dunia ini."
"Aku pernah memikirkan hal itu . Tapi aku enggak sanggup untuk melakukannya. Aku benar-benar enggak bisa, andai ia bukan ayahku mungkin aku bakal membunuhnya juga."
"Kalau begitu aku akan membantumu membongkar kasus ini di kepolisian. Kalau misalnya pakai uang biar berapapun akan ku usahakan. Kamu temanku, yang namanya temanku adalah orang berharga yang kupunya, enggak akan ku biarkan orang yang menyakitimu terus hidup."
"Enggak usah sampai segitunya. Aku cuma pingin cerita aja, lagian aku mau bagaimanapun sepertinya tidak ada yang cara menyelesaikan masalahku ."
"Apa kau mau menanggung derita terus-menerus?"
"Enggak."
***
Abangnya Salma menceritakan seorang wanita yang pernah ia kenal dahulu saat ia masih berada di perantauan saat ditanya alasannya tanpa ragu mengizinkan sahabatnya yang bernama Centini itu untuk berada di rumahnya.
"Terus apa yang terjadi bang dengan wanita itu."
"Dia setelah mengungkapkan keluh kesahnya melakukan bunuh diri saat ia dipaksa untuk memuaskan nafsu ayahnya yang kesekian kali, aku enggak tahu soal ini benar atau tidak. Saat kejadian itu terjadi aku tidak mengetahuinya. Aku tahu berita itu langsung dari ibu wanita itu yang sepertinya selalu diselimuti kabut sejak mengetahui peristiwa itu ."
"Lalu ayahnya?"
"Dia akhirnya melarikan diri setelah perbuatannya diketahui. Dia kemudian menjadi buronan polisi.Tapi dia memilih untuk bunuh diri dengan menceburkan dirinya di sungai yang yang terkenal sangat deras airnya. Dia di temukan mengambang dan sekarang dia sedang disiksa di alam kubur."
"Kok temennya Abang enggak menerima tawarannya Abang aja? Padahal kalau dia terima kan enggak harus bunuh diri."
"Dia mungkin mau. Tapi kalau sampai ada yang tahu pasti bakal jadi gunjingan . Tau sendirilah mulut orang kalau enggak di kasih rem nyakitin banget. Mungkin itu pertimbangannya. Lagian dia mungkin mikir percuma juga hidup. Dia sebenarnya orangnya lumayan tertutup, cuma sama aku aja sedikit terbuka."
"Kasihan kali nasibnya. ada ya ayah kandung yang kelakuannya bejat banget. Oh ya Abang minta nomor ayahnya Centini buat apa? "
"Biar gampang nanti aku nyebar ke rombonganku. Biar tahu rasa dia."
"Rombongan yang mana?"
"Ada deh. Bahaya kalau kau tahu. Sebenarnya pingin sendiri sih. Cuma ya biar lebih mulus aja."
"Mau diapain bapaknya temanku?"
"Pingin banget mengusapkan pisau dilehernya. Dari dulu aku pingin nyoba rasanya ngusap leher orang pakai pisau. Rasanya kayaknya mantap kali, apalagi orang bermasalah macam dia. Rasa nikmatnya pasti bisa berkali-kali lipat."
"Abang enggak kesurupan kan?" Saat mendengar ucapan abangnya yang tidak seperti biasa, Salma merasa ada sesosok makhluk halus yang mengambil alih kesadarannya.
"Enggaklah. Kenapa rupanya? Dulu, aku enggak bisa menyelamatkan wanita ku ceritakan kepadamu tadi. Sekarangpun sama saja, tapi setidaknya aku bisa menghentikan perbuatan bejatnya untuk selamanya."
Salma diam, nampaknya dia mulai mengerti mengapa abangnya bersikap begitu. Sepertinya ada sebuah penyesalan yang menghinggapinya. Wajar kalau dia akhirnya ingin meluapkan rasa sesalnya itu. Walaupun sebenarnya perbuatannya yang demikian itu melanggar hukum. Ia sepertinya sudah tidak peduli.
"Nanti Abang bisa masuk penjara lho. Pasal pembunuhan berencana."
"Enggak akan. Aku bakal main rapi."
"Terserah Abang aja deh. Aku mau nyiapin makan buat suamiku," Salma meninggalkan abangnya. Dia tidak mau ikut terlibat dalam masalah yang bakal jadi rumit. Salma untuk pertama kalinya merasa kurang senang ada temannya yang main. Alasan utamanya adalah karena hal abangnya ikut campur dalam masalah yang seharusnya ia tidak terlibat.
Entah apa jadinya kalau abangnya sampai melaksanakan niatnya yang terdengar mengerikan olehnya. Takut kalau sampai ada orang yang tahu. Mana orang tua tinggal satu lagi, intinya dia benar-benar tidak habis pikir dengan pola pikir abangnya itu.
Mungkin karena dia laki-laki sedangkan Salma adalah seorang wanita. Kadang perbedaan kelamin membuat perbedaan yang jauh dalam segala hal. Baik itu pola pikir, cara bersikap, tugas dan kewajiban serta hal lain.
Sambil mengambil makanan Salma berdoa dalam hati agar niat abangnya itu berubah. Dia tahu, sekali abangnya nekat dia takkan menyesal. Tapi seharusnya dia juga harus memikirkan masa depannya juga. Lagipula bukan hal yang baik jika itu dilakukan karena emosi semata.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 40 Episodes
Comments