04. Pemakamam

Jenazah dimandikan pagi itu juga. Fiky dengan tangan gemetar menegang gayung . Diciduknya air yang sudah dicampuri kapur barus itu. Wanginya menyebar ke seluruh penjuru. Sebenarnya ia takut, tapi ini adalah terakhir kalinya ia mewujudkan baktinya kepada mertua.

Ia berusaha tegar menghadapi semuanya. Sekilas nampak olehnya istrinya sedang menangis melihatnya. Disampingnya berdiri seorang perempuan yang nampaknya sedang berusaha untuk menguatkan. Fiky sadar betapapun sedihnya dia, istrinya mengalami kesedihan melebihi dirinya.

Setelah memandikan, sebelum disholatkan Fiky menyempatkan diri untuk berganti pakaian terlebih dahulu karena pakaian yang ia pakai tadi basah kuyup. Saat menyolatkan, entah kenapa kakinya terasa lemas sekali. Ia tak sanggup berdiri, tapi ia paksakan dirinya untuk terus berdiri hingga sholat jenazah selesai dilaksanakan.

Dengan menggunakan mobil ambulans , mereka mengantarkan pergi ayah tercinta ke liang lahat. Walaupun belum makan, Fiky ikut membantu menguburkannya. Semua nampak berduka.

***

"Mas, kenapa ayah pergi secepat ini? Padahal aku ingin sekali dia melihat anak kita besok ," Salma saat berada dikamar langsung berkata begitu kepada suaminya.

"Namanya juga juga umur. Mau bagaimana lagi. Andai kita ketemunya lebih cepat. Mungkin sekarang kita udah punya momongan," Fiky bingung harus berkata apa.

Sebenarnya ia juga sedih , bagaimanapun ia juga ingin punya sosok ayah. Sejak bapaknya meninggal saat ia masih kecil , ia selalu memimpikannya. Tapi itu semua tidak terwujud karena ibunya tidak ingin menikah lagi. Pernah ia protes kepada ibunya agar mau menikah lagi, tapi yang didapat hanya Omelan saja.

Sejak saat itu ia mulai mengubur keinginannya itu hingga saatnya ia bertemu Salma. Saat tahu Salma masih punya ayah ia senang sekali. Akhirnya keinginan yang lama terkubur itu akan terwujud.

"Nanti malam kita ngelakuin yang kayak tadi malam ya? Daripada terus bersedih lebih baik kita ikhtiar membuat anak," Lanjut Fiky sambil berusaha mencari topik yang lain.

"Baru juga semalam," Salma kaget mendengarnya.

"Ya daripada terus bersedih . Lagipula ditangisi terus-menerus bapak enggak bakal hidup lagi. Aku dulu juga waktu awal-awal bapakku dulu meninggal sering nangis. Tapi dipikir juga percuma."

"Terserahmu aja. Kau dah makan?" Salma sedang tidak bersemangat mendengar penjelasan suaminya.

"Kan belum diambilkan nasi sama kamu, lupa ya?"

"Maaf, tadi terlalu sedih sampai lupa suamiku belum makan."

"Santai aja. Aku ngerti kok perasaanmu."

***

Setelah Salma keluar kamar, Fiky mencari kakak iparnya. Ia ingin tahu penyebab kematian mertuanya yang mendadak itu. Setelah beberapa saat akhirnya ia menemukannya juga. Segera ia mendekatinya.

"Kak, aku boleh nanya sesuatu enggak?" dengan muka bingung Fiky berusaha berbicara. Maklum, ia belum biasa bicara dengan kakak iparnya itu. Alasan terbesarnya mungkin karena kakak iparnya itu tinggal ditempat yang jauh. Dia pulang ke rumah orangtuanya karena ingin melihat adiknya menikah.

"Nanya apa?"

"Gimana ya bilangnya..... " Fiky ragu mengucapkan kata-kata yang berada di tenggorokannya itu.

"Enggak usah takut. Enggak bakal gigit kok aku," Kakak iparnya berusaha mencairkan suasana.

"Gini lho kak. Bukannya mau lancang atau gimana. Cuma aku penasaran dengan penyebab bapak meninggal. Soalnya terakhir kali aku melihat, dia masih nampak segar sekali," walaupun tidak yakin dengan kata-kata yang ia keluarkan, ia paksakan juga berbicara.

"Aku juga enggak tahu. Yang jelas tadi sehabis sholat subuh ia bilang mau tidur sebentar saja tapi saat dibangunkan dia sudah pergi. Mungkin udah jalannya. Yang penting kita doakan saja dia tenang di alamnya sana," kakak iparnya berusaha menjelaskan sebaik mungkin .

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!