Fitri di rumah sendirian setelah ditinggal oleh Fiky. Sebenarnya ia ingin sekali ikut, tapi ya ia tidak tahan melihat darah sapi yang berceceran . Daripada terjadi sesuatu ia memutuskan untuk di rumah saja. Daripada bengong, ia memilih untuk mencuci baju sekalian beres-beres rumah. Mengupas bumbu juga untuk memasak daging nantinya. Sebenarnya ia tidak terlalu suka dengan daging sapi, tapi melihat suaminya begitu bersemangat ia akan berusaha mengolahnya sebaik mungkin.
Karena tidak terlalu paham dengan cara mengolahnya, ia akhirnya mencari lewat internet kemudian dicatatnya. Biasanya selama beberapa tahun ini kalau dapat daging cuma dibuat bakso saja. Tahun ini menjadi berbeda, apalagi setelah sekian lama akhirnya ia berkumpul kembali dengan saudara kandungnya.
****
"Hai, udah duluan rupanya. Tadi padahal paman mau ngajak. Kok paman enggak tahu ya kamu berangkat tadi?" saat bertemu dengan keponakannya Fiky langsung mengatakan hal seperti itu.
"Paman sih asyik ngobrol sama bibi. Jadinya enggak tahu," yang menjawab ibunya karena keponakannya sedang rewel .
"Bertiga aja nih kesini?"
"Tadi sama ibu. Tapi entah sekarang dimana orangnya," jawab kakak iparnya.
"Kok bisa misah sama ibu?"
"Iya tadi anakku rewel pingin buang air. Pas kesini lagi orangnya dah enggak ada. Ku kira pulang."
"Di rumah juga enggak ada kulihat dia pulang."
"Masa?"
"Ya udah ku cariin dulu. Pasti masih berada disekitar sini. "
"Santai aja. Dah tua gitu juga dia belum pikun , kemana-mana jalan pun masih kuat ."
"Ya udah kalau gitu," Fiky akhirnya mengikuti apa yang dibilang kakak iparnya. Lagipula ia ingin sekali melihat proses penyembelihan sapi.
***
"Cepat sekali pulangnya Bu?" Salma yang sedang menyapu ruangan melihat ibunya masuk langsung bertanya.
"Rame banget disana. Rencananya mau lihat sapi disembelih, tapi gara-gara ramai kalau lihat dari jauh juga enggak jelas jadinya ya pulang aja."
"Suamiku baru aja ke sana."
"Kau enggak ikut Sal?"
"Enggak. Daripada muntah malah malu-maluin suamiku ya lebih baik aku di rumah."
"Enggak nyangka ya bapakmu udah enggak ada . Tapi ya akhirnya keinginan untuk kurban terwujud juga sebelum dia dipanggil. "
"Ya mau gimana lagi. Namanya juga umur siapa yang tahu," Salma bingung harus berkata apa lagi saat ibunya mengenang almarhum bapaknya. Masih terlihat kesedihan diwajahnya walaupun sebenarnya ia sudah berusaha mengikhlaskan.
"Tapi ya setidaknya dia berhasil mewujudkan mimpinya untuk berkurban setelah beberapa tahun tertunda."
"Ibu mau ku buatkan teh manis enggak?" daripada melihat ibunya sedih karena mengingat yang sudah tak ada Salma begitu .
"Enggak. Kayak tamu aja."
"Ya udah kalau enggak mau. Aku mau menjemur pakaian dulu ."
***
Susana disekitar tempat pemotongan kurban mendadak heboh, pasalnya salah satu sapi yang hendak dipotong kabur . Ia lari sekencang yang ia bisa. Nampaknya ia belum siap untuk disembelih.
Terlihat beberapa orang terluka karena ulah sapi yang mengamuk itu. Untung saja Fiky berada ditempat yang aman, jadi dia selamat dari amukan sapi itu. Terdengar suara beberapa orang kesakitan.
Panitia akhirnya memutuskan untuk memotong sapi yang lain terlebih dahulu sebelum sapi yang tadi berhasil dijinakkan. Saat sapi itu dipotong, tak ada seorangpun yang berani mendekat kecuali petugas . Bagaimanapun mereka takut kejadian yang sama akan terulang lagi.
Sebenarnya sapi itu hampir lepas juga, untung saja petugas lebih berhati-hati . Niatnya untuk kabur tak tercapai lagi, terlihat darah keluar dari leher sapi yang baru dipotong. Saat melihatnya rasanya memang agak ngeri, namun jika sudah berada di atas piring rasa ngeri itu tidak akan terpikirkan lagi .
Fiky jadi ingat ia pernah membaca di medsos idul adha adalah hari pembunuhan massal sapi . Ada beberapa kelompok yang menentang hal itu, utamanya kelompok orang-orang yang mengaku vegetarian. Mereka lupa, ayam setiap hari dibunuh dalam jumlah besar untuk memenuhi pasokan rumah makan dan usaha lainnya. Bahkan ayam lebih parah, karena telurnya pun jadi sasaran empuk untuk dimakan .
Mungkin sapi tadi kabur karena merasa ngeri juga. Walaupun sebenarnya ia ikhlas untuk dipotong. Dengan begitu ia merasa lebih berguna bagi manusia.
***
Salma sambil menjemur pakaian bingung harus bagaimana terhadap ibunya yang terlihat masih tidak rela dengan kematian ayahnya yang memang sangat mendadak sekali. Bagaimanapun ibunya adalah yang paling sedih dengan kenyataan yang ada. Salma sebenarnya sedih , tapi ia sudah mulai bisa menerimanya.
Kasihan juga kalau terus menerus bersedih, ayahnya juga pasti tidak akan senang kalau melihatnya. Maka dari itu ia berusaha untuk tidak larut terlama lama. Apalagi sekarang ada suami yang selalu bisa membuatnya tersenyum, walaupun terkadang ia sangat kesal dengan tingkah lakunya.
Salma tidak menyangka akan cepat mendapatkan pasangan setelah sebelumnya ia ditinggal nikah oleh pacarnya. Waktu itu ia sebenarnya tidak ingin mengenal cinta terlebih dahulu. Ingin menikmati hidup dengan lebih bebas sebelum nanti benar-benar yakin akan menikah dengan seseorang yang akan menjadi imannya nanti.
Ternyata doanya langsung terkabul. Sesosok malaikat datang membawakan segala macam kebahagiaan yang tak terduga. Ia sangat bersyukur bisa bertemu dengannya walaupun itu terjadi tidak sengaja.
***
Baru setengah dari jumlah sapi yang dipotong, saat melihat rombongan bapak-bapak sedang menguliti dan memotongnya menjadi kecil-kecil rasanya Fiky ingin juga melakukannya. Tapi rasanya malu juga karena masih baru beberapa hari. Karena pertimbangan itulah ia tidak jadi melaksanakan niatnya.
"Seru enggak lihat sapi dipotong?" Fiky mendekati keponakannya yang terlihat betah disana.
"Seru om. Seru banget," jawab keponakannya yang paling tua.
"Dimas nanti mau makan daging sapi enggak?" tanya Fiky kepada keponakannya yang paling tua .
"Mau. "
"Mau di buat rendang atau sate?"
"Katanya mama nanti dagingnya di sate kayak yang biasa dibuat sama bapak," jawabnya lagi. Walaupun masih belum usia sekolah tapi nampaknya dia sudah pintar bicara.
"Dimas suka sate sapi ya?"
"Iya om . "
"Ya udah, nanti kita buat sate sapi bareng-bareng ya . Dimas mau bantuin kan?"
***
"Akhirnya sampai rumah juga. Aduh capek kali, " sambil melangkahkan abangnya Salma berkata begitu. Setelah perjalanan yang lumayan lama ditambah lagi kendaraan yang penuh terisi dengan pemudik yang memanfaatkan momen lebaran haji untuk pulang kampung sebentar.
"Assalamualaikum, Sal Abang pulang nih ," saat berada di depan pintu ia berkata begitu . Sebenarnya tidak masalah baginya untuk langsung masuk tapi rasanya agak gimana , jadi ya dia menunggu sampai adiknya menemuinya
"Eh ada Abang. Kapan sampai bang?" sambil tersenyum lebar Salma berkata kepada abangnya.
"Barusan. Bisa minta tolong bawain barang yang ku bawa enggak? Aku capek banget. Rasanya ingin tidur , mataku udah berat banget," Abangnya berkata sambil melepaskan sepatunya sebelum masuk ke dalam.
"Gampang itu. Kalau mau tidur ya enggak masalah," sebenarnya Salma agak keberatan, tapi melihat mata abangnya terlihat ia sangat lelah jadi dibantunya mengangkat barang yang dibawa Abangnya itu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 40 Episodes
Comments