Chapter 18

"Chloe! Chloe! Aku ingin menemui Ibu, tapi tidak bisa..."

Anak kecil berambut coklat panjang, dan mata birunya itu menatap Chloe dengan cemberut. Tampaknya dia cukup kesal.

'Ini mimpi lagi?' batin Chloe.

"Kak Bella, itu wajar. Tabib bilang ibu butuh istirahat dan tidak boleh banyak bergerak apa lagi sekarang kandungannya sudah memasuki 7 bulan."

"Tapi, setidaknya aku ingin bertemu dengan Ibu dan mengobrol dengannya walau hanya sekali sehari. Ayah membuat peraturan yang aneh."

"Itu karena Ayah menyayangi Ibu dan Adik kita yang berada dalam perutnya."

"Iya! Aku mengerti. Tapi, jika terlalu seperti ini... Chloe aku hanya rindu Ibu saja. Aku merasa kesepian karena tidak bisa bertemu Ibu. Aku kangen dimana kita bertiga pergi bermain dan jalan-jalan keluar bersama."

Arabella merebahkan tubuhnya di atas kasur Chloe.

"Kamu tidak merasa kesepian, Chloe?"

"Saya tentu saja tidak. Untuk apa saya merasa kesepian? Walaupun sekarang saya jarang bertemu dengan Ibu dan Ayah, tapi saya masih satu rumah dengan mereka. Selain itu, Kak Bella juga sering datang kesini. Tidak alasan bagi Kak Bella juga untuk merasa kesepian, kan? Kau boleh datang kapanpun kesini."

Arabella yang mendengar nasihat Chloe segera beranjak bangkit dengan bersemangat. Dia memasang senyum ceria.

"Kau benar! Aku masih memiliki mu! Chloe kalau begitu ayo kita bermain ke taman!"

Arabella segera menarik lengan Chloe dan membawa Chloe ke taman dengan memaksa, walaupun Chloe tidak mau. Tapi, Chloe tetap mengikuti permintaan Arabella.

"Hm... Permainan apa ya yang seru?" tanya Arabella.

"Kalau begitu, bagaimana jika bermain permainan petak-umpet? Saya akan bersembunyi, dan Kak Bella yang akan mencari saya."

Arabella menatap tajam Chloe dengan tidak suka.

"Aku tahu kau akan bersembunyi di kamar mu!"

"Tidak, aku tidak akan."

"Bohong! Aku tidak percaya!"

"Sejak kapan saya berbohong?"

"Pokoknya, aku yang akan bersembunyi, dan kamu yang akan mencari ku!"

Chloe menghela napas dengan lelah. Dia kembali menuruti ucapan Arabella. Chloe mengangguk-anggukan kepalanya.

"Sekarang tutup matamu!" titah Arabella.

Chloe kemudian benar-benar menutup kedua matanya dengan dibantu tangannya.

"Jangan mengintip ya!"

Arabella mulai menjauh dan bersembunyi. Dia masih bersembunyi di sekitar taman. Dia bersembunyi di balik semak-semak.

"Kak Bella, sudah?" tanya Chloe dengan sedikit berteriak.

"Sudah!" jawab Arabella. "Kamu boleh membuka mata mu sekarang!"

Chloe kemudian membuka mata rubynya. Dia mengedarkan pandangannya. Mencari tempat dimana sekiranya Arabella sedang bersembunyi.

"Kak Bella tidak bersembunyi di dalam rumah, kan?"

"Tentu saja tidak, aku masih di sekitar sini!"

Chloe mencari Arabella cukup lama disekitar taman karena taman ini cukup luas. Dia juga berjalan perlahan karena sedang merasa sedikit tidak enak badan. Sudah cukup lama waktu berlalu, dan Chloe ingin menyerah saja.

"Kak Bella, saya ingin menyerah saja. Hari ini, mataharinya terik sekali."

"Terlalu cepat untuk menyerah Chloe! Dengarkan suaraku, dan kamu pasti akan segera menemukanku!"

Diam-diam, Arabella terkekeh di balik semak-semak.

"Kak Bella, cukup sampai sini saja ya bermainnya? Saya merasa tidak enak badan hari ini," jujur Chloe.

"Jangan berbohong Chloe. Jangan banyak mengeluh!"

"Saya tidak berbohong, saya benar-benar... merasa tidak enak badan, Kak Bella."

Chloe merasakan rasa sakit di jantungnya perlahan-lahan. Dia juga merasa jantungnya tiba-tiba berdegup dengan sangat cepat tanpa sebab.

Tapi, Arabella tidak mempercayai itu dan hanya menganggap bahwa Chloe sedang bercanda karena Chloe tidak ingin bermain dengannya lebih lama.

"Aku ada di dekat sini, kok! Ayo pikirkan lebih keras!"

"K-kak Bella— uhuk!"

Chloe terbatuk mengeluarkan darah hitam. Dia kemudian merasakan tenggorokan dan dadanya yang sakit. Tubuhnya juga mulai kehilangan kekuatan untuk berdiri.

Arabella yang mendengar Chloe terbatuk, segera keluar dari balik semak-semak. Dia segera menemukan Chloe dengan cepat.

Chloe tengah berdiri mematung sambil melihat darah hitam di tangannya.

"Chloe! Apa yang terjadi?!"

Arabella berlari menghampiri Chloe. Dia bisa melihat darah hitam itu. Dia khawatir dan ketakutan. Ternyata, Chloe benar-benar tidak sedang berbohong bahwa dia sedang tidak enak badan hari ini. Tapi, Arabella kebingungan melihat darah hitam itu.

"Ini darah?! Mengapa warnanya hitam seperti ini?!!"

"K-kakak..."

Perlahan, pandangan Chloe menjadi samar-samar hingga akhirnya tubuhnya terhuyung ke depan. Anak itu pingsan.

"Chloe!"

Arabella berteriak panik melihat Chloe yang pingsan.

"Chloe! Hei! Kamu pingsan?!! Tolong jangan bercanda! Ini membuat ku takut!"

Arabella mulai menangis perlahan melihat tidak ada respon dari adiknya. Chloe benar-benar sedang tidak bercanda, dan sekarang Arabella percaya itu.

"Chloe! Maafkan aku! Tunggu, aku akan segera memanggil para pelayan!"

Arabella segera berlari meninggalkan Chloe yang pingsan di taman. Dia memanggil para Kesatria dan Pelayan untuk membantunya membawa Chloe ke kamar dan mencarikan tabib untuk mengobatinya. Selama para Pelayan dan Kesatria itu mencari tabib, Arabella segera berlari mencari Dylan.

Tok!

Tok!

Tok!

"Ayah! Ayah! Ini aku, Bella! Tolong buka pintunya!"

Dia mengetuk pintu berkali-kali dengan terburu-buru. Tidak lama, Dylan membuka pintu itu.

"Bella ada apa?!"

Dylan terkejut melihat Arabella yang ketakutan dan menangis kencang.

"Ayah! Ayah! Chloe! M-maaf! Karena aku hiks... Chloe jadi...!"

Pria itu kemudian berjongkok menyamakan tingginya dengan Arabella. Dia memegang kedua pundak Arabella.

"Atur napas mu terlebih dahulu, dan ceritakan pelan-pelan!"

Arabella berusaha untuk tenang, tapi dia tidak bisa. Dia tidak berhenti menangis.

"A-ayah! Hiks! Maaf! Chloe....!"

"Ada apa dengan Chloe?"

Suara Dylan masih tenang dan lembut, namun dibaliknya tersimpan perasaan khawatir. Melihat Arabella yang menangis seperti ini membuatnya semakin khawatir dengan Chloe.

"Chloe terluka! Karena aku... Hiks! Aku memaksanya bermain di taman!"

Dylan yang mendengar itu mengerutkan keningnya bingung.

"Kalian bermain apa hingga Chloe terluka?"

"K-kami sedang bermain petak-umpet, Ayah! T-tapi, saat Chloe mencariku, dia tiba-tiba batuk dan itu memuntahkan darah hitam! Aku takut dan tidak tahu harus melakukan apa! Aku hanya meminta bantuan para pelayan dan Kesatria! Mereka sedang mencarikan tabib sekarang! Aku harus bagaimana, Ayah? Hiks!"

Dylan kemudian memeluk Arabella dan mengusap-ngusap punggungnya, berusaha menenangkannya. Dylan kemudian menghapus air mata Arabella dan tersenyum lembut.

"Berhenti menangis. Yang kamu lakukan sudah benar, Bella. Chloe akan segera baik-baik saja. Dia hanya kelelahan."

Walaupun terlihat tenang, Dylan aslinya sangat khawatir dengan kondisi Chloe yang tiba-tiba jatuh sakit seperti ini. Padahal, biasanya anak itu tidak mudah jatuh sakit.

"Tapi, dia batuk darah hitam...? Apa itu hal yang biasa?"

Dylan hanya mengangguk-anggukan kepalanya.

"Tunggulah disini. Saya akan segera mengecek kondisi Chloe dulu. Dia akan segera membaik. Bella, kamu cukup percayakan pada Ayah, ya?"

Arabella mengangguk-anggukan kepalanya, menyetujui. "Iya, tolong sembuhkan Chloe ya, Ayah!"

Dylan tersenyum dan mengusap kepala Arabella dengan lembut.

"Saya akan segera kembali."

Dylan kemudian pergi meninggalkan Arabella sendirian. Dia menaiki anak-anak tangga dengan sedikit terburu-buru. Begitu sampai di depan kamar Chloe, dia melihat ada banyak pelayan dan Kesatria disitu. Para pelayan dan Kesatria itu tengah membicarakan keadaan Chloe, tapi setelah kedatangan Duke Dylan mereka diam dan memberi hormat pada Duke Dylan.

"Tuan Duke?"

Ren keluar dari dalam kamar Chloe dan segera menghampiri Duke Dylan.

Duke Dylan bisa melihat dari raut wajah Ren bahwa ini sangat buruk.

"Ren, Chloe di dalam?" tanyanya.

Ren mengangguk lalu, "Saya sudah membawa tabib kesini, Tuan. Mereka sedang mengobati Nona Chloe, tapi sepertinya itu tidak berjalan lancar."

Dylan mengangguk saja.

"Pergilah dan temani Arabella dibawah. Jangan sampai dia datang kesini."

Setelah mengucapkan perintah itu, Duke Dylan segera masuk ke dalam kamar Chloe.

Disana ada seorang tabib yang tengah mengobati Chloe dengan kekuatan suci Dewa Matahari. Tapi, Chloe tampak sangat kesakitan dan terus memuntahkan darah. Anak itu menangis dan merintih kesakitan merasakan bahwa seluruh tubuhnya sedang terbakar.

"N-nona...! Bertahanlah!"

Tabib itu khawatir melihat Chloe yang berteriak kesakitan seperti itu. Seharusnya, Chloe tidak akan merasa kesakitan ketika dia menyembuhkannya dengan kekuatan suci Dewa Matahari. Tabib itu bingung dengan reaksi dari tubuh Chloe.

"Chloe!"

Dylan menghampiri Chloe dengan raut wajah khawatir. Baru kali ini, dia melihat Chloe kesakitan seperti ini sampai anak itu menangis. Dia menggenggam telapak tangan Chloe yang mungil. Dia berusaha menenangkan Chloe, walaupun dirinya sendiri sulit untuk tenang sekarang.

"Chloe! Ayah disini! Bertahanlah! Kau akan baik-baik saja!"

Dia mencium punggung tangan Chloe singkat.

Tapi, Chloe tidak berhenti. Dia masih terus berteriak kesakitan dan menangis.

"Tuan Duke, maaf tapi sepertinya ini tidak bekerja! Tangan saya mulai terbakar."

Duke Dylan mengerutkan keningnya melihat tangan Tabib yang mulai menghitam. Ini aneh.

"Baik, hentikan!"

Itu terputus lalu.

Tabib itu terjatuh ke tanah dan merintih pelan melihat tangannya yang terbakar. Dia kemudian membasahi tangannya dengan air suci kemudian luka bakar itu menghilang dengan cepat.

"Lakukan sesuatu!" titah Dylan pada tabib itu.

Tabib itu kemudian mengeluarkan air suci lagi dan memasukkan satu tetes air suci itu ke dalam mulut Chloe. Tapi, bukannya membaik, Chloe semakin kesakitan sekarang. Tubuhnya kejang-kejang dan dia terus memuntahkan darah hitam.

"Ukh! A-ayah!"

Chloe memanggil Duke Dylan sambil terus menangis.

"Ayah disini, Chloe! Ayah disini!"

Chloe menggenggam tangan Dylan lebih erat.

"Hiks! Ayah....! Sakit! Panas! Uhuk! Hoek!"

Seluruh tubuhnya panas, seperti tengah terbakar dari dalam. Dia merasakan air suci itu sangat panas dan membakar tubuhnya.

Duke Dylan ketakutan melihat Chloe semakin kencang menangis. Anak itu merintih kesakitan dan mengatakan bahwa Ia kepanasan. Tapi, Duke Dylan merasakan tubuh Chloe mendingin sekarang. Karena tubuhnya yang dingin, itu yang membuat Duke Dylan ketakutan. Chloe juga tidak berhenti memuntahkan darah hitam.

Alis Duke Dylan berkerut. Dia menatap tajam ke arah tabib itu.

"Apa yang sudah kau lakukan?! Kau malah membuat Chloe semakin kesakitan!"

Dia marah sekarang.

Tabib itu ketakutan.

"M-maaf, Tuan Duke! Saya hanya mencoba memberikan air suci. Saya pikir itu akan membantu. Saya tidak menyangka jika Nona akan kesakitan seperti ini. Ini seharusnya tidak terjadi. Seharusnya kekuatan suci Dewa Matahari tidak akan membuat manusia kesakitan, melainkan menyembuhkan. Tapi, yang terjadi pada Nona Chloe berbeda..."

"Kau ingin mengatakan Putri ku bukan manusia?!" Duke Dylan berteriak nyalang.

"T-tidak, Tuan! Itu tidak benar! Saya hanya ketakutan melihat Nona Chloe yang mirip seperti Ib—"

SRAKK!

Sebuah pedang muncul di tangan Duke Dylan. Dia menebas tabib itu dengan cepat karena saking kesalnya. Satu tangannya lagi digunakan untuk menutup mata Chloe.

"Chloe, tutup matamu dan jangan dengarkan apapun. Hanya dengarkan saja suara Ayah."

Chloe menuruti. Dia mengangguk-anggukan kepalanya. Chloe berusaha menahan rasa sakitnya sambil menutup matanya.

"Ayah, akan segera kembali."

Duke Dylan beranjak keluar pintu kamar Chloe.

Disana, masih ada beberapa pelayan dan Kesatria. Mereka terkejut melihat pedang emas milik Duke yang memiliki bercak darah segar disana. Mereka ketakutan dan bertanya-tanya apa yang baru saja terjadi di dalam.

"Grace."

"Ya, Tuan Duke?"

Grace menunduk ketika Duke Dylan memanggilnya.

"Bawakan obat-obat herbal kesini. Kalian juga, carikan obat herbal apa saja. Bawa kesini dalam waktu kurang dari 5 menit. Saya tidak bisa menunggu lebih lama dari itu."

"Baik, Tuan. Saya dan yang lainnya akan segera mencari obat herbal dan membawanya kesini."

"Grace, jangan biarkan Arabella dan Ruby mendengar tentang ini."

"Baik, Tuan Duke."

Dylan meminta mereka semua untuk merahasiakan kejadian ini dari Arabella, dan Ruby tidak tahu apa-apa. Pria itu khawatir jika ini akan menambah beban pikiran Ruby dan akan mengganggu kesehatan janinnya.

Kemudian, Grace dengan cepat membawakan obat-obat herbal dan memberikannya kepada Duke. Duke Dylan kembali masuk ke dalam kamar Chloe dan meminumkan obat herbal itu ke dalam mulut Chloe. Chloe meneguk obat herbal itu perlahan. Tidak lama, anak itu merasakan rasa sakitnya mulai mereda. Dia sudah berhenti batuk darah hitam sekarang.

"Tidur dan istirahatlah."

Duke Dylan membersihkan darah hitam di sekitar wajah dan tangan Chloe dengan lap basah. Dia kemudian menarik selimut, menyuruh Chloe untuk segera tidur.

"Ayah, terima kasih, dan maaf sudah merepotkan mu," ucap Chloe dengan nada pelan.

"Tidak apa-apa. Cepat tidur dan istirahat. Kamu akan segera membaik esok hari."

Chloe mengangguk, menurut. Dia kemudian mulai memejamkan matanya dan tertidur.

Duke Dylan menjaga Chloe semalaman. Memastikan bahwa Chloe bisa tidur dengan tenang dan dia baik-baik saja. Dia juga menyuruh para pelayan untuk segera membersihkan kamar Chloe dan mayat tabib yang terkapar disana.

Esok harinya, Chloe sudah kembali pulih seperti biasanya seolah kemarin ia tidak pernah sakit separah itu. Dia bisa berkegiatan kembali dengan normal, namun Duke Dylan melarang Chloe untuk keluar kamarnya.

"Chloe! Hiks! Maafkan aku!"

Arabella memeluk adiknya dengan erat.

"K-kak Bella...! Aku baik-baik saja!"

Saking eratnya pelukannya, Chloe sampai merasa sedikit kesulitan untuk bernapas.

Arabella kemudian melepaskan pelukannya. Dia memegang kedua pundak Chloe dan memperhatikan Chloe dari atas sampai bawah. Tidak terlihat ada luka sedikitpun di tubuh Chloe.

"Hah?! Kau baik?! Benar-benar sudah membaik?!!".

"Iya, Kak Bella. Ayah yang merawat saya kemarin."

Arabella kemudian menghela napas lega.

"Chloe, aku janji tidak akan memaksamu bermain seperti kemarin lagi! Maaf karena aku tidak mendengarkanmu sampai kamu jatuh sakit! Aku benar-benar minta maaf!"

"Saya mengerti, tidak perlu meminta maaf berulang kali seperti itu, Kak Bella."

"Kamu benar-benar membuat ku cemas. Aku tidak mau melihat adik ku terluka lagi seperti kemarin. Aku janji, akan melindungimu, Chloe."

Arabella memeluk Chloe sekali lagi.

Chloe mengangguk pelan saja sebagai respon. Dia menepuk-nepuk punggung Arabella. Dia tahu bagaimana khawatirnya Arabella kemarin karenanya.

"Maaf juga karena kemarin saya membuat Kak Bella khawatir."

Arabella kemudian melepas pelukannya dan menggenggam kedua tangan Chloe.

"Berjanjilah pada Kakak mu ini! Katakan dengan sejujurnya jika kamu mulai merasa kesakitan atau pusing! Jangan memendamnya sendiri ya?!"

Arabella menunjukkan jari kelingkingnya. Dia meminta Chloe untuk melakukan janji jari kelingking.

Chloe kemudian tersenyum tipis dan menurutinya. Mereka menautkan kedua jari kelingking mereka.

"Saya janji."

Tok!

Tok!

"Chloe, kau di dalam?"

"Itu Ayah."

"Biar aku yang membukakan pintunya."

Arabella kemudian berjalan ke arah pintu kamar Chloe dan membuka pintu itu.

"Oh? Bella juga disini?"

"Ada apa, Ayah?" tanya Arabella penasaran. Arabella memperhatikan pipi sebelah kanan Duke Dylan yang tampak sangat merah. "Ayah, mengapa pipi sebelah kanan Ayah sangat merah? Apakah Ayah terbentur sesuatu?"

"Ah, tidak, ini bukan apa-apa," jawab Dylan.

Dylan kemudian masuk ke dalam kamar dan menghampiri Chloe.

"Chloe, apa masih ada yang terasa sakit?"

Chloe menjawab dengan gelengan kepala. "Tidak, saya benar-benar sudah sehat."

Duke Dylan tersenyum tipis, "Baguslah kalau begitu."

Pria itu mengusap-usap kepala Chloe pelan.

"Ibu bilang ingin bertemu dengan mu."

Chloe terkejut.

"Ibu? Ibu tahu bahwa kemarin saya sakit? Bukankah Ayah seharusnya menyuruh yang lain untuk tutup mulut tentang kejadian kemarin?"

Disisi lain, Duke Dylan juga terkejut. Pasalnya, sebelumnya Ia tidak pernah bilang kepada Chloe ataupun Arabella untuk merahasiakan kejadian kemarin dari Ruby. Apakah Chloe sudah berpikir bahwa Dylan memang harus merahasiakannya karena mengkhawatirkan kandungan Ibunya?

"Apa? Ibu tidak tahu?" Arabella bingung. "Aku pikir, Ayah akan memberitahu..."

Sebenarnya, Duke Dylan tidak menceritakan apapun pada Ruby. Tapi, Ruby mengetahuinya sendiri karena merasa curiga melihat Duke Dylan tidak datang bahkan saat sudah tengah malam. Dari raut wajahnya, Ruby bisa langsung tahu bahwa ada hal yang ditakuti Dylan dan Dylan sedang berusaha menyembunyikan itu darinya.

Dylan sangat terpaksa untuk mengatakannya. Awalnya dia hanya mengatakan bahwa Chloe sakit karena kelelahan ketika bermain dengan Arabella di taman, namun Ruby yang tidak percaya terus menerus menuntut penjelasan lebih hingga akhirnya Duke Dylan terpaksa menceritakan semuanya dengan jujur.

Lalu, ia di akhir mendapat tamparan keras dari Ruby. Ia dimarahi oleh Istrinya dalam waktu yang cukup lama. Ruby hendak keluar dari kamar untuk menemui Chloe langsung, tapi Dylan menahannya. Dia mengatakan bahwa dia yang akan membawa Chloe kesini sehingga Ruby tidak perlu keluar kamarnya. Itu juga sekaligus untuk menunjukkan kepada Ruby bahwa sekarang Chloe sudah baik-baik saja.

"Apa kau bisa berjalan? Jika tidak, biar Ayah gendong saja," tawar Dylan kepada Chloe.

Chloe menjawab dengan gelengan kepala, "Tidak perlu, aku bisa berjalan sendiri."

"Baik, ayo!"

Duke Dylan mengulurkan tangan kirinya pada Chloe, dan Chloe menerimanya.

"Ayah, apa aku boleh ikut?" tanya Arabella dengan sedikit ragu-ragu. "Aku ingin bertemu dengan Ibu."

"Tentu saja, kau juga ikut, Bella."

Pria itu kemudian mengulurkan tangan kanannya kepada Arabella, dan Arabella menggenggamnya dengan perasaan senang. Senyum lebar muncul di wajah Arabella.

"Ayo! Ayo kita temui Ibu!"

Arabella tampak yang paling antusias.

Mereka bertiga berjalan menuju kamar Ruby dengan Dylan yang menggandeng tangan kedua putri kecilnya.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!