"Hei, Kyung Mi! Kau sudah selesai membaca novel Red Witch yang aku rekomendasi, kan?"
Seorang gadis yang duduk di bangku SMA ini berambut hitam sebahu. Dia duduk tepat di depan meja Kyung Mi. Meja Kyung Mi tepat berada di belakangnya.
Gadis itu cemberut melihat dia kembali diacuhkan oleh Kyung Mi.
"Kyung Mi, kau mengacuhkan aku lagi? Itu sama dengan mereka!"
Kyung Mi yang baru tersadar kemudian melepas earphonenya.
"Kau sedang berbicara dengan ku?"
"Hahh!" Dia menghela napas panjang dengan lelah. "Segitu tipisnya ya hawa keberadaan ku? Padahal aku sudah berusaha untuk bersosialisasi dengan kalian semua!"
"Oke, sepertinya kau sedang berbicara sendiri."
Kyung Mi yang baru saja hendak memasangkan earphone itu kembali di telinganya dicegah oleh gadis dihadapannya.
"Aku bertanya, apakah kau sudah selesai membaca novel Red Witch yang aku rekomendasikan?" ulang gadis itu dengan nada lebih tegas.
"Belum," jawab Kyung Mi dengan singkat.
"Hahh?!! Benarkah?! Kau sudah membacanya sebulan tapi belum sampai tamat?! Aku saja bisa menyelesaikannya hanya dalam waktu 1 hari!"
"Aku tidak bodoh sepertimu. Aku membagi-bagi waktu ku untuk membaca novel dan belajar. Aku tidak gila dengan dunia fantasi seperti mu."
"Ukh! Itu menyakitkan! Kata-kata mu benar-benar keterlaluan!"
Kyung Mi tidak memberikan respon lagi. Dia fokus mengerjakan tugasnya dan mengacuhkan ucapan-ucapan random yang keluar dari mulut gadis itu.
"Setidaknya kau harus membaca buku Red Witch pertama itu sampai selesai. Besok buku Red Witch kedua akan diterbitkan. Aku dengar, beberapa pembaca membuat teori tentang kehancuran lebih dalam yang mungkin akan terjadi di buku kedua. Katanya, itu karena tidak adanya Elementalist, sehingga keseimbangan benua barat dan timur terganggu."
Walaupun tidak begitu jelas, namun anehnya sampai sekarang Kyung Mi masih bisa mendengar dengan jelas suara temannya.
"Kau ingin mendapat spoiler dari ending buku pertama, tidak?"
"Tidak."
"Hahh! Kenapa kebanyakan orang sangat tidak menyukai spoiler?!! Padahal itu seru sekali!"
Kyung Mi memijat pelipisnya yang terasa sakit karena harus mendengar suara berisik gadis itu terus menerus.
"Kau tahu? Sofia bukan Elementalist yang sebenarnya."
Gadis itu tetap memberikan spoiler walaupun Kyung Mi sudah menolaknya. Kyung Mi tahu dia akan melakukannya. Persetujuan iya atau tidak itu percuma.
"Seorang anggota organisasi Bunga Kematian yang bernama Second akan mengungkapkannya."
"Second? Namanya aneh sekali."
Kyung Mi tertawa sebentar dengan sangat pelan.
"Tapi! Kau tahu, dia adalah karakter fiksi yang sangat aku sukai!"
Kyung Mi yang mendengar itu menggeleng-gelengkan kepalanya tak percaya.
"Cepatlah berobat ke dokter!"
"Yaampun! Setiap membaca dialognya! Rasanya hatiku berdebar-debar!" cerita gadis itu dengan sangat antusias. "Penyihir putih memang cinta pertama ku di Red Witch, tapi penyihir hitam Second lebih menggoda!"
"Penyihir hitam? Apakah dia beratribut kegelapan seperti Xavion?" tanya Kyung Mi yang mulai penasaran.
"Iya! Setahu ku ada 3 orang yang beratribut kegelapan. Pertama adalah Xavion, keduanya Second, dan—"
"—uhuk!"
"Chloe! Bertahanlah!"
Arabella masih berusaha menopang tubuh Chloe.
'Dia terus batuk darah seperti tadi...' batinnya.
"Bella, bawa Chloe pergi sekarang juga!"
Dylan berdiri melindungi di depan Chloe dan Arabella sambil menggenggam pedangnya.
"Tapi, Ayah! Aku tidak bisa! Chloe menolaknya!" kesal Arabella.
"Ren! Bawa Chloe pergi dari sini!"
Dylan berganti menyuruh Ren tangan kanannya. Dia tahu sekarang Ren yang cukup kuat untuk menjaga Chloe.
Ren dengan cepat segera mengambil Chloe dari Arabella. Pria bersurai merah itu berlari pergi dengan cepat sambil menggendong Chloe.
"Tolong jaga, Chloe," pesan Arabella sebelum Ren dan Chloe menghilang dari pandangannya.
"Oh? Kalian membiarkannya pergi? Apa kata orang-orang jika Sang Elementalist malah meninggalkan medan perang?"
"Cedric!"
"Baik, Tuan!"
Dylan meminta Cedric membantunya menggunakan sihir penerbangan. Dia kemudian meloncat dan menebas pria tersebut. Namun, saat bilah pedang itu sudah sangat dekat, pria itu tiba-tiba saja menghilang bagai debu.
Pria itu bergerak sangat cepat sehingga Dylan dan yang lainnya tidak bisa melihatnya, dan tiba-tiba saja pria itu sudah berada di sebelah Ru. Dia membakar habis rantai yang mengikat mengikat Ru dengan api hitamnya.
"Sial! Dia terlepas!" Arabella mengumpat melihat Ru berhasil lepas darinya.
"Butuh bantuan?"
Ru beranjak berdiri dibantu uluran tangan dari pria itu.
"Hahh... Aku bisa menyelesaikan semuanya sendirian tanpa bantuan mu!"
Pria itu menyunggingkan satu sudut bibirnya.
"Maaf-maaf. Tapi, aku sepertinya melihatmu kerepotan disini. Jika kau mati disini, dia pasti akan marah besar."
"Kau meremehkan ku, Second?!" marah Ru, pada temannya yang bernama Second itu.
Pria bernama Second itu tertawa renyah.
"Hahaha! Jangan berbicara seperti itu kepada senior yang sudah membantu mu!"
"Ren—ukh!"
Ren membawa Chloe pergi dari area gunung dengan cepat. Walaupun Chloe tampak menolaknya, Ren terus melanjutkan langkahnya.
"Maaf, Nona. Tapi, ini perintah Tuan."
Entah kenapa, disaat kemunculan Second tadi, Chloe mengingat suara temannya. Itu adalah teman yang sudah lama dilupakan Chloe, tapi dia tiba-tiba teringat suara temannya.
Teman yang selalu mengajak Chloe berbicara di sekolah, tapi Chloe benar-benar tidak pernah menganggap gadis itu adalah temannya. Chloe tidak berteman dengan siapapun sejak kecil.
Tapi, gadis itu selalu mendekatinya dan mengajaknya berbicara. Dia jugalah yang mengenalkan novel Red Witch pada Chloe. Dari situ, Chloe dapat bertahan hidup hanya karena novel itu.
Chloe sudah selesai membaca novel Red Witch buku pertama dalam waktu satu tahun kurang lebih. Ending dari buku pertama adalah kematian Ru, Second, dan Penyihir Putih dalam perang besar. Chloe juga ingat bagaimana Second diceritakan sebagai sosok yang royal dan setia pada satu orang saja, namun orang itu tidak diceritakan. Chloe menduga bahwa Second royal dan setia hanya kepada Ketuanya.
Selesai membaca buku itu, Chloe mengerti bagaimana temannya jadi menyukai tokoh Second.
Selain memiliki sifat yang royal dan setia, Second juga diceritakan sebagai orang kepercayaan Ketua organisasi Bunga Kematian. Bahkan, Second sudah berada di organisasi Bunga Kematian sebelum Penyihir Putih dan Ru.
Chloe hanya tahu jika Second dan Xavion beratribut kegelapan. Dia tidak ingat siapa satu sosok lagi yang beratribut kegelapan. Chloe menyesal karena tidak mendengarkan cerita temannya dengan benar.
Xavion adalah seorang Kesatria yang beratribut kegelapan, tapi Second adalah seorang Penyihir dengan atribut kegelapan yang biasa disebut Penyihir Hitam. Kekuatan Second dan Penyihir Putih berlawanan namun mereka dalam kelompok dengan tujuan yang sama.
'Sial! Mengapa aku...?'
Di saat, dia sedang kesakitan. Chloe masih terus berpikir dan berusaha untuk mengingat ucapan temannya. Namun, tetap saja itu percuma. Dia tidak mengingatnya. Ingatannya di dunianya yang asli menjadi sedikit samar. Dia bahkan lupa bagaimana wajah temannya itu.
Second melihat seluruh hutan. Matanya tertuju ke arah gelombang dimana Chloe berada. Walaupun sudah sangat jauh, dia bisa melihat energi gelap yang berada di dalam tubuh Chloe.
Pria itu kemudian memunculkan sebuah bola hitam yang seperti energi.
"Apa itu?!"
Cedric ketakutan melihat bola hitam itu. Dia merasakan energi negatif dari situ.
Second kemudian tersenyum puas melihatnya.
"Sudah sebesar ini ternyata kutukannya."
Dylan dan yang lainnya masih bersiaga dalam kondisi bertarung, namun sepertinya musuhnya tidak berniat untuk bertarung dengan mereka.
"Duke Dylan Ernest," panggil Second.
Duke Dylan kemudian mengerutkan keningnya.
"Apa kau benar-benar tidak tahu alasan mengapa putrimu yang seorang Elementalist menjadi cacat?"
Tangan Dylan yang memegang gagang pedangnya bergetar karena saking kuatnya pria itu menggenggamnya. Dylan marah besar karena Second terus menyebut Chloe sebagai Elementalist yang cacat.
"Jaga bica—!"
"Anda tidak tahu? Artinya wanita itu tidak cerita padamu?"
"Omong kosong apa yang sedang kau bicarakan?!"
"Aku terharu."
Second menatap Dylan dan Arabella bergantian dengan tatapan kasihannya.
"Kalian keluarga yang harmonis yang ingin melindungi satu sama lain."
"Bajingan ini—!"
Arabella ingin maju untuk menyerang Second, tapi Dylan menahannya. Arabella bisa melihat bahwa Dylan juga sedang marah besar sekarang, tapi Ayahnya berusaha mengontrol dirinya untuk tidak menyerang dengan asal-asalan mengingat musuhnya ini sangat kuat.
"Biar ku beritahu, alasan mengapa dia menjadi Elementalist yang cacat!"
Second mengeluarkan sihir hitamnya. Energi gelap itu bertambah masuk ke dalam bola hitam itu.
Di sisi lain, di saat yang sama, Chloe terjatuh dari gendongan Ren.
"ARGHHH!" Chloe berteriak kesakitan.
"Nona!" teriak Ren dan berlari mendekati Chloe.
Ren panik ketika Chloe terus berteriak kesakitan. Perlahan, muncul asap-asap hitam di sekitar tubuh Chloe, dan masuk ke dalam tubuh Chloe seperti terserap begitu saja. Chloe kejang-kejang, dan tubuhnya terus berkeringat. Dia terus berteriak kesakitan bersamaan dengan asap-asap yang masuk ke dalam tubuhnya.
"Apa yang terjadi?!"
Ren terkejut melihat urat-urat hitam yang bermunculan di seluruh tubuh Chloe.
Chloe tidak tahu kenapa, tapi ini adalah rasa sakit yang paling sakit yang pernah dirasakannya. Chloe biasanya masih bisa menahan jika dia batuk darah, atau muntah darah. Namun, kali ini tidak. Rasa yang sangat menyakitkan itu meruntuhkan pertahanannya. Chloe tidak bisa mengendalikannya dirinya untuk tidak berteriak. Dia bahkan nyaris menangis sekarang.
'Aku tidak pernah... merasakan rasa sakit yang se menyakitkan ini! Ini gila!' batinnya.
Ren sadar jika rambut Chloe berwarna hitam dengan sedikit pirang di belakangnya. Namun kali ini, rambut pirangnya hampir memudar sepenuhnya.
Setelah asap hitam itu benar-benar habis terserap ke dalam tubuh Chloe, Chloe berhenti kejang-kejang. Rasa sakitnya berkurang sedikit. Namun, Ren masih bisa melihat urat-urat hitam itu. Ren tahu ini adalah hal yang sangat buruk. Dia perlu melakukan sesuatu.
"Nona, bertahanlah!"
Hanya kalimat penenang itu yang bisa disampaikan Ren. Pria itu kemudian membopong tubuh Chloe dan melanjutkan langkahnya.
"Hahh... Hahh..."
Napas Chloe melemah, selain itu Ren bisa merasakan dinginnya tubuh Chloe sekarang.
"Uhuk! Uhuk!"
Chloe muntah darah dan kali ini mengenai pakaian Ren.
"Ren... maaf—uhuk!"
"Tidak, itu bukan masalah, Nona."
'Hahh... Bertahanlah, Chloe! Aku masih ingin hidup lebih lama!' batin Chloe berusaha menyemangati dirinya sendiri.
"Apa yang kau lakukan?!! Hentikan!" teriak Arabella marah.
Arabella tidak tahu apa yang sedang dilakukan Second pada bola itu, tapi sepertinya itu terhubung dengan Chloe.
"Kalian tidak bisa melihatnya ya? Pantas saja kalian tidak mengerti," suara Second.
"Aku bilang hentikan! Jangan melukai Chloe lagi! Dia tidak tahu apapun!"
Arabella nyaris menangis ketika mengatakan itu.
Chloe memang tidak seharusnya berada disini. Dia seharusnya tidak terlibat dalam pertempuran ini. Hanya karena takdir nya sebagai Elementalist, Chloe harus terluka demi melindungi semua orang. Arabella tidak bisa membiarkan adiknya berkorban seperti itu.
"Biar aku perkenalkan diriku terlebih dahulu," pria itu berbicara dengan santai. "Namaku Second, anggota organisasi Bunga Kematian, keahlian ku adalah aku terlahir dengan atribut kegelapan. Kalian bisa menyebutku Second, atau Penyihir Hitam, yang manapun diantara keduanya aku menyukainya. Satu hal lagi, aku adalah seseorang yang ahli dalam hal kutukan dengan menanamkan energi gelap."
"Itu artinya..."
Cedric menutup mulutnya tidak percaya.
"Benar, akulah yang menanamkan kutukan pada Elementalist itu, bahkan ketika dia belum terlahir di dunia—"
SRING!
Dylan bergerak cepat menyerang maju dengan sangat tiba-tiba. Ujung bilah pedang itu nyaris mengenai leher Second.
"Hampir saja..." Second bernapas lega.
"Hahh... Untuk apa kau menjelaskan itu pada mereka? Jelas sekali mereka akan langsung menargetkan untuk membunuhmu," ucap Ru.
"Tidak apa-apa. Mereka tidak akan bisa menyentuhku."
Second mengaktifkan sihirnya lagi. Ketika Dylan menyerangnya, dia dengan cepat membuat sihir untuk mengikat bayangan seseorang sehingga Dylan dan yang lainnya tidak bisa bergerak.
"Apa-apaan?!! Aku... tidak bisa bergerak...!" kesal Chris.
"A... yah...!"
Arabella juga terikat bayangannya sehingga dia tidak bisa bergerak sedikitpun. Berbicara saja sangat sulit.
"Brengsek...! Beraninya... kalian... menanamkan kutukan... pada Putriku...!" Duke Dylan mengumpat.
"Aku tidak tahu alasan sebenarnya Dia melakukan itu, aku hanya menjalankan tugas untuk membuat kutukannya," jujur Second.
Dylan menggertakkan giginya saking kesalnya.
Second terus berbicara yang membuat emosi Dylan dan Arabella terus memuncak. Namun, keduanya tidak bisa melakukan apapun.
"Kutukan itu tumbuh bersamaan dengan Elementalist yang semakin dewasa. Mungkin sekarang sudah sekitar 85%? Aku tidak yakin, tapi sepertinya dia tidak akan bertahan lama. Elementalist yang malang, kan? Atau cac—!"
BANG!
Second melototkan matanya. Dia sangat terkejut ketika mendapat serangan yang tiba-tiba. Sejak tadi, ada seseorang yang bergerak cepat ke arahnya tanpa suara.
"Kau—?"
Second tengah menahan pedang yang nyaris menebasnya dengan sihirnya. Karena itu, tanpa sengaja dia telah melepaskan sihir yang mengikat bayangan Dylan dan yang lainnya.
"Katakan padaku, apakah kau kenal orang yang bernama Xavier?! Jika kau mengetahuinya, katakan padaku dimana dia sekarang!"
Xavion marah.
Kedatangan Second tadi memberikan sinyal bahaya padanya karena itu dia langsung meninggalkan pekerjaannya menyusun batu dan langsung berlari kesini. Itu karena, mana Second mirip dengan mana seseorang yang membawa kembarannya pergi.
"Xavier?" Second mengerutkan keningnya bingung. "Aku tidak mengenalnya."
"Jangan berbohong! Aku tahu, mana milikmu sama dengan orang itu!" ucap Xavion yang keras kepala.
Dia merasa benar bahwa orang ini seharusnya tahu sesuatu tentang Xavier.
"Permisi?! Tapi, aku benar-benar tidak mengerti apa yang sedang kau bicarakan!"
BANG!!
Second membuat Xavion terlempar cukup jauh dengan sihirnya.
"Xavion!" teriak Henry yang baru saja datang, disusul dengan Natasha di belakangnya.
"Henry!" panggil Arabella.
"Kapten!" Henry berlari mengejar Arabella. "Anda masih hidup? Saya tidak percaya Anda terlihat lebih baik dari pada apa yang saya pikirkan."
"Kau harus menjelaskan banyak hal kepadaku nanti!"
"Tentu!"
"Tuan Duke!" panggil Natasha pada Duke Dylan.
Namun, Duke Dylan tidak mendengarkan. Pria itu lanjut menyerang Second dan Ru, dibantu Chris, Arabella, Henry dan Xavion.
"Tuan Cedric, Anda melihat Nona Chloe?"
Natasha berganti untuk bertanya pada Cedric. Itu karena dia perlu menanyakan ini terlebih dahulu. Natasha sangat-sangat mengkhawatirkan keadaan Chloe. Baginya, Chloe adalah segalanya.
"Nona Chloe sedang dibawa pergi oleh Ren atas perintah Duke."
"Lalu kondisinya? Saya sangat mengkhawatirkan kondisi Nona."
"Mari kita bicarakan lebih jelasnya nanti."
Cedric tidak bisa mengajak Natasha berbicara untuk waktu yang lama. Dia perlu bergabung dengan Dylan dan yang lainnya untuk mengalahkan Second dan Ru.
Natasha tidak berniat untuk bergabung. Semua orang disini tidak tahu bahwa Natasha sebenarnya adalah pembunuh bayaran. Selain itu, dia benar-benar tidak ingin bertarung jika pertarungan itu tidak ada sangkut pautnya dengan Chloe.
Duke Dylan, Cedric, dan Xavion menyerang Second, sedangkan Henry, Arabella, dan Chris menyerang Ru. Pasukan brigade pemanah dan Kesatria yang tersisa tidak dapat membantu menyerang dikarenakan kecepatan musuh yang diluar nalar.
Ru kemudian berdecak kesal karena dia masih harus bertarung hingga sekarang.
"Ck! Second, aku tidak bisa menangani mereka untuk sekarang!"
Luka yang di dapat Ru cukup fatal sebelumnya sehingga dia kesulitan ketika bertarung melawan Henry, Arabella dan Chris. Kekuatan tempurnya menurun karena luka yang di dapatnya dari Ren.
"Aku tidak berniat bertarung. Tolong berhenti."
Second masih santai menghindari serangan-serangan dari Dylan, Xavion dan Cedric. Gerakan cepatnya itu bagaikan tengah berteleportasi.
Ketiganya tidak percaya dengan ucapan Second dan terus menyerang pria itu tanpa henti hingga Second berteleportasi ke udara bersama dengan Ru.
"Mari kita lanjutkan pertarungan jika kita bertemu lagi. Aku dapat memastikan jika saat itu tiba, aku tidak akan bisa menahan diri lagi."
Perlahan-lahan, tubuh Second dan Ru menghilang.
Dylan ingin mencegah mereka pergi, namun untuk sekarang, rasanya tidak mungkin mereka akan menang melawan Ru dan Second.
"Oh! Aku memberikan sedikit hadiah untuk kalian!"
Tepat sebelum Second benar-benar menghilang dari sana, pria itu tersenyum penuh makna hingga kedua matanya pun ikut tersenyum.
"Selamat bersenang-senang!"
Setelah keduanya benar-benar menghilang, sebuah api hitam muncul dari tanah dan itu menyebar luas.
"Apa ini hadiah yang mereka katakan? Bajingan-bajingan sialan," Chris mengumpat.
"Cedric, gunakan sihir penerbangan untuk semua orang disini," perintah Dylan.
Cedric menuruti saja. Pria tua itu merapalkan mantra dan membuat semua orang disana mengapung. Arabella juga ikut membantu Cedric, karena dia cukup terampil juga dalam sihir penerbangan.
Arabella menatap ke arah bawah, melihat api hitam yang bermunculan dari tanah yang kemudian menyebar luas. Api itu juga perlahan membakar habis pepohonan.
"Waa! Waa! Api! Api itu sampai ke pemukiman warga yang mengungsi!"
Mendengar itu, fokus mereka kemudian teralihkan. Dari udara, Dylan bisa melihat dengan jelas para warga yang panik karena kemunculan api dari dalam tanah. Hanya beberapa warga yang beruntung saja yang bisa diselamatkan oleh beberapa pasukan khusus yang tersisa.
Melihat kekacauan dimana-mana itu membuat kesal Dylan. Tangannya terkepal kuat.
Arabella yang melihat itu tidak bisa berkata apapun. Melihat wilayah mereka yang damai menjadi porak-poranda seperti ini, hatinya terenyuh.
"Cedric," panggil Dylan lagi pada Penyihir tua itu.
"Ya, Tuan?"
"Apa kau bisa padamkan api ini?" tanya Dylan.
"Saya tidak yakin, tapi saya akan mencobanya," jawab Cedric.
Cedric kemudian mulai merapal mantra dan kemudian membuat lingkaran sihir. Dari lingkaran sihir tersebut, keluar air untuk memadamkan api hitam itu.
Namun, setelah di coba beberapa menit, itu tidak berhasil. Api hitam tidak padam, dan malah menjadi semakin kuat.
"Maaf, Tuan. Sepertinya itu tidak bekerja."
Duke Dylan menghela napas frustasi. Dia harus memikirkan cara lain untuk menghentikan api hitam ini dan menyelamatkan wilayahnya.
Ren yang sudah berada di bawah gunung terkejut karena keluar api hitam dari tanah secara tiba-tiba. Pria itu melompat ke atas pohon karena tidak memiliki jalan keluar lainnya.
Tiba-tiba saja, pohon itu miring dan mulai terjatuh karena ikut terbakar oleh api itu.
"Ck!" Ren berdecak kesal.
Dia ikut terjatuh ke tanah dan kehilangan keseimbangannya. Tapi, tangannya masih memegang Chloe dengan erat.
Tepat saat dia nyaris menyentuh api hitam tersebut, dia mengapung di udara. Ren tahu ini karena Chloe yang melakukannya.
"Hahh... Ren... antarkan aku... ke puncak gunung—ugh!" pinta Chloe pelan dengan suara yang terputus-putus.
"Saya tidak bisa, Nona," tolak Ren.
Ren tahu Chloe akan melakukan sesuatu untuk menghentikan api hitam ini, tapi dia tidak bisa menuruti keinginan Chloe untuk melakukan itu. Tidak karena kondisi Chloe yang sedang kesakitan seperti ini.
"Tapi, Ren... saya... tidak bisa kembali untuk sekarang— uhuk!"
"Tidak, Nona! Tentu saja anda akan kembali sekarang dan beristirahat! Saya akan mengantar anda pulang dengan selamat!"
Chloe yang mendengar itu menggeleng-gelengkan kepalanya. Chloe bisa mendengar suara para warga yang berteriak minta tolong. Dia tidak bisa kembali dan langsung beristirahat jika rakyatnya masih dalam kesusahan. Selain itu, Chloe tahu tentang api hitam milik Second ini. Api hitam ini tidak akan bisa disingkirkan dengan mudah.
Chloe sadar apa yang ingin Second dia lakukan.
Gadis itu tahu mungkin tubuh ini tidak akan kuat melakukannya, tapi dia akan sedikit memaksakan. Chloe juga tidak ingin melakukan pekerjaan merepotkan seperti itu, namun keadaan benar-benar memaksanya untuk melakukan itu.
'Aku akan tetap hidup selama mungkin!'
Chloe tahu dia akan merasakan kesakitan yang lebih parah lagi jika mengeluarkan kekuatan elemental. Tapi, Chloe bisa mengatasinya jika dia tetap tenang. Bagaimanapun, sepertinya dia sudah cukup terlatih untuk menahan rasa sakit. Itu karena dia memiliki tekad kuat untuk tetap bertahan hidup selama mungkin.
"Ren... aku harus... menyelesaikan masalah... sebelum beristirahat, bukan...?"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 57 Episodes
Comments