Chapter 9

Bang!

Bang!

Bang!

Suara ledakan terdengar di mana-mana.

"Ugh!"

"Lari! Semuanya berlindung!"

"Sial! Kita tidak mungkin bisa menang!"

"Mengapa aku harus pergi? Huh! Aku adalah orang yang egois!"

Beberapa orang mulai berlarian tidak menentu arah.

Beberapa dari mereka ada memilih untuk melarikan diri dari tugas mereka.

Mana berfluktuasi di udara. Itu berkumpul di telapak tangan pria yang menggunakan jubah hitam yang kini terbuka dan menampakkan wajahnya dengan jelas.

Fin, menatap horor ke arah pria disebelahnya yang baru saja menyebabkan kekacauan.

'Dia...! Bajingan gila! Dia bukan lawanku...'

Fin menghela napas lega berpikir bahwa hidupnya akan aman karena dia bukanlah target dari pria tersebut.

'Untung saja aku membuat kesepakatan dengannya tadi... '

Dengan membuat kesepakatan kerjasama sementara itu membuat keuntungan bagi Kerajaan Voresham sekaligus menghindari kerugian. Keuntungannya adalah pekerjaan mereka untuk menghancurkan Kerajaan Rondland bagian utara menjadi lebih cepat diselesaikan.

"Dengan ini, dia pasti akan menampakkan diri."

Senyum lebar muncul di wajah bajingan gila itu yang kemudian dilanjutkan tawa jahatnya.

"Siapkan perisai!" Ren berteriak memerintahkan para pasukan yang masih tersisa. Itu terutama tertuju kepada barisan brigade penyihir.

Wakil komandan sihir yang kini memimpin, menyuruh pasukannya untuk membuat perisai besar untuk menangkis serangan yang sepertinya sedang dipersiapkan oleh seseorang berjubah di udara.

"Kalian sepertinya terlalu meremehkan saya?"

Pria berjubah itu menembakkan mananya yang tertuju tepat ke kediaman Duke Ernest.

Serangan itu dapat ditahan sementara oleh perisai yang dibuat oleh para penyihir. Namun, sepertinya itu tidak bertahan lama mengingat para penyihir yang sudah kelelahan dan serangan itu terlalu kuat.

"T-tuan Duke!" Penyihir itu berbicara dengan kesulitan. "K-kami tidak bisa menahannya terlalu lama! Ini terlalu kuat!"

Duke Dylan berbalik menatap ke kediamannya yang masih utuh, tidak seperti bangunan lainnya yang hampir rata dengan tanah. Disanalah targetnya. Kediamannya menjadi target oleh sosok tersebut.

Dia menatap pria yang tengah berada di udara yang ternyata tengah menatapnya balik.

Sosok pria berambut pirang dengan mata abu-abu itu menatapnya dengan penuh arti.

Entah apa yang tengah dipikirkan musuhnya, karena dia hanya mengincar kediamannya. Duke Dylan tidak bisa menerka alasannya ingin menghancurkan kediamannya.

'Tapi seharusnya, sudah tidak ada orang lagi di dalam. Arabella pasti sudah membawa semua orang keluar, terutama Sofia, ke tempat yang aku katakan,' batinnya.

"Lepaskan saja."

"Maaf?"

Duke Dylan menjawab, "Tidak apa-apa, itu hanya mengarah kepada kediaman saya saja."

"Tapi—"

"Tuan, tetap saja—"

"Tidak ada siapapun di dalam sana. Kita hanya perlu fokus untuk melindungi Sofia dan diri kalian sendiri."

"B-baik."

Sesuai perintahnya, mereka menurunkan perisai yang sudah retak dan hanya memfokuskan perisai kecil untuk diri mereka sendiri.

"Bersiap untuk benturan!" Wakil komandan sihir berteriak.

BANG!

DUARRRR!

DARRR!

BANG!

BANG!

BANG!

Mereka semua menutup telinga dan mata mereka ketika perisai dilepaskan dan wakil komandan sihir berteriak. Setelah itu, terdengar suara ledakan besar di belakang mereka yang diikuti getaran tanah saking dahsyatnya ledakan itu.

"Ini sangat menyejukkan mataku!"

Sang pelaku tertawa kegirangan melihat kediaman yang terbakar api sepenuhnya. Kini, area utara di malam hari bercahaya karena api di mana-mana.

"Ayah!"

Merasa suara yang begitu familiar memanggilnya, Dylan menolehkan kepalanya. Betapa terkejutnya dia begitu melihat Sofia yang berada disini dan bukannya bersembunyi.

"Aku tahu, kamu tidak mungkin bersembunyi."

"Sofia!"

Terlalu berbahaya untuk Sofia ada disini sekarang. Karena sejak awal, yang diincar oleh bajingan ini adalah Sofia.

Dylan berlari hendak menghampiri Sofia.

Pria berjubah itu menembakkan sihir ledakannya lagi.

"Ukh!"

Sofia diam mematung ketakutan melihat cahaya yang melesat ke arahnya.

"Kumohon, siapa saja! Para elemental...!"

Dia berteriak, berusaha memanggil para elemental yang seharusnya berada di bawah kendalinya.

Tapi, tetap saja, anak kecil itu benar-benar hanya seorang anak kecil.

"Aku melindungimu, Sofia!"

"Kak Bella!"

Saat itulah, Arabella datang. Dia melindungi dirinya sendiri dan Sofia dengan rantai-rantainya sebagai perisai. Arabella tidak tahu apakah ini cukup untuk melindungi mereka dari ledakan itu.

Tapi, serangan itu meleset.

Tidak, sejak awal itu memang tertuju pada bangunan lainnya.

'Dia meleset?' bingung Arabella.

Bang!

Itu bukan serangan besar seperti ledakan yang menghancurkan kediamannya, itu hanyalah ledakan kecil namun tetap merusak bangunan.

Bangunan itu kini terbakar dan hancur. Arabella berhasil melindungi dirinya sendiri dan Sofia dari beberapa bongkahan bangunan yang jatuh dengan rantai-rantainya.

Arabella menukik kan alisnya kebingungan kemudian menghilangkan kembali rantai-rantai tersebut.

"Sofia! Bella!"

Ayahnya memanggil.

"Ayah!"

Sofia kemudian menghampiri Duke Dylan dan memeluknya dengan sedikit terisak karena ketakutan.

"Kenapa kalian masih disini?"

Dylan menatap putri sulungnya dengan sedikit kesal. "Bukankah saya sudah menyuruhmu untuk membawa Sofia bersembunyi?"

"Aku sudah mencobanya tapi—hahh!"

Arabella tidak menjelaskannya dengan benar melainkan menghela napas lelah.

"Sofia, keberadaanmu disini terlalu berbahaya. Kamu harus pergi bersembunyi dengan Kakakmu. Dia akan melindungimu."

Tentu saja dia sudah sangat percaya pada Arabella karena dia tahu kemampuan Putri sulungnya itu. Arabella cukup kuat untuk melindungi Sofia dan dirinya sendiri karena Dylan lah yang melatihnya. Selain itu, Arabella juga memiliki kecakapan di segala bidang. Dia berlatih pedang dengan ayahnya, kemudian berlatih sihir rantainya itu dengan keluarga ibunya, dan beberapa ilmu sihir dasar lainnya dengan Cedric, kecerdasannya dalam mengambil keputusan juga tidak perlu untuk diragukan.

Berbagai faktor seperti itulah yang membuat Dylan menetapkan bahwa Arabella lah yang akan menjadi penerus kepala rumah tangga ini selanjutnya.

"Ini bukan salah Kak Bella. Ayah, Kak Chloe bilang Ayah mungkin akan mati," ucapnya dengan suara yang bergetar.

Dylan sedikit terkejut mendengarnya.

"Chloe? Chloe sudah kembali?" tanyanya.

"Iya, seperti itu. Karena Chloe juga yang membuat aku tidak bisa membawa Sofia bersembunyi. Ayah, dia masih saja keras kepala dan tidak mau menuruti ku," kesal Bella.

"Dimana dia sekarang?"

Sofia menjawab, "Aku mengikuti Kak Chloe sampai akhirnya aku sampai disini. Tapi, aku tidak melihatnya lagi dia sekarang dimana. Kak Chloe bilang Ayah dalam bahaya dan dia langsung berusaha keras untuk mencari Ayah."

Dylan mengangguk-anggukan kepalanya mengerti.

"Seharusnya dia berada disini sekarang tapi—"

Bang!

Bang!

Bang!

Bang!

"Apa yang dia lakukan?"

Duke Dylan melindungi Sofia dan Bella menggunakan perisai dari bongkahan bangunan yang berjatuhan.

Pria berjubah itu entah karena apa terus menerus menembak ke arah bangunan itu tanpa menyerang ke pasukan milik Dylan.

"Apakah si brengsek ini menjadi idiot sekarang?" Fin berkomentar pelan.

"Dia masih tidak ingin keluar?! Baiklah, kalau begitu biar aku mengeluarkanmu dengan cara sedikit kasar."

Dia terus menembak ke arah bangunan tersebut hingga bangunan itu akan habis menjadi rata dengan tanah.

"Anehnya dia tidak mengincar Sofia?"

"Ayah..."

Arabella membuka suara lagi.

"Aku pikir ini adalah hal yang sangat aneh."

Arabella berbicara sangat pelan, hampir seperti bisikan, agar Sofia tidak dapat mendengarnya.

"Saat aku hendak membawa Sofia pergi, kami bertemu dengan Chloe di tengah jalan. Chloe tidak kembali dengan baik-baik saja. Aku ingin membawanya ke tabib untuk diobati sebelum membawanya pergi ke tempat yang Ayah katakan, tapi dia menolak dengan keras. Dia bersikeras bahwa dia baik-baik saja."

Tangan Arabella diam-diam terkepal dengan kuat ketika menjelaskan itu, sedangkan Dylan masih tampak mendengarkan cerita Arabella dengan tenang walaupun dia sendiri terkejut mendengarnya.

'Cedcric berbohong padaku?' batinnya emosi.

"Ada sedikit perselisihan diantara kami hingga aku terpaksa menggunakan rantaiku untuk mengikatnya."

"Kau melukainya?"

"Tentu saja tidak!" kesal Arabella karena merasa dituduh.

"Tapi... hal yang paling aneh adalah... dia memotong rantai ku dengan sesuatu yang aku tidak yakin bahwa itu adalah sihir. "

Dylan semakin kebingungan mendengar cerita yang disampaikan Arabella.

"Aku merasa... ada sesuatu yang disembunyikan Chloe."

Bang!

Duar!

"Ugh!"

"Uhuk! Uhuk!"

"Perisainya... hancur?!!"

Serangan terakhir yang dilemparkan pria berjubah itu lebih kuat dari sebelumnya walaupun tidak sedahsyat ketika menghancurkan kediamannya. Namun, itu membuat perisai sihir yang dibuat oleh wakil komandan sihir hancur dengan mudahnya walaupun mereka baik-baik saja.

"Ayo kembali," ajak Fin pada pria berjubah yang hingga sekarang dia belum tahu siapa namanya.

"Hahahaha!"

Tawa pria itu semakin kencang dan menggelegar.

"Aku senang sekali karena bisa melihat wajahmu secara langsung untuk sekarang!"

Dia menatap sosok dibalik bangunan yang baru saja dihancurkannya. Disana, seorang gadis berdiri dengan tatapan tajamnya dan dia tidak terluka sedikitpun karena ledakan itu. Tapi, pakaiannya penuh dengan darah dengan alasan lain.

Wajah pria berjubah itu kegirangan.

"Aku menemukanmu, Elementalist yang sebenarnya!"

Semua orang terkejut mendengarnya. Mereka menatap ke sosok gadis yang baru saja keluar begitu bangunan itu dihancurkan dengan tatapan penuh pertanyaan.

"I-itu Nona Chloe!" Ren terkejut. "Sejak kapan dia sudah kembali?"

"Nona Chloe adalah Elementalist yang sebenarnya? Bukan Nona Sofia?"

"Itu... tidak mungkin Nona Chloe."

"Putri kedua Duke Dylan Ernest seperti itu? Sangat berbeda jauh dengan Putri Sulung dan Putri terkecilnya."

"Hei, mulutmu!"

"M-maaf! Aku baru melihatnya sekarang setelah 5 tahun bekerja di kastil Duke karena aku dengar dia mengurung dirinya sendiri!"

"Tidak perlu diperjelas! Lihat situasinya!"

Semua orang mulai sibuk berdebat mengenai penampilan Chloe untuk pertama kalinya, dan kenyataan bahwa Chloe adalah Elementalist yang sebenarnya, bukan Sofia.

Chloe yang sedang menjadi bahan pembicaraan berusaha untuk tidak memedulikannya. Dia beralih menatap kediamannya yang terbakar api.

Disanalah seharusnya dia mati sekarang.

Tapi, dia masih hidup.

Chloe berhasil mengubah alur ceritanya, membuatnya menjadi 1 tahun lebih cepat, dan dia berhasil menghindari kematiannya.

'Walaupun aku berhasil menghindari kematian ku seperti di dalam novel, masih ada kemungkinan aku mati dengan cara lain di tangan dia,' batin Chloe. 'Bagaimanapun, aku harus menghindarinya... dengan mengalahkannya!'

"Apa-apaan penampilannya itu?"

Duke Dylan menggertakkan giginya geram ketika melihat penampilan Chloe. Arabella sudah bilang bahwa Chloe tidak kembali dengan baik-baik saja, tapi dia tidak menyangka bahwa keadaan Chloe lebih kacau melebihi perkiraannya.

"Kak Chloe... elementalist yang asli...?"

Tubuh Sofia bergetar hebat. Semua perasaannya bercampur aduk ketika mendengar kenyataannya.

"Bukan aku... Bukan aku... Hiks..."

Sofia menangis diam-diam.

Arabella yang sadar bahwa Sofia lah yang paling syok disini, karena itu dia perlu melakukan sesuatu.

"Sofia, dengarkan aku."

Sofia mengangkat kepalanya menatap Arabella.

"K-kak Bella... A-aku... Aku... Aku berbohong... Bukan aku..."

Arabella memegang kedua pundak sempit itu. Dia berusaha menenangkan Adik terkecilnya.

"Sofia, katakan apa yang kau rasakan sekarang. Kau sedih? Kau marah? Kau takut? Kau kecewa? Bilang padaku!"

"Hiks... A-aku tidak tahu..."

Dia menutupi wajahnya sendiri dengan kedua tangannya.

"Maaf... Maaf... Hiks... Aku tidak tahu... kalau Kak Chloe..."

Arabella menarik tangannya.

"Jangan meminta maaf, Sofia. Lihat aku!"

Anak kecil itu dengan terpaksa mengangkat kepalanya lagi dan menatap ke arah mata Arabella.

"Aku tahu kau pasti masih syok sekarang. Aku juga seperti itu, bahkan mungkin Ayah juga..."

Arabella sedikit menatap Duke Dylan yang masih mematung di tempatnya sambil berkomentar betapa buruknya penampilan Chloe sekarang.

"Tapi untuk sekarang! Tolong, jangan pikirkan itu sekarang! Tolong, simpan semua pikiran itu untuk nanti! Sekarang, ada masalah yang lebih besar dihadapan kita! Sofia, aku bisa meminta bantuanmu, kan?"

Sofia segera menghapus air matanya ketika mendengar ucapan Arabella. Dia menganggukkan kepalanya kukuh.

"Akan aku lakukan!"

"Anak pintar!"

Arabella mengusap-usap kepalanya Sofia sebentar sebelum akhirnya menoleh ke arah Chloe. Wajahnya berubah 100%.

"Chloe, kemarilah!" teriaknya.

"Um...?"

Chloe kebingungan dengan tatapan mengerikan Arabella namun dia tetap menuruti untuk menghampirinya.

"Tunggu! Kau—!"

"Tidak."

"Huh? Apa?!"

Pria berjubah itu diacuhkan oleh Chloe.

"Elementalist! Kau sangat sombong! Aku akan membunuhmu!"

"Tidak."

"Tentu saja aku bisa!"

"Aku tidak akan memberikan celah sedikitpun. Apa kau tidak lihat ada seseorang yang memanggilku lebih dulu? Aku lebih takut pada Kak Bella dibandingkan dirimu."

"A-apa aku salah dengar?!"

Pria berjubah itu syok mendengar, tentu saja yang lain pun syok mendengar itu.

"B-baiklah! Aku akan menunggumu berbicara dengannya selama 1 menit! Aku tidak punya banyak waktu! Jika tidak, aku akan membunuh dan menghancurkan semua yang berharga bagimu!"

'Sesuatu yang berharga?'

Chloe tidak peduli dengan itu. Satu-satunya yang berharga baginya hanyalah nyawanya sendiri.

"Kau tidak mendengarkanku?!! Baiklah, kalau begitu, 2 menit! Aku berbaik hati kare—"

"Ada apa, Kak Bella?"

'Aku diacuhkan?!!'

'Dia benar-benar mengacuhkan monster itu?!!' batin semua orang yang syok melihatnya karena Chloe mengacuhkan sosok itu dengan mudahnya.

"Hahh! Terserah! Aku akan menunggumu lalu membunuhmu! Kau dengar?!! Aku akan membunuhmu! Kau sangat sombong, Elementalist! Kau sudah membuat aku murka!"

Chloe mendelik dengan tajam.

"Diam dan tutup mulutmu."

'Ugh! Kenapa menjadi aku yang takut padanya?!!'

"N-nona Chloe, adalah orang yang seperti itu? Dia benar-benar menakutkan!" ucap salah seorang.

Ctak!

Arabella memukul kepala Chloe dengan keras.

Semua orang disana kembali terkejut melihat itu.

Tapi, Chloe tidak merintih sedikitpun. Dia tetap tenang seperti biasanya. Dia sudah mempersiapkan itu karena dia tahu bahwa di dalam novel Arabella adalah orang yang mudah kesal ketika remaja.

"Bella," Dylan yang disebelahnya pun tidak menyangka bahwa Arabella akan melakukan itu.

"Maaf, Ayah. Tapi, dia benar-benar membuatku kesal."

"Maaf?"

"Hahh... Saya mengerti, tapi tidak perlu sampai melakukan kekerasan seperti itu."

"Itu karena dia anak nakal. Dia benar-benar anak nakal sehingga hanya tahu bagaimana membuat orang-orang disekitarnya khawatir."

"Biar saya yang berbicara dengan Chloe. Banyak yang ingin saya katakan."

"Baik, Ayah."

Arabella tidak masalah, karena sejak awal dia hanya ingin memukul Chloe saja.

Duke Dylan mulai berbicara. Dia berbicara dengan suara yang tenang.

"Chloe."

"Ayah, aku tidak bisa meminta maaf karena aku tidak merasa melakukan kesalahan apapun. Aku sama sekali tidak membohongi Ayah atau semua orang karena aku juga tidak tahu."

Dia tidak bisa meminta maaf bahwa dia telah berbohong dengan menutupi identitasnya sendiri yang merupakan Elementalist yang sebenarnya karena sejak awal, Chloe yang asli bahkan tidak pernah tahu tentang itu.

"Aku tidak akan menanyakan itu."

"Ya?"

"Aku hanya ingin bertanya, apakah Cedric berbohong padaku?"

"Cedric?"

Chloe semakin kebingungan mendengar pertanyaan Duke Dylan.

"Maksud saya, ada apa dengan penampilanmu?"

"Penampilan aku?"

Chloe menatap pakaiannya sendiri. Dia memang langsung pergi begitu saja dari ibukota tanpa mengganti pakaiannya dan masih menggunakan piyamanya. Chloe merasa tidak ada yang salah dengan penampilannya, selain itu.

"Ini karena Cedric membangunkan ku dan menyuruhku untuk segera kembali, karena itu aku tidak sempat untuk bersiap atau bahkan mengganti pakaian."

"Iya, itu mungkin. Tapi, saya tidak terlalu mempermasalahkannya."

Dylan menghela napas jengah. Sepertinya Chloe tidak mengerti maksud dari pertanyaannya.

Arabella yang mendengarkan dari kejauhan mengerti maksud dari pertanyaannya tapi dia tidak ingin membantu Chloe untuk menjawab. Duke Dylan mengatakan bahwa dia ingin berbicara dengan Chloe, karena itu dia tidak berhak untuk ikut campur.

Dia bertanya lagi.

"Apa ada masalah selama perjalananmu kemari?"

"Tidak, semuanya baik-baik saja. Aku juga membawa Cedric kembali, begitupun dengan yang lainnya. Aku berpikir bahwa kekuatan Cedric akan sangat dibutuhkan karena itu aku sedikit memaksa mereka untuk ikut denganku. Dan, Ayah tidak perlu mengkhawatirkan nenek."

"Dia baik-baik saja walaupun sendirian?"

"Iya, aku yakin tidak akan ada berani yang mengusiknya."

Dylan mengangguk, mengerti. Sekarang dia tahu bahwa Chloe bisa mengatakan itu dengan yakin karena dia sudah tahu bahwa Chloe adalah Elementalist yang sebenarnya. Mungkin Chloe sudah melakukan sesuatu untuk Duchess Shofia disana.

"Jika mereka semua baik-baik saja, tapi kenapa hanya kamu yang tidak baik-baik saja?"

Chloe kebingungan mendengar itu. Dia mulai menerka-nerka apakah Duke Dylan mengetahui sesuatu tentang kutukannya.

Duke Dylan bertanya lagi, "Chloe, apa kau sedang kesakitan? Apa kau tidak enak badan?"

"Aku benar-benar baik-baik saja sampai aku pergi mencari Ayah sendiri."

Chloe berpikir untuk menceritakannya sedikit.

"Cedric, Natasha dan yang lainnya tidak tahu tentang ini, aku tiba-tiba sedikit batuk ketika perjalanan disini. Aku sedikit tidak enak badan. "

Dylan terkejut mendengar itu.

Disisi lain, Arabella dan Sofia juga terkejut.

'Dia menyamakan muntah darah dengan batuk?!!'

Arabella tidak habis pikir dengan pikiran Chloe.

"Apa ada yang lain yang kau rasakan?"

Chloe menjawab dengan tenang semua pertanyaan Duke Dylan tanpa memikirkan reaksi semua orang disekitarnya.

"Aku tidak yakin tapi, dadaku sedikit terasa terbakar..." Chloe menatap Dylan dengan tatapan keduanya yang sama persis. "Tapi, itu tidak begitu sakit. Aku masih bisa menahannya, Ayah."

"Baik, aku mengerti. Setelah ini, aku akan mencarikan tabib untuk mengobatimu."

"Dari pada itu Ayah, Cedric dan yang lainnya—ugh!"

Tak!

Perkataan Chloe terputus dan dia merintih kesakitan merasa baru saja ada seseorang yang memukul tengkuk lehernya.

Dia menoleh ke belakang.

'Ren!'

Dilihatnya tangan kanan Ayahnya lah pelakunya.

'Ugh! Gawat! Kesadaranku...!'

Perlahan, pandangan Chloe mulai menggelap. Sepertinya Ren memang sengaja membuatnya pingsan.

"Maafkan saya Nona Chloe, tapi anda harus beristirahat."

Itulah yang dia dengar dari suara Ren sayup-sayup.

Tubuhnya terjatuh yang kemudian ditangkap oleh Duke Dylan.

"A-ayah...! Di gunung...!"

Chloe hanya bisa mengatakan itu sebelum akhirnya seluruh pandangannya tertutup sempurna dan dia tidak bisa mengatakan apa-apa lagi.

"Chloe, saya benar-benar membenci ketika kamu mulai bertindak."

"Hahh...! Orang-orang bodoh ini ingin melawan aku tanpa bantuan Elementalist!"

Itu suara terakhir yang di dengarnya. Hingga akhirnya, Chloe tidak dapat bergerak, mendengar apapun, dan juga memikirkan apapun lagi.

'Ayah... sengaja membuat aku pingsan? Baik, aku bisa tertidur tenang sejenak...'

Setelah itu, Chloe tidak ingin memikirkan apapun lagi dan memilih untuk tertidur. Setidaknya dengan ini Chloe bisa beristirahat sejenak dari rasa sakitnya, walaupun Chloe merasa ini bukanlah hal yang baik.

Mungkin, suasana akan semakin kacau begitu dia bangun.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!