Bab 6 Rasa Sakit

Stella merasa hidupnya begitu hancur. Ibunya adalah satu-satunya keluarga yang dia miliki. Namun kini ibunya telah meninggalkan dirinya untuk selamanya.

Apalagi sekarang, jiwa dan raganya terasa terkoyak oleh kesakitan karena suaminya yang telah berbohong kepadanya. Rasanya sudah tidak ada lagi yang harus di pertahankan dari hidupnya.

Seluruh hidupnya terasa hancur. Hatinya di patahkan oleh kenyataan hidupnya yang menyakitkan. Ibu meninggal, dan suami yang berkhianat.

Kepala Stella terasa sangat sakit membayangkan malam panjang yang biasa dia lakukan bersama Kairo, kini suaminya itu sudah melakukannya bersama orang lain. Rasanya tidak ada yang menandingi rasa sakit seorang wanita disaat melihat suaminya sendiri bergelut dengan penuh ******* di atas ranjang bersama wanita lain.

"Hahhhhhhhhh"

"Aku membenci hidupku. Aku membenci kamu mas, hik" Teriak Stella histeris. Dia yang berantakan sudah seperti orang gila. Rasanya sudah tidak bisa lagi membendung rasa sakit yang ia terima.

"Ibu! Aku merindukan mu ibu" Stella menangis tersedu, dengan tubuh yang sudah ambruk tidak berdaya di atas lantai. Wajahnya begitu sembab, bahkan semalaman ini Stella hanya menangis setelah ibunya di makamkan kemarin sore.

Disaat seperti ini. Biasanya Ibunya lah yang akan selalu hadir menasehati dan membimbing dirinya dan membuat Stella merasa lebih tenang. Ibunya adalah kekuatan bagi Stella. Namun dirinya kini terlalu rapuh. Setelah memikirkan ibunya yang meninggal, membuat kenangan itu hanya membuat diri Stella merasa terpukul dan sesak. Rasanya, hidup pun sudah tidak bearti apa-apa saat ini.

"Aku tidak sanggup lagi. Aku akan menyusul mu ibu" Pikiran Stella seketika menjadi buntu. Tidak ada lagi yang harus ia pertahankan. Bebannya terasa begitu berat, dan Stella merasa tidak sanggup. Ia berpikir, dengan mengakhiri hidupnya, beban hidupnya akan menghilang dan dia bisa pergi menyusul ibunya.

Stella pun bangun dengan tatapan kosong. Bahkan dia sama sekali tidak memikirkan kandungannya yang baru beranjak 3 bulan.

Di dalam kamar, terlihat sebuah tali yang tergantung dengan bulatan melingkar yang siap melilit lehernya. Stella dengan penuh tekad, berdiri di atas kursi dan siap membawa mautnya saat ini juga. Hatinya sudah begitu kosong. Dan di penuhi rasa sakit. Kini ia siap dengan ajal yang sudah ada di depan matanya.

Stella perlahan memasukan kepalanya kedalam lingkaran tali yang dia ikat itu.

"Selamat tinggal dunia!"

Tiba-tiba,

Krekkkk

"Stella!" Tiba-tiba Terdengar seseorang menyeru dengan membuka pintu.

"Stella! Stella jangan!" Toni terkejut. Dan karena syok melihat apa yang dilihatnya, dia segera berlari dan meraih tubuh Stella yang sudah kejang di atas sana dengan leher yang dililit oleh tali.

Toni adalah sabahat Stella sejak kecil. Karena mendengar ibu Stella meninggal, jadi ia datang untuk menjenguk Stella. Namun tidak di sangka, disaat dia datang malah mendapatkan Stella yang sedang melakukan aksi bunuh diri.

Toni membaringkan tubuh Stella di dalam pangkuannya. Stella terlihat lemah, segera dia memanggil seorang Dokter untuk datang. Beruntung dia adalah seorang perawat, jadi dia bisa melakukan pertolongan pertama untuk menyelamatkan Stella.

Tidak lama, Dokter pun datang. Dokter mulai memeriksa, dan Dokter pun sempat tergeleng menyayangkan mendengar cerita dari Toni beberapa waktu lalu yang mengatakan bahwa Stella ingin bunuh diri. Apalagi sekarang, Dokter itu tau bahwa Stella sebenarnya sedang hamil muda.

Setelah di berikan obat penenang, Stella pun akhirnya tertidur. Kini Toni lah yang merawat Stella.

Toni tidak ingin mengungkit dan menanyakan masalah sahabatnya itu sekarang. Karena ia pikir, Stella pasti memiliki masalah yang begitu besar, jika tidak, tidak mungkin Stella ingin mengakhiri hidupnya seperti ini. Begitulah pikir Toni.

Lama setelah Stella tertidur, namun Toni masih setia terjaga dan menunggu Stella. Dia tidak ingin lengah, dan membuat Stella melakukan aksinya lagi untuk bunuh diri.

Tidak lama. Stella pun terlihat menyerjapkan matanya. Toni pun tidak lengah langsung meraih tangan Stella dan menatap nanar wanita cantik itu.

"Stella!" Seru Toni lembut. Stella pun menatap Toni cukup lama. Hingga akhirnya tangisnya pun pecah dan segera memeluk tubuh Toni dengan tangisnya yang sudah tidak tertahan.

"Toni!"

Toni membiarkan Stella menangis di dalam pelukannya. Membiarkan Stella meluapkan segala bebannya di pundaknya. Ia tau, Sabahatnya itu kini sedang tidak baik-baik saja.

Lama setelah tangis itu mereda, kini giliran Toni yang berbicara.

"Stella! Kenapa kamu ingin bunuh diri? Apa kamu tidak memikirkan hidupmu lagi, dan bayi di dalam kandungan kamu, apa kamu tidak memikirkannya?"

Stella sempat diam beberapa saat, mengerti bahwa dia sedang mengandung dan tidak sempat memikirkan itu. Yang ada di dalam pikirannya hanyalah menyusul ibunya pergi.

"Aku tidak bisa hidup tanpa ibu ton. Bagaimana bisa aku hidup tanpa dia disini. Apalagi dengan keadaan aku seperti ini. Mas Kairo juga sudah berbohong kepadaku, aku tidak sanggup menampung beban ini sendirian Ton" Stella terlihat menjelaskan perasaannya saat ini. Ia benar-benar tidak bisa berpikir jernih lagi saat ini.

Toni tergeleng, "Bagaimana bisa kamu membiarkan pembunuh ibumu hidup dengan tenang?"

Stella seketika merasa tersengat oleh perkataan Toni.

"Kamu pikir dengan bunuh diri akan menyelesaikan masalah?"

"Kamu salah Stella. Kamu malah membuat pembunuh ibumu merdeka, karena tidak ada lagi yang akan menuntut dan memperjuangkan keadilan untuk ibumu. Kamu tau apa itu artinya? Kamu membuat dia merdeka dan hidup bahagia tanpa memikirkan ibumu yang sudah meninggal karenanya" Toni melanjutkan yang membuat Stella tersadar, bahwa apa yang Toni bicarakan memang benar. Jika dia mati, maka pembunuh ibunya pun akan hidup dengan tenang dan bahagia.

"Toni! Maafkan aku! Aku tidak tau jika kau tidak datang tepat waktu, mungkin aku,,,,," Stella terlihat enggan melanjutkan perkataannya, yang membuat Toni menghela nafas panjang.

"Sudahlah. Yang terpenting sekarang kamu harus pikirkan ibumu dan bayi mu itu. Aku akan membantumu mencari pembunuh ibumu, kamu jangan khawatir lagi. Untuk masalah suamimu, aku sarankan jangan pikirkan lagi! Tuhan akan memberikan yang terbaik untukmu, jika dia pergi berarti dia bukan jodoh mu lagi." Ucap Toni dengan mengusap lembut pucuk kepala Stella. Stella pun hanya mengangguk mengerti.

Berkat bantuan Toni, Stella pun bisa menyewa seorang pengacara untuk membantunya mengungkapkan tabrak lari yang terjadi kepada ibunya. Kasus yang awalnya di tutup, kini kembali di buka karena bantuan sang pengacara.

Stella pun mulai sibuk dengan bolak-balik kantor polisi untuk mendapatkan informasi perkembangan kasus ibunya. Stella pun sudah mulai berangsur melupakan keberadaan Kairo, walaupun jauh di lubuk hatinya yang paling dalam masih mencintai pria pembohong itu.

Di tempat yang sama. Stella terlihat duduk di sebuah ruangan dengan desain ruangan yang cukup mewah. Tujuannya kali ini adalah mendengarkan langsung perkembangan kasus ibunya yang di tangani oleh pengacaranya.

Tidak lama, seorang pria yang sudah tidak begitu muda itu pun datang. Ia duduk di kursi depan Stella.

"Maaf lama menunggu!" Ujarnya sopan.

"Tidak apa pak. Saya juga belum lama sampai" Jawab Stella.

"Langsung saya jelaskan ya Bu. Saya sudah memeriksa beberapa dokumen yang ada di polisi, agen deteksi yang saya tugaskan untuk mencari mobil yang menabrak ibu Sonia pun sudah saya selidiki. Namun ada beberapa hal yang ingin saya sampaikan. Penabrak tersebut bukan dari kalangan biasa, apa ibu yakin untuk terus melanjutkan perkara ini?" Tanya pengacara tersebut.

"Hukum harus tetap diadilkan pak. apalagi orang tersebut salah dan tidak bertanggung jawab. Apa hukum di negara ini memandang kasta dan derajat manusia?" Stella bertanya dengan kesal.

"Bukan begitu Buk. Tapi masalahnya, orang tersebut bukanlah orang sembarangan yang bisa kita singgung. Saya takut, ibu tidak akan mampu melawan mereka. Apalagi, maaf buk! dengan keterbatasan keuangan yang Ibu alami, itu tidak akan bisa membantu masalah ini agar cepat selesai" ujar pengacara itu serius.

Stella sejenak mulai berpikir, "Beritahu aku siapa yang telah menabrak ibuku" perintah Stella.

"Anak dari pengusaha kaya bernama Bella. Pewaris tunggal dari keluarga Wirasta Adikusuma" Ucap Pengacara itu.

Stella seketika terdiam membeku, "Bella! Tenyata kamu pelakunya" ujar Stella kemudian yang sudah mengepal kuat tangannya dengan geram.

"Apa ibu mengenalnya?" Tanya pengacara heran kala melihat wajah Stella kliennya itu terlihat sangat marah.

"Saya permisi pak. Terimakasih untuk waktunya. Tutup saja kasus ibuku, saya akan menyelesaikannya dengan caraku sendiri" ucap Stella yang sudah berdiri dan berlalu dari sana.

Pengacara itu hanya memandang kepergian Stella dengan wajah yang bingung. Namun ia juga tidak bisa mengatakan apapun disana.

.

.

.

.

Bersambung.

jangan lupa untuk memberikan like dan komen ya ☺️

Terpopuler

Comments

💖Chia~Q®F💖

💖Chia~Q®F💖

suamimu bukan pengkhianat stell tapi pendusta

2022-08-30

0

Kisti

Kisti

2022-08-14

2

Hesty Septiana

Hesty Septiana

apakah itu obat perangsang...?!

2022-06-20

5

lihat semua
Episodes
Episodes

Updated 53 Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!