Bu Sonia nampak berjalan mendekati Stella yang masih berdiri di depan kamar mandi.
"Ma! Aku hamil" ungkap Stella dengan air mata yang sudah meluruh. Hatinya begitu hancur saat ini. Dilema kini menghantui perasaannya yang di suguhkan oleh masalah yang datang bertubi-tubi. Entah takdir apa yang sudah Allah tetapkan untuknya saat ini. Sesaat, dirinya merasa sangat hancur. Sungguh dirinya benar-benar serba salah harus memilih jalan yang mana. Disaat rumah tangganya yang di ambang kehancuran, sebuah janin hadir di dalam kandungannya.
"Apa takdir sedang mempermainkan aku, Hik" Stella semakin menangis, lalu menghamburkan pelukannya kepada sang Ibu.
Bu Sonia menghela nafas berat melihat nasib anaknya kini, "Sabarlah Nak. Kita cari solusinya sama-sama. Mama tau ini sulit untukmu. Tapi percayalah, tuhan tidak akan memberikan cobaan yang melebihi kemampuan hambanya. Tenangkan dulu hatimu! Sebaiknya kita sholat Zhuhur berjamaah, kita berdoa dan meminta pertolongan kepada Allah atas masalahmu ini" Ujar Bu Sonia lembut kepada anaknya Stella.
"Baik ma, Stella ambil whudu dulu" Balas Stella menyetujui dengan mengusap wajahnya yang sudah sembab.
Setelah Stella berwhudu. Mereka pun melaksanakan sholat zhuhur berjamaah.
"Ya Allah, bukakanlah atas ku pintu pintu kebaikan dan kekuatan iman ku. Ya Allah ya Tuhan ku, berikanlah rahmat kepada ku dari sisi-Mu dan sempurnakanlah bagi ku petunjuk yang lurus dalam urusan ku ya Allah. Dengan menyebut nama mu ya Allah, aku bertawakal kepadamu, tidak ada daya serta kekuatan melainkan hanya dengan kekuasaan dan pertolongan mu ya Allah. Berikanlah hamba jalan terbaik dari masalah yang hamda hadapi ini, serta berikanlah hamba kekuatan untuk melewati semua cobaan yang kau beri. Amin." Doa Stella di dalam hati dengan penuh ke ikhlasan.
Stella pun mencium punggung tangan ibunya dan bersimpuh di kaki sang ibu.
"Ma! Ampuni segala dosa Stella. Dosa yang telah membuat noda di keluarga kita Ma! Stella minta maaf" Ucap Stella memohon ampunan dari sang Ibu
"Bangunlah Nak. Mama tau, kamu adalah anak yang baik dan kuat, cobaan ini pasti akan berlalu dengan sendirinya" Ujar Bu Sonia.
"Aku bingung ma harus berbuat apa. Aku sudah berjanji akan meninggalkan mas Kairo. Aku juga salah, kenapa aku mempercayai mas Kairo begitu saja waktu itu. Tapi bayi ini, bagaimana mungkin ia akan hidup tanpa ayah. Dan bagaimana nasibnya nanti?"
Bu Sonia kembali menghela nafas berat kesekian kalinya setelah mendengar perkataan anaknya itu, "Mama terserah bagaimana keputusan kamu saja Stella. Hanya saja mama ingin mengingatkan kembali, posisi kamu yang menjadi istri kedua itu sudah salah. Bagaimana mungkin kamu berbahagia di atas penderitaan orang lain? Mama juga bisa merasakan bagaimana menjadi istri yang di tinggalkan oleh suami bersama istri mudanya, dan itu tidaklah mudah. Alangkah baiknya kita mengenyampingkan keegoisan kita, dan masalah anak ini mama yang akan bertanggung jawab dan membesarkannya bersama mu. Mungkin sudah takdirnya untuk tidak bersama ayahnya saat ini" jelas Bu Sonia panjang lebar.
Stella masih diam membisu, lalu seperdetik kemudian ia mengangguk mengiyakan.
"Baiklah Ma. Kita pergi dari sini secepatnya. Dan pergi sejauh mungkin sampai aku tidak lagi melihat keberadaan mas Kairo" Ucap Stella dengan penuh tekad. Keputusannya untuk pergi kali ini terlihat sudah mantap. Dengan dukungan sang ibu di sisi nya, sedikit membuat Stella sedikit lega, setidaknya masih ada ibunya yang menemaninya melewati semua ini.
Stella pengemasan barang seadanya ke dalam koper. Bahkan barang pembelian Kairo ia tinggal semuanya disana. Termasuk cincin pernikahan yang juga ia tinggalkan di atas nakas samping tempat tidurnya.
"Bik! Aku titip rumah ini ya! Jika mas Kairo sudah pulang dan dia menanyakan keberadaan ku, bilang bibik tidak tau apa-apa. Terimakasih karena sudah mau membantu aku selama ini bik. Aku titip mas Kairo" Ucap Stella berpamitan. Kedua wanita itu saling berpelukan melepas rasa sedih akan kepergian Stella.
"Hati-hati Non. Bibik akan merindukan Nona" jawab bik Inem yang sudah menangis.
Stella hanya mengangguk sebagai respon. Lalu pergi dengan membawa koper besar miliknya ke dalam mobil taksi online yang sudah ia pesan sebelumnya.
Stella pun menatap rumah yang ia tinggalkan itu dengan hati yang sangat berat. Namun hal ini harus ia lakukan demi kebaikannya dan anaknya.
Setelah beberapa hari kemudian.
Bella terlihat berdiri di teras balkon rumahnya, seseorang menelpon dirinya saat ini.
"Bagus. Pastikan wanita itu tidak akan pernah kembali lagi ke rumah itu. Dan ingat, buang semua barang-barang wanita murahan itu dari rumah itu" Ujar Bella yang berbicara kepada seseorang di balik teleponnya.
Bella mengakhiri teleponnya itu, lalu tersenyum puas disana.
"Akhirnya wanita murahan itu pergi juga. Dan tidak akan aku biarkan seorang pun mengambil Kairo dariku" gumam Bella tersenyum licik.
Sementara di tempat lain. Sebuah mobil mewah berhenti di depan sebuah rumah bertingkat dengan interior minimalis miliknya. Wajahnya terlihat sumringah berjalan masuk dengan buket bunga mawar putih di tangannya.
"Sayang! Aku pulang" teriak Kairo yang sudah berada di dalam rumah.
"Sayang kamu dimana?" Teriak Kairo lagi ketika tidak mendapatkan jawaban. Rumah pun terlihat sangat sepi, bahkan Bik Inem yang merupakan asisten rumah tangganya pun tidak berada di tempat.
Kairo terus mencari ke seluruh tempat, namun tidak ada siapapun disana. Sampailah dia menuju kamar mereka, pikirnya Stella istrinya itu berada di dalam kamar.
"Sayang aku pulang" teriak Kairo lagi. Namun seketika ia kembali terdiam, ketika tidak mendapatkan siapapun disana.
Kairo mulai frustasi, lalu berjalan masuk dan duduk di kasurnya.
"Aku sudah bilang akan pulang hari ini. Kenapa Stella tidak ada?" Gumam Kairo yang terus merasa kesal karena ini. Padahal ia sudah menyiapkan sebuah hadiah untuk sang istri, namun dirinya tidak menyangka akan mendapatkan momen seperti ini.
Mata Kairo seketika beralih kepada sebuah cincin pernikahan yang tergeletak di atas nakas.
"Kenapa ada disini?" Kairo bertanya dengan heran kepada dirinya sendiri.
Satu persatu sisi ruangan kamarnya ia tatap, memang ada yang berbeda di kamar itu. Semua barang-barang Stella tidak ada termasuk semua alat make up dan beberapa barang kesukaannya. Bahkan foto pernikahan mereka pun juga tidak ada di sana.
Hal itu membuat Kairo merasakan sesuatu yang salah telah terjadi. Segera ia membuka isi lemari, dan benar saja, tidak satu pun barang Stella tidak ada di sana. Kairo pun menyadari bahwa Stella telah pergi melarikan diri.
Segera Kairo menelpon nomor Stella. Namun nomor yang di tuju tidak bisa menerima panggilan darinya.
"Sial, kenapa nomornya tidak aktif" gumam Kairo kesal.
Kairo pun beralih menelpon ibu mertuanya Dan menyambung, yang membuat Kairo sedikit lega karena ia bisa menanyakan keberadaan Stella.
"Hallo!"
"Hallo Buk. Apa Stella ada di sana? Dia gak ada di rumah dan barang-barangnya juga tidak ada" Jelas Kairo yang terdengar sangat khawatir oleh Ibu mertuanya.
"Tidak Nak. Stella tidak kembali kerumah. Memangnya kamu tidak tau dia pergi kemana?" Tanya Buk Sonia balik. Sebenarnya, Stella memang ada bersamanya saat ini, namun ia sengaja berbohong agar menantunya itu tidak bisa menemukan Stella anaknya. Karena ia tidak ingin Kairo semakin menyakiti perasaan anaknya lagi.
"Aku baru kembali dari luar kota Buk. Stella juga tidak menghubungi aku beberapa hari ini, jadi aku gak tau dia pergi kemana" Jawab Kairo.
"Baiklah Buk. Aku akan mencari Stella dulu, kalau Stella ada pulang ke rumah ibu segera hubungi aku" Lanjut Kairo.
"Baik nak. Nanti akan ibu hubungi jika Stella ada pulang"
"Baik Buk. Terimakasih, aku tutup dulu teleponnya. Assalamualaikum" Kairo pun mengakhiri pembicaraan dan mematikan teleponnya. Ia terlihat linglung dan sangat khawatir memikirkan Stella. Sementara Stella du tempat lain menangis tersedu mendengar suara suaminya dari balik telepon ibunya. Stella sangat mencintai Kairo, namun kenyataan pahit ini terlalu menyakitkan sehingga Stella lebih memilih pergi meninggalkan Kairo.
Sementara itu. Kairo keluar dari kamar dan mencari keberadaan Bik Inem, ia berpikir bahwa Bik Inem mengetahui tentang kepergian Stella.
Setelah menuruni anak tangga, Kairo tidak sengaja melihat Bik Inem yang keluar dari kamar pembantu dan wajah Kairo seketika mengkerut heran melihat pembantunya itu membawa satu tas besar di tangannya. Ia pun mempercepat langkahnya dan segera menghampiri bik Inem.
"Bik! Mau kemana?" Tanya Kairo heran. Matanya tertuju kepada tas yang Bik Inem bawa.
"Saya ingin berhenti bekerja disini tuan. Saya ingin pulang kampung" Jawabnya gemetar. Bahkan Bik Inem tidak berani untuk menatap mata Kairo. Hal itu membuat Kairo menjadi curiga.
"Tapi kenapa? Kenapa mendadak begini?" Tanya Kairo lagi penuh selidik.
"Anu tuan. Sa-saya mau pulang saja" jawabnya gugup.
"Sebentar Bik. Bibik tau kenapa Stella pergi? Dan kenapa dia meninggalkan rumah?" Tanya Kairo dengan penuh selidik.
Bik Inem terlihat gelisah, "Sa-saya gak tau apa-apa tuan. Kemarin nona Stella pergi gitu aja dari rumah gak ngomong apapun ke saya" jawabnya dengan wajah tertunduk dan tidak berani menatap tuannya itu.
"Gak mungkin bibik gak tau masalah Stella yang pergi. Bibik bohong kan?" Bentak Kairo yang sudah merasa sangat marah. Kepalanya bahkan sudah ingin pecah karenanya.
Bik Inem terlihat ketakutan melihat kemarahan tuannya itu, "Saya pergi dulu Tuan!" Pamit Bik Inem cepat. Ia tidak ingin berlama-lama disana, karena dirinya sangat takut jika Tuanya itu mengintrogasi nya lebih detail.
"Tunggu Bik!" Cegah Kairo dengan nada dinginnya.
"Katakan yang sebenarnya, atau aku masukan Bik Inem ke dalam penjara karena telah menyembunyikan kebenaran" ancam Kairo dengan suara meninggi. Yang semakin mendesak Bik Inem.
Bik Inem semakin gemetar, lalu berlutut memohon di hadapan Kaieo, "Maaf tuan. Jangan jebloskan saya ke penjara. Nona Stella pergi bersama laki-laki tuan. Dia gak bilang mau kemana. Dia pergi bersama kekasih barunya" ucap Bik Inem cepat dengan mata terpejam. Sungguh sulit baginya mengatakan ini semua, namun mau bagaimana lagi, Kairo terlalu mendesaknya, terlebih lagi hal lain yang juga sudah mengancam keamanannya. Pikiran Bik Inem kembali berseliweran, mengingat kejadian beberapa jam yang lalu, disaat dirinya di ancam oleh Bella sebelum kedatangan Kairo. Bella juga telah mengancam dirinya untuk mengatakan kebohongan ini. Karena sekarang cucu kesayangannya masih berada di tangan Bella. Dan bik Inem tidak mau ambil resiko walaupun harus berbohong kepada Kairo yang selama ini selalu baik padanya. Hatinya begitu sakit mengatakan kebohongan ini, di dalam hatinya, ia meminta maaf kepada kairo dan Stella.
"Maafkan aku tuan. Maafkan aku non. Bibik terpaksa mengatakan ini semua" Batin Bik Inem yang merasa bersalah.
.
.
.
.
Bersambung.
jangan lupa untuk like dan komen ya ☺️
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 53 Episodes
Comments
Nanda Lelo
ular bgt y Bella nih
2022-11-22
0
Dara Muhtar
Ya Tuhan begini amat nasib kamu Stella moga cepat ketahuan dalangnya
2022-10-06
0
💖Quina💖
gimana pun Bella jahat juga disini,walaupun dia tersakiti,😤😤
2022-08-30
0