Terlambat Memberi Seserahan

Usaha Retno semakin berkembang pesat, semakin lama ia semakin merasakan kejayannya.

Setiap bulan purnama Retno harus menyiap sekor kambing atau rusa sebagai persembahanya.

Malam itu langit gelap dengan kumpalan awan pekat, Retno yang sudah menyiapkan seekor rusa betina sebagai persembahan mengurungkan diri untuk pergi menuju tempat persembahan.

Deru angin kencang menderu tempat tersebut, beberapa atap bangunan ada yang melayang di terpa angin, ada juga bangunan yang Roboh akibat angin yang kencang.

Retno mondar mandir dikamarnya sesekali ia melihat langit yang menggantungkan awan hitam pekat seolah langit akan runtuh.

"Bagaimana caranya aku bisa pergi ke tempat pemujaan, jika  cuaca seperti ini? ," gumanya sambil terus menatap kearah luar.

Retno terus saja merasa gelisah, ia terus hilir mudik sembari menatap langit.

Sementara angin kencang serta kilat saling sambar menyambar memecah kesunyian tempat tersebut.

Hari ini harusnya malam purnama, Namun, malam terlihat sangat gelap, sinar bulan tertutupi oleh awan hitam yang menggantung dari langit.

Dengan gelisah, Retno menanti bergantinya waktu, namun seiring bergantinya waktu, hujan tak juga reda, malah hari semakin gelap dan pekat.

Waktu terus berganti, sementara badai belum juga mereda, hanya ada dua pilihan bagi Retno.

Melanjutkan perjalanannya, meski harus menerobos badai hujan, atau menunda kepergiannya hingga esok hari.

Karna cuaca tak mendukung Retno pun memutuskan untuk menunda persembahannya.

"Ah semoga yang mulia mengerti dengan keadaan ku," gumanya.

Retno pun menutup pintu rumahnya, ia sudah membulatkan tekad untuk tak berangkat malam itu.

Semilir angin menerpa tubuh Retno hingga bulu kuduknya merinding, hempasan angin teras begitu dekat hingga terasa menerpa tubuhnya.

Meski merasakan hal yang tak biasanya, 

Retno kembali menuju kamarnya dan memutuskan untuk tidur.

Dara tidur dengan lelap, terlihat kelelahan pada wajah munggilnya, wajah lucu tersebut  mendadak berubah tegang dengan keringat dingin yang mengucur deras.

"Tolong! "

Teriak Dara dengan kencang, suara Dara membangunkan pengasuhnya.

"Non, non bangun Non." Yanti sang pengasuh menepuk-nepuk pipi Dara berusaha untuk membangun kannya.

Hua hua hha, diafragma Dara bergerak tak beraturan seperti orang yang sedang berlari kencang.

Dara menggeleng-gelengkan kepalanya, di alam mimpi ia sepertinya sedang ketakutan.

Yanti yang tak mampu membangunkan gadis kecil tersebut kemudian meninggalkannya sendiri.

Yanti berlari kecil menuju kamar tuan besarnya.

Tok tok tok... suara pintu digedor dengan keras.

Lastri dan Retno tergesa-gesa membuka pintu.

Krek ...pintu rumah di buka.

Lastri kaget ketika melihat Yanti yang terlihat pucat dan gemetaran.

"Ada apa Yanti?"tanya Lastri.

"Anu Nya_" tiba tiba terdengar suara teriakan Dara.

"Akh!Mama tolong Dara!" 

Sontak semua berlari menuju kamar Dara, dan alangkah kagetnya mereka ketika melihat Tubuh Dara melayang ke udara.

Retno dan Lastri begitu syok dan panik, mereka pun mendekati tubuh Dara yang melayang tersebut.

"Dara! Dara! "Teriak Lastri sambil mendekati tubuh Dara yang melayang sekitar dua meter dari permukaan lantai.

"Tolong!"teriak Dara sambil menangis.

Mereka tak bisa melihat mahluk apa yang membuat tubuh Dara melayang tersebut.

Tapi tidak Retno, bukannya membantu Dara, Retno malah lari kesebuah ruangan tempat ia menyembunyikan ritualnya.

Retno mencari benda keramatnya, sebuah guci antik, dengan air sebagai media komunikasinya.

"Tolong yang mulia, saya mohon lepaskan putri saya, saya akan membayar sesembahan saya dengan tepat waktu, tapi jangan sakiti putri saya, "ucap Retno mengiba.

"Ha ha, Sesuai perjanjian Retno jika kau mengabaikan ku, maka kedua anak mu akan menjadi korban ku." 

Suara tersebut terdengar meski tanpa wujud.

"Baik yang mulia untuk kali ini saya mohon maaf, saya berjanji akan melaksanakan persembahan saya tepat pada waktunya,"ucap Retno sambil bersujud.

"Baik lah Retno, karna ini hanya kesalah kamu yang pertama, saya akan maaf kan, tapi jika kamu mengulanginya, maka saya akan ambil kembali semua kenikmatan yang sudah saya kasi ke kamu, serta saya akan ambil nyawa kedua anak kamu!" Suara tersebut nyaring namun hanya Retno yang bisa mendengarnya.

"Baik yang mulia, terima kasih, "ucap Retno seraya bangkit dari sujudnya.

Retno pun menutup kembali pintu tersebut kemudian menguncinya kembali.

Setelah bernegosiasi dengan sesembahannya, Retno kembali menemui Dara.

Lastri menahan tubuh Dara agar tak terjatuh dan terhempas langsung kelantai.

Nafas Dara tersengal, ia seperti di cekik oleh seseorang.

Setelah membaca mantra yang di ajarkan mak Timah, baru lah nafas Dara kembali terlihat tenang, namun dengan detak jantung yang masih memompa cepat.

Gadis itu masih terisak dalam tangisnya, membuat Lastri langsung memeluknya erat.

"Dara apa yang terjadi padamu Nak?" tanya Lastri sambil merangkul putrinya tersebut.

Namun,Dara tak menjawab, ia tersedu sedu dengan mata yang masih terpejam. 

Retno kembali menemui Dara dan melihat Lastri yang menangisi putri.

"Ada apa Lastri?"tanya Retno dengan panik, ia mengira jika Dara telah tiada.

"Bang apa yang terjadi dengan Dara Bang?kenapa seperti ada yang ingin menyakiti putri kita," tanya Lastri yang menangis sambil memeluk putrinya.

Retno tergaman, ia terdiam beberapa saat.

"Sudah Lastri, ayo kita bawa Dara kerumah sakit saja, " usul Retno ia pung segera menggangkat tubuh mungil putrinya.

Retno setengah belari menuju mobil, sepanjang perjalanan ia mengutuk dirinya karna telah bersekutu dengan setan untuk meraih kekayaan di dunia.

Sesampainya di mobil, Lastri segera membuka pintu mobil bagian belakang.

Lastri duduk di bagian kursi belakang, pahanya menjadi penopang bagi kepala Dara,sementara Retno yang mengambil posisi menyetir.

Dengan lembut Lastri mengusap kepala gadis kecil tersebut, seraya menggenggam erat tanganya.

Tubuh kecil  Dara tiba-tiba mengejang dengan mengeluarkan buih dengan bola mata hitamnya terangkat keatas.

"Dara! Dara!"Lastri kembali panik, ia pun menangis sejadi-jadinya.

"Dara!" 

Teriak Lastri.

"Ada apa Lastri?"tanya Retno yang juga panik, namun ia tetap berkonsentrasi agar fokus melajukan mobilnya di jalanan licin karna terus di guyur air hujan.

"Dara Bang, setelah tubuhnya mengejang, kini ia kembali pingsan lagi, " papar Lastri sembari menangis kembali.

"Tenang Lastri, tenangkan dirimu, jika begini aku tidak bisa konsentrasi yang akan berakibat membahayakan kita semua," ucap Retno dengan panik.

'Ya tuhan apa yang terjadi dengan putri ku'keluh Retno di dalam batinya.

"Bang, ini pasti ada bubunganya dengan mahluk berbulu hitam yang aku temui di toko kita pada waktu itu,"guman Lastri sembari menghapus titik air matanya.

"Ah sudalah Lastri, jaman sekarang mana ada mahluk-mahluk seperti itu, keberadaan mereka sudah punah karna tergerus jaman," kilah Retno, ia berusaha menyangkal agar Lastri tak menjadi curiga terhadapnya.

Lastri pun terus menangis sesekali memanggil nama Dara sambil menepuk pipi gadis kecil tersebut.

Setengah jam waktu yang di perlukan untuk sampai kerumah sakit terdekat,mungkin waktu bisa di persingkat seandainya jalanan tersebut tak licin.

Retno membawa naik mobilnya tepat berada di depan pintu UGD, setelah memarkirkan mobilnya, ia pun langsung membuka pintu dan menghampiri Lastri dan Dara.

Sebelumnya Retno menyalakan lampu yang ada di dalam mobil, barulah ia sadari jika wajah putrinya memucat dengan bibir yang membiru.

"Dara! Dara!" 

Seru Retno sambil menepuk pelan pipi putrinya.

Merasa tak ada respon, ia pun membawa Dara menuju ruang perawatan UGD.

Sementara tubuh  Lastri terhuyung saat ia berjalan beberapa langkah keluar dari mobil,  Lastri pun ambruk tepat di depan ruang UGD.

Tak ayal, kejadian tersebut membuat Retno semakin panik, beruntung petugas medis yang berjaga telah bersiaga.

Mereka pun mengangkat tubuh Lastri dan membawanya menuju ruang UGD dan langsung mendapat penanganan.

Retno kelimpungan seperti orang gila, ia tak menyangka jika keterlambatanya memberi seserahan bisa berakibat fatal terhadap keluarganya, ada rasa sesal dalam dirinya namun semua telah terjadi, perjanjian tersebut akan mengikatnya seumur hidup.

Retno menghela nafas beratnya seraya mendarakan bokong nya pada kursi tunggu, sementara Dara dan Lastri sedang dalam penanganan medis.

Bersambung. ,,,,,,,

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Terpopuler

Comments

Senajudifa

Senajudifa

makanya bosku cr rejeki itu yg halal aj yg lempeng2 aj walau sedikit tp berkah...bener ngga thor

2022-07-02

0

Ghiie-nae

Ghiie-nae

duh...temanan kok sama makhluk lain

2022-06-19

0

Wina Yuliani

Wina Yuliani

sadar y pak.. makanya kalau nyari bestie itu yg bener, jgn sama yg gituan jd amburadul semua kan???

2022-06-18

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!