Aneh

Menyadari kehadiran Retno , Mak Timah beranjak dari tempat duduknya dan berjalan menghampiri Retno.

Mata Mak Retno tajam menatap wajah Retno yang seperti sedang ketakutan.

"Ada apa Retno?" tanya mak Timah dengan tatapan misterinya.

"Anu Mak, tadi saat aku menguburkan jenasah bayi ku,.aku mendengar tangisan bayi yang awalnya lirih namun semakin lama semakin melengking," ucap Retno gelalapan.

Mak Timah mencorongkan matanya menatap mata Retno.

"Siapkan kembang 3 warna dan daun kelor, mungkin saja ada yang ingin mengganggu mu,"ucap Mak.Timah dengan wajah yang serius.

Dengan segera Retno memetik kembang tiga warna, dan daun kelor yang tumbuh di halaman rumahnya tersebut.

Sementara Mak Timah melarutkan air garam kedalam sebuah wadah ember besar dan menyiramnya sekeliling rumah tersebut.

Setelah melakukan ritual tersebut Mak Timah kembali menemui Retno.

"Ayo sini Retno! Mak mandikan kamu,.sebentar lagi waktu magrib akan tiba," ucap Mak Timah yang membawa air satu ember.

Dengan ritual dan doa-doa mulut mak Timah komat kamit membaca doa, sambil menabur kembang keatas air yang akan di gunakan Retno untuk ritual mandinya.

Setelah menyelesaikan ritual mandi kembang dan mengganti pakaianya Retno langsung menghampiri sang istri yang kembali terlelap.

"Dek, bangun Dek, sebentar lagi mau magrib  pamali tidur saat magrib," ucap Retno kepada Lastri.

"Ehm iya Bang," ucap Lastri yang menerjabkan matanya kemudian ia bangkit.

"Dek makan lah dulu, " ucap Retno menyodorkan sepiring nasi dengan lauk seadanya kepada Lasrti.

"Iya Bang, " ucap Lastri, ia hanya menatap piring yang lengkap  dengan sayur bening dan tahu tersebut.

"Kenapa Dek?,maaf Abang cuma bisa masak segini,"ucap Retno pada Lastri.

Lastri mengangguk ia merasa sedih.

"Bang, Lastri melahirkan anak kembar, kita beri nama siapa ya bang?"tanya Lastri dengan tatapan sayu nya kearah Retno.

"Kita beri nama Dara dan Gadis saja Dek, Dara untuk nama anak kita yang pertama lahir dan Gadis untuk putri kita yang meninggal."

"Iya Bang, boleh juga,.meski Gadis harus meninggal saat dilahirkan, tapi kita juga harus memberi nama dan memperingati hari kelahiranya."

"Iya Dek," sahut Retno lesu.

Tiba-tiba saja pintu jendela mereka seperti di ketuk ketuk, deru angin kencang masuk hingga ke celah-celah rumah, kuatnya angin bahkan seperti menggetar kan rumah tersebut, hingga seperti bangunan yang hendak roboh.

Retno mendekap istrinya, ia sendiri merasa aneh dan ngeri melihat pemandangan yang terjadi di rumahnya.

Seluruh isi rumah bergetar, seolah rumah tersebut di guncang dengan kekuatan yang dashat.

Lastri menggendong bayinya dan menyembunyi kan nya di antara dekapan ia dan Retno.

"Bang, aku takut," ucap Lastri yang masih berada di dekapan Retno.

 Tenang Dek ada Abang yang akan melindungi kamu dan anak kita, " ucap Retno sambil merangkul dua orang yang di cintainya tersebut.

Kejadian menegangkan tersebut terus berlangsung  hingga suara azan magrib memenuhi seruan seluruh alam.

Guncangan rumah mereka pun berhenti seketika sesaat setelah terdengar Azan.

Mereka pun saling memandang dan menatap heran, mengenang peristiwa yang datang tiba-tiba dan berhenti juga dengan tiba-tiba tersebut.

Lastri terbangun dan mendapati putrinya sedang tertidur pulas dalam bedungan kain yang melilit tubuh munggil dari bayi tersebut.

Perasaan bahagia menyelimuti perasaannya, kehadiran Dara seolah menjadi penyemangat dan penyempurna rumah tangganya bersama Retno.

Meski pernikahan mereka di tentang kedua orang tuanya,  dan Lastri menjadi dikucilkan oleh keluarganya sendiri, karna ia lebih memilih menikahi Retno dari pada menuruti keinginan kedua orang tuanya.

Lastri yang baru menyelesaikan kuliahnya, dan lebih memilih menikahi Retno seolang kuli bangunan, dari pada pria yang telah di jodohkan dengannya.

 

 

Dengan kegigihan Retno, sekarang mereka membuka usaha mebel kecil-kecilan di rumah mereka.

Meski hidup dalam kesederhanaan, namun Lastri merasa bahagia hidup bersama Retno.

Tapi tidak bagi orang tua Lastri, mereka sering datang mengunjungi rumah Lastri hanya untuk menghina dan merendah Retno.

Meski terkadang ia kasihan melihat suaminya yang terus di rendahkan oleh kedua orang tuanya, tapi Lastri seolah tak berdaya, ia hanya bisa pasrah  dan menerima perlakuan dari orang tuanya.

 

Lastri tersenyum melirik kearah bayinya, 

dengan sedikit gemetar ia meraih tubuh bayi itu, bayi yang tertidur tersebut kemudian mengelayutkan tubuhnya, membuatnya semakin menggemaskan.

 

Titik air mata menetes pada netra bening tersebut saat melihat putri cantiknya yang telah lahir ke dunia.

Dengan penuh perasaan ia menggendong putrinya.

Dara menangis setelah merasakan lapar, tapi ada yang berbeda dari tangisan putrinya tersebut.

Seperti ada tangisan lain yang terdengar mengiringi suara tangisan Dara.

Wajah Dara pun terlihat berbeda.

Tangisan Dara mulai mereda seiring mulutnya menyedot asi,namun sebuah tangisan lirih masih terdengar di tepi telinga Lastri.

Lastri mengabaikan suara tersebut,.mungkin itu hanya suara yang menggema di gendrang telinganya.

Lastri tertidur pulas sambil menyusui Dara, ia merasa kedua payu*darahnya terasa di hisap oleh dua bayi yang berbeda.

Meski di alam mimpinya tapi perasaan tersebut seperti nyata hingga membuat Lastri terbangun.

Lastri membuka matanya dan melihat Dara yang terlelap dalam dekapanya.

Karna merasa kan kantuk yang luar biasa ia pun kembali tertidur.

Suara daun pintu yang terbuka membuyarkan Lastri dari alam mimpinya ketika sadar ia melihat Retno yang membawa mampan berisi makanan.

Lastri bangkit dengan hati-hati agar Dara tak ikut bangun, ia pun bersandar pada headboard tempat tidurnya.

"Makan dulu Dek, ini masakan Mak Timah," ucap Retno sambil menyodorkan mangkuk berisi opor ayam dan sepiring nasi.

"Ini ayam kampung loh Dek, Mak Timah masak sebagai syukuran dari kelahiran putri kita," ucap Retno sambil menyendok nasi dan menyuapkan ke Lastri.

Lastri membuka mulutnya dan menerima suapan dari Retno.

"Bang, kapan kita akan pulang ke rumah kita yang ada di kota?"tanya Lastri sambil mencebik.

"Sabar ya Dek, minimal tujuh hari setelah kamu melahirkan baru kita boleh pulang,  nantinya selama seminggu rumah ini akan di asapi daun kenanga kering, sapu ijuk dan kulit bawang, untuk menjaga keselamatan kita," papar Retno.

 

Selama tujuh hari sejak kelahiran Dara, Lastri merasakan hal yang aneh, ia sering mendengar suara tangis bayi yang samar namun itu bukan lah suara tangisan Dara.

Setiap malam, ia juga sering berimimpi bayi lain yang menyerupai Dara ikut meminum air susu dari nya.

Keanehan terus terjadi. Terkadang Lastri merasakan firasat yang tak baik, timbul kecurigaan di hatinya.Namun kembalu ia tepis.

Mak Timah membakar dupa dan kemenyan, dengan rupa-rupa kembang dan alat perdukunan lainya,  sejak dari pagi ia melakukan pengasapan ke seluruh rumah tersebut.

Bersambung

 

Terpopuler

Comments

auliasiamatir

auliasiamatir

kok serem yah kak

2023-02-15

1

Erni sari

Erni sari

merinding Thor

2022-07-13

0

Zakina Inar

Zakina Inar

Aku mampir kak😁

2022-06-19

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!