Angker

Pak Karto mendengar suara teriakan Ryan yang terdengar ketakutan.

"Ryan," gumannya

Pak Karto buru-buru menghampiri cucuknya , ia melihat Ryan yang meringkut di halaman depan rumah mereka.

"Ryan!" seru Pak Karto sambil berlari menghampiri Ryan yang meringkuk.

"Kenapa Nak?"tanya Pak Karto yang khawatir terhadapnya.

" Hi hi Ryan takut sendiri Kek, rumah ini seram," cetusnya sambil menatap wajah sang kakek.

"Ah ngak lah, kamu saja yang terbawa suasana, di desa biasanya memang sepi, karna jarak rumah satu dan lainya cukup jauh, tak seperti di kota," tutur Pak Karto menenangkan Ryan yang ketakutan.

"Ayo masuk, " ajak pak Karto sambil menarik pelan tangan Ryan menuju rumah.

"Ngak Kek, Ryan takut jadi takut, " ucapnya Dengan bibir yang gemetar.

"Tidak apa-apa Cu. Kan sudah ada Kakek di sini. "

Akhirnya setelah di bujuk oleh pak Karto, Ryan pun. mau masuk kerumah itu.

Hari pertama mereka pindah mereka sudah merasakan berbagai keanehan,

Waktu masuk kerumah tersebut, rah tersebut terlihat sepi dan sunyi, namun ada kalanya rumah itu terdengar berisik meski hanya tinggal mereka berdua di dalam rumah.

Terdengan daun jendela yang bergoyang-goyang. Namun tak ada angin kencang yang masuk kedalam rumah.

Pak Karto memaklumi hal itu, mungkin saja itu terjadi karna rumah ini sudah lama tak di huni. Ia dan Ryan pun kembali memulai aktifitas mereka kembali.

Hari sudah semakin sore, langit senja perlahan mulai gelap, suara azan magrib sebentar lagi terdengar.

Pak Karto memeriksa semua pintu dan jendela aga tak ada yang lupa untuk di tutup.

Mereja masih berada berdua di rumah tersebut.

Sebelumnya Pak Karto menyuruh Ryan untuk mandi sebelum magrib tiba.

Pak Karto sedang membaca koran tiba-tiba ia mendengar suara tangisan anak kecil menjelang magrib.

Ia pun mengamati suara tangisan tersebut.Suara tangisan yang terdengar lirih.

"Apa itu suara Azan dari kejauhan ? " guman pak Karto.

"Tapi terdengar seperti suara tangis bayi.Ah mungkin suara tangis bayi tetangga."

Pak Karto mencoba untuk nenenangkan pikirannya dengan pikiran positive.

.

Ada yang percaya jika waktu magrib merupakan transisi pergantian waktu, dimana dua dunia bertemu dalam fortal yang terbuka, hingga mahluk-mahluk gaib dapat keluar masuk dengan leluasa.

Pak Karto, kakek dari Ryan merupakan guru spiritual, sehingga mereka berani untuk menempati rumah yang di anggap sebagian orang rumah angker tersebut.

Ryan menuju kamarnya untuk mengganti pakaiannya setelah ia mandi, saat menuju lemari pakaian ia melihat sosok anak kecil yang terbang menembus pintu dan dinding kamarnya, ia pun berteriak ketakutan sambil menutup matanya, tubuhnya gemetar seketika.

"Kakek! Apa itu itu Kek! "

Pak Karto tersentak kaget, ia pun berlari menghampiri Ryan dan menenangkanya, dengan pembacaan doa-doa, Ryan yang syok tersebut langsung memeluk sang kakek.

"Kakek Ryan takut Kek! " ucapnya dengan bibir gemetar memeluk pak Karto.

Tenang Nak, tenang kan diri mu.Kakek akan membacakan doa-doa untukmu.

Setelah membacakan ayat-ayat suci perlahan Ryan pun  mulai tenang.

Namun mereka kembali mendengar suara tangisan seorang anak.

Hiks hiks hiks, suara tersebut terdengar sayup-sayup sampai.

Keduanya pun saling memandang, dengan bergidik ngeri.

"Kek, suara apa itu? tadi Ryan juga melihat ada bayangan di atas langit-langit rumah, siapa itu Kek?" tanyanya dengan tubuh dan bibir yang gemetar.

Pak Karto berlutut memeluk cucunya.

" Ryan melihat apa? bayangan seperti apa?" tanya sang kakek.

"Ryan melihat bayangan hitam terbang kek," jawabnya sambil menangis tersedu.

Pak Karto menarik pelan tangan cucunya dan menuntunnya pada sebuah kursi bambu, ia mendarat kan bokongnya di kursi usang namun cukup kokoh tersebut.

Pak Karto memangku Ryan di atas pahanya.

"Cu, kita ini hidup berdampingan dengan mahluk yang tak kasat mata, selama kita tidak mengganggu mereka, maka mereka juga tak akan mengganggu kita," ucap Pak Karto sambil menepuk pundak Ryan.

"Tapi kamu tenang saja, karna Tuhan telah menerangkan dalam kitap suci, jika manusia adalah mahluk ciptaanya yang paling sempurna. Jadi tidak ada yang perlu kita takuti di dunia ini selain Tuhan, " nasehat Pak Karto kepada cucunya.

Ryan terlihat tenang dan menyimak baik-baik pemaparan yang di sampaikan kepadanya, meski sisa isak tangis masih terdengar di telinganya.

"Tapi Kek Ryan takut!Kata orang hantu itu berwajah jelek dan menyeramkan, " ucapnya dengan bibir yang gemetar,sambil menahan isak tangisnya.

"Iya Nak, karna itulah mereka bisa menakuti kita. Kita tak perlu takut , juga tak perlu sesumbar terhadap mereka.Karna kita lebih mulia di banding mereka, kakek akan beri ayat-ayat yang bisa mengusir mahluk tak kasat mata tersebut ya, harus kamu hapalkan dan kamu pelajari maknanya," ucap Pak Karto.

Pak Karto meraih secarik kertas dan menuliskan ayat pengusir setan yang di maksud.

"Selain ayat tersebut, kamu harus rajin sholat dan mengaji, dengan demikian mereka akan menjauhi kamu," ucap Kakek kepada Ryan.

Ryan membaca secarik kertas tersebut, "Kek ini ayat apa?tanya Ryan.

"Oh itu ayat kursi, baca tiga kali sebelum tidur niscaya kau akan terlindung dari setan-setan yang mengganggu," papar Pak Karto sambil mengusap jenggot putihnya.

"Iya Kek,Ryan akan amalkan,"

"Kalau begitu ayo kita ke surau untuk sholat, sebentar lagi ayah dan ibumu juga  pulang," ucap Pak Karto.

Ryan menghapus titik air matanya, tangan kecilnya menyambar tangan keriput sang Kakek.

Sebelum meninggalkan rumah tersebut, pak Karto melihat sekelebat bayangan melintas.

"Sepertinya ada yang penasaran, ada arwah korban dari persugihan di sini,"guman Pak Karto.

Suara tangis terdengar lagi di rumah yang kembali sepi tersebut, kedua orang tua Ryan sedang berbelanja untuk kebutuhan mereka, sedangkan Pak Karto dan Ryan pergi ke surau yang terdekat dari kampung tersebut.

Setelah menunaikan sholat magribnya, pak Karto menghampiri imam sholat dan beberapa makmum laki-laki di surau tersebut untuk memperkenalkan dirinya.

"Assalammualaikum pak, " ucap pak Karto ramah dan langsung menyodorkan telapak tanganya untuk berjabatan dengan lawan bicaranya.

"Waalaikum sallam Pak, "sambut sang imam dengan menjabat tangan pak Karto, begitu pun dengan para jemaah yang lainya, mereka berjabat tangan satu persatu.

"Maaf bapak-bapak, saya orang baru disini, saya harap bapak-bapak bisa menerima kehadiran saya dan keluarga anak saya di sini," ucap Pak Karto di sela-sela perbincangan mereka.

"Oh Tentu Pak, apakah bapak tinggal di rumah besar milik keluarga pak Tarman?"tanya seseorang.

"Pak Tarman? Saya tidak pernah mendengar nama itu pak, kata mak Timah, pemilik terakhir rumah tersebut adalah Retno, "  terang Pak Karto lagi.

"Iya Pak, pak Retno itu anak bungsu dari pak Tarman, karna orang tuanya sudah meninggal, jadi rumah tersebut sekarang milik anaknya, si Retno, " papar seseorang laki laki yang bernama Darman tersebut.

"Oh, begitu,"guman pak Karto.

"Maaf Pak, apa bapak tak merasa hal aneh selama tinggal di sana?" tanya pak Darman lagi.

"Em, saya rasa tidak, "kilah pak Karto .

Meski merasa ada yang aneh, tapi pak Karto tak mau ber souzon.

Mereka pun berbincang-bincang.Namun tak mengungkit tentang keangkeran rumah tersebut.

Bersambung.

Berikan like, komen hadiah dan votenya ta. Terima kasih sudah membaca karya ini.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Terpopuler

Comments

Ghiie-nae

Ghiie-nae

aduh Mak...kok bisa bikin cerita serem begini...

2022-06-14

1

Samsudin

Samsudin

wah seperti ada aroma-aroma horor nih.

tapi keren kak may jadi hati-hati yah di waktu magrib kan di wktu magrib merupakan pembuka fortal bagi mereka

2022-06-06

0

Ilham Risa

Ilham Risa

udah aku masuki rak kak, lanjut terus Kak😄

2022-06-04

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!