Berganti Penghuni

Lastri dan Retno bersiap untuk kembali ke kota, mereka memesan taksi travel untuk sampai ke kediaman mereka.

"Bang, sebelum kita pergi dari sini bolehkah aku melihat makam putri kita?"tanya Lastri sambil menggendong Dara dalam dekapanya.

"Sebaiknya jangan, Abang takut  kamu akan merasa sedih karna melihat pusara putri kita," cegah Retno.

Lastri terlihat sedih, Retno pun menghampirinya," Sudalah Dek, jangan bersedih lagi, kita sudah memiliki Dara, kita harus segera meninggalkan rumah ini secepatnya, karna Abang harus kembali bekerja, uang simpanan kita juga semakin menipis," papar Retno sambil menepuk pundak istrinya.

Akhirnya Lastri pun setuju, Retno membawa barang-barang mereka yang sudah di kemas di dalam koper, sementara Lastri hanya menggendong Dara.

Mereka pun berpamitan pada Mak Timah, sebelum pulang Mak Timah menabur beras kuning, beraneka kembang dan daun kelor kesekeliling mereka, ia juga memberi jimat yang terbuat dari gulungan kain hitam untuk melindungi Dara.

"Mak kami pamit pulang ya,teria kasih atas bantuanya selama ini, " ucap Lasti.

"Iya ndok, hati-hati, jaga anak mu baik-baik,"nasehat Mak Timah sambil menepuk pundak Lastri.

Kali ini giliran Retno yang  menghampiri Mak Timah.

"Mak saya pamit dulu,jangan beritahu rahasia ini kepada siapa pun." Retno berbisik kepada Mak Timah.

"Ingat Retno, jangan bawa keluarga mu kembali lagi kerumah ini selamanya," ancam Mak Timah.

"Baik Mak, saya mengerti."

Retno pun berlalu dari mak Timah, ia membawa koper kopernya kedalam bagasi mobil,.sementara Lastri duduk di dalam mobil dengan tenang, sambil menggendong Dara.

Setelah memastikan semua barang-barangnya tak ada yang tertinggal, Retno pun masuk kedalam mobil.

Mobil melaju perlahan, meninggalkan perkarangan rumah tersebut.

Pandangan Lastri tertuju pada rumah yang sepuluh hari ini yang sudah di tinggali olehnya,ada pertanyaan besar dalam hatinya kenapa Retno harus membawanya ke kampung halamannya, saat ia harus melahirkan putri pertama mereka.

Namun keanehan dan kejadian yang tak mengenakan tersebut terpaksa ia tepis, ia sangat percaya pada suaminya tersebut.

***

Angin berhembus kencang di sekitar rumah yang baru saja di tinggal pergi penghuninya tersebut.

Jendela dan pintu rumah tersebut  seolah di hempaskan oleh angin, padahal keadaan sekeliling cukup tenang, tak ada angin kencang, hanya hembusan angin sepoi-sepoi yang menggugurkan dedaunan kering.

Mak Timah menjauh dari rumah tersebut, ia merasa ngeri karna terus mendengar suara tangis bayi yang melengking saat berada di sana.

Sejak kepergian Retno dari rumah itu, rumah tersebut menjadi angker, tetangga sekitar sering sekali mendengar suara tangisan bayi menjelang magrib hingga subuh hari.

Rumah tersebut di biarkan kosong selama bertahun-tahun, kini bangunan tersebut mendadak menjadi rumah angker, hanya Mak Timah yang berani memasuki rumah tersebut, seminggu sekali Mak Timah selalu datang untuk membersih kan rumah itu.

Suatu ketika ia berada di rumah tersebut hingga menjelang magrib, seseorang ingin menyewa rumah tersebut dan Mak Timah harus membersihkanya.

Sudah lima tahun rumah itu tak berpenghuni, dan baru kali ada orang yang berniat menyewa rumah itu.

Saat matahari tenggelam perlahan, Mak Timah seolah mendengar adanya kehidupan di rumah yang sepi tersebut, ia melihat bayangan seorang gadis kecil kira-kira berumur lima tahun yang berlari-lari kecil menembus pintu dan dinding.

Mata Mak Timah membelalak kaget, kaki tuanya berjalan cepat menuju pintu rumah, meski ia seorang dukun dan sering berurusan dengan hal gaib, namun tetap saja bulu kudunya meremang seketika melihat kejadian aneh sekaligus menyeramkan tersebut.

Lima tahun berlalu, 

Rumah Retno yang sepi kini di tinggali oleh seorang PNS suami istri, mereka memiliki anak lelaki yang berumur 6 tahun yang bernama Ryan dan orang tua pak Riko yang bernama pak Karto.

Rumah tersebut cukup asri dengan pohon mangga yang rindang dan beberapa jenis tanaman bunga beraneka jenis dan warna.

"Udara di pedesaan memang segar ya Yah," ucap Rahmi pada Riko.

"Iya, kita akan tinggal di sini untuk beberapa tahun kedepan, selama ayah dinas Bu, " ucap Riko.

"Kenapa sih Yah, Ayah harus jadi kepala sekolah di daerah sini, kenapa ngak di kota saja jadi kita ngak repot. "Rahmi.

"Tak apalah Bu, namanya juga tugas, mana bisa menolak," ucap Riko sambil membawa koper-koper yang ada di bagasi mobil mereka dan membawanya masuk.

"Ryan ayo masuk Nak! " seru Lastri sambil membawa kotak yang akan di bawa masuk kedalam rumah.

Mak Timah yang sudah selesai membersihkan rumah tersebut datang menghampiri mereka, "Maaf Pak Riko dan Bu Rahmi, tugas saya sudah selesai, ini kunci rumahnya saya serahkan kepada anda, " ujar mak Timah sambil menyerahkan setumpuk kunci.

"Oh iya Mak, terima kasih ya," ucap Rahmi yang menadahkan tangan menyambut kunci rumah tersebut.

"Iya sama-sama Bu, jika butuh sesuatu, rumah Mak tak jauh dari sini, tanya saja kepada orang sekitar sini di mana rumah mak Timah," ucap Mak Timah dengan senyum ramahnya.

"Oh iya Mak, jika ada waktu luang kami akan bertandang ke rumah Mak." Rahmi.

Mak Timah tersenyum seraya menggangukan kepalanya.

Ryan yang bermain bola sendirian pun masuk kedalam rumah dengan berlari karena tiba-tiba saja bulu kuduknya merinding.

"Ibu!  Ryan takut!" teriaknya sambil berlari dan menghambur memeluk Rahmi.

"Ada apa sih Nak, siang-siang kok takut?"tanya Rahmi sambil mengusap lembut pundak Ryan.

Mak Timah tersenyum mengeringai melihat bocah kecil tersebut berlari, "Kalau begitu saya pamit dulu ya Bu," pamit mak Timah, ia pun berlalu dari rumah itu.

Bu Rahmi dan Ryan menatap punggung wanita tua tersebut hingga menghilang di balik pintu.

Pak Riko meraih kunci yang ada di atas buffet.

"Ayo Bu, kita belanja dulu," ajak Rico pada Rahmi.

Mendengar ucapan ayahnya Ryan menegadahkan kepalanya melihat kearah wajah Rahmi.

"Ayah sama Ibu mau kemana?" tanya Ryan.

"Ayah sama Ibu pergi belanja dulu ya Nak,.kamu tunggu di sini bersama kakek," ucap Rahmi sambil mengacak acak rambut putranya tersebut.

Karna Ryan termasuk anak yang mandiri, ia tak pernah merengek untuk meminta ikut.

"Iya Bu, tapi belikan Ryan kue yang banyak ya," pintanya dengan wajah yang menggemeskan.

"Iya sayang, kamu bantuin kakek beres-beres barang kamu dan kakek ya, yang lainya biarkan saja ayah dan ibu yang bereskan," ucap Rahmi.

"Iya Bu." Ryan mengangguk.

***

Pak Karto melihat-lihat sekeliling rumah dan saat melihat perkarang belakang ia menemukan gundukan tanah yang mencurigakan, namun hati kecilnya melarang untuk mendekati gundukan tersebut.

Rahmi dan Riko sudah berada di dalam mobil, Ryan melambaikan tanganya kearah kedua orang tuanya, setelah melihat mobil orang tuanya berlalu dari halaman rumah, ia kembali merinding karna seperti ada suara langkah kaki mendekatinya, ia pun langsung berlari menuju halaman depan rumahnya sambil berteriak memanggil kakeknya.

"Kakek!" teriak Ryan, suaranya tersebut membuyarkan lamunan pak Karto yang sedang memperhatikan gundukan tanah tersebut.

Bersambung

 

 

 

Terpopuler

Comments

auliasiamatir

auliasiamatir

mampir lagi di sini

2023-02-18

0

auliasiamatir

auliasiamatir

ada apa yah, koo kelahiran bayi aja bisa jadi rahasia... 🤨🤨🤨

2023-02-15

0

Senajudifa

Senajudifa

kok jd serem jg bacanya..kutukan cinta hadir

2022-06-21

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!