Satu Minggu berlalu
Ini sudah satu minggu berlalu, semenjak pernikahan Bianca dan Sello, dan selama satu minggu itu pula, Sello tidak pulang ke apartemennya.
Setiap hari, Bianca harus berbohong pada kedua orang tua dan kedua mertuanya, bahwa mereka sedang pergi bulan madu, Bianca berbohong, agar orang tuanya tidak terus menelponnya..
Dan setelah 1 minggu berlalu, rasanya Bianca tidak tahan lagi untuk terus berdiam diri di apartemen, dia memutuskan untuk kembali bekerja di rumah sakit, ia yang memang seorang dokter bedah begitu rindu dengan pekerjaannya, dan ia berharap, dengan kembali bekerja, ia bisa sedikit meringankan rasa sedihnya.
Saat Bianca akan masuk ke dalam mobil, Bianca menghentikan langkahnya, saat terdengar suara decitan ban mobil. Lalu, ia menoleh ke belakang. Bianca menatap mobil yang baru datang dengan tetapan tak percaya, ternyata itu adalah mobil Sello, suaminya.
“Akhirnya dia pulang!” lirih Bianca dengan suara pelan.
Nafas Bianca terasa tercekat, selama satu minggu tidak bisa dihubungi, dan sekarang akhirnya suaminya kembali pulang. Saat mobil Sello sudah terparkir, Bianca pun langsung menghampiri mobil Sello.
“Sello!” panggil Bianca saat Sello keluar dari mobil. Sello terlihat menghela nafas membuat hati Bianca terasa berdesir pedih, terlihat jelas bahwa Selo begitu malas menyapanya.
Mata Bianca berkaca-kaca saat melihat Sello, hingga Bianca menunduk lalu menarik-narik jas Sello. Lagi-lagi membuat Sello mengusap wajah kasar, dan tak lama, Sello mengusap rambut Bianca, membuat Bianca mengangkat kepalanya.
Elusan tangan Sello memang sederhana dan mungkin Selo tidak berniat untuk mengelus rambutnya. Tapi bagi Bianca, itu adalah hal yang berharga, hingga sedetik kemudian berhambur memeluk Selo.
Lagi-lagi, Sello hanya terdiam, ia tidak membalas pelukan Bianca, ia bahkan terkesan malas apalagi saat Bianca menangis sesegukan di pelukannya. Pikirannya hanya dipenuhi Agnia ... Agnia dan Agnia.
Seandainya Agnia tidak memaksanya untuk pulang, tentu Sello tidak akan pulang dan akan memastikan kondisi Agnia sampai membaik. Tapi Agnia kekeh menyuruh Sello untuk pulang, hingga akhirnya mau tak mau Sello kembali ke apartemen.
Dan saat melihat Bianca, wajah Agnia terngiang-ngiang di otaknya. Rasanya, jika ia bisa, ia ingin kembali lagi ke rumah sakit dan menemani kekasihnya.
“Bianca ini di luar,” ucap Sello, tiba-tiba yang menyadarkan Bianca. Bianca menggigit bibirnya, berusaha meredam tangis. Ia berusaha menguatkan hatinya yang terpenting Sello sudah pulang.
Bianca melepaskan pelukannya, kemudian ia menatap Sello lekat-lekat. Ia begitu rindu lelaki ini. Tapi, ia tidak melihat kerinduan Sello padanya.
“Kau akan pergi ke rumah sakit?” tanya Sello, pertanyaannya terdengar basa-basi. Namun, Bianca menggeleng. “Aku tidak jadi pergi. Aku ingin menghabiskan waktu denganmu,” ucap Bianca. Sello tidak menjawab, ia berbalik lalu mengunci mobilnya.
“Kalau begitu kita naik!” Sello mengajak Bianca untuk naik, ia mendahului langkah Bianca. Sedangkan, Bianca hanya terdiam di tempat.
Bianca menghela nafas, kemudian menghembuskannya. “Tidak apa-apa, Bianca. Mungkin dia sedang lelah,” jawab Bianca.
Jika ada yang bilang cinta itu buta, memang benar ... kata-kata itu tidak sepenuhnya salah, Bianca seolah dibutakan oleh cintanya pada Selo, hingga Bianca tidak menyadari, bahwa Sello tidak menginginkannya.
Ia terus membohongi dirinya sendiri, Ia terus berusaha untuk menepis perasaan yang berkecamuk dalam dada, dan ia meyakini suatu saat, Sello akan berubah kembali seperti dulu
Mungkin ....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 217 Episodes
Comments
Nana
sakit tak berdarah
2022-11-11
1
Fatimah Tuz
Bianca...
2022-10-18
1
Ainisha_Shanti
you are wonder women Bianca.
2022-10-03
1