Hari masih pagi buta. Bima melanjutkan tidurnya, sepeninggal Rani dan prof. Bambang keluar dari unit apartemennya. Bima terkaget saat ponselnya berdering, "Hai, bangun bro. Sudah siang" teriak suara di ujung ponsel. "Haisssss, gangguin aja" Bima masih setengah nyawa yang terkumpul.
"Bangun...bangun....yang semalam habis belah duren. Capek ya bro????" terdengar suara tawa pecah.
"Brahmaaaaaaaa......kamu nggak ada kerjaan apa. Gangguin orang pagi-pagi" teriak Bima. Brahma yang berada di ujung telepon tertawa terbahak-bahak karena berhasil mengganggu Bima dan langsung menutup panggilannya. Semua nama binatang terucap dari bibir Bima karena gangguan sejawatnya itu.
Ponsel Bima kembali berdering, "Brahmaaaaaa....." teriak Bima tanpa melihat siapa yang menelpon.
"Selamat pagi dokter Bima, ini dengan dokter Anisa" sapa renyah pagi-pagi dari dokter umum IGD itu.
"Maaf...maaf... saya kirain dokter Brahma" Bima tengsin. "Ya dokter Anisa, ada apa?" lanjut Bima setelah beberapa detik belum terdengar suara dokter Anisa lagi di ponselnya.
"Maaf....maaf....ijin konsul dokter Bima" jawabnya sedikit tergagap.
"Silahkan, lanjut" suruh Bima.
"Baik dokter, Tuan Arya post kecelakaan tunggal dengan fraktur femur derajat 3 . Sudah kami lakukan debridement daerah luka, restorasi cairan dan antibiotik profilaksis juga sudah masuk" ujar dokter Anisa.
"Baik dokter, masukkan juga anti tetanus, lakukan traksi sementara. Siapkan operasi. Saya tak bersiap berangkat. Jangan lupa konsulkan dengan bagian anesthesi. Kalau sudah siap pindahkan langsung pasien ke bedah sentral" advis Bima.
"Siap laksanakan dokter Bima" dokter Anisa menutup telponnya.
Bima bersiap mandi. Hanya lima menit Bima membasuh badannya. Segera Bima berganti baju. Cukup sepuluh menit, Bima bersiap semuanya. Bima buru-buru berjalan ke arah parkiran, Bima berpapasan dengan satpam yang bertemu semalam. "Wah, den Bima pagi-pagi sudah seger aja. Gimana kabar cewek semalam den?" pak satpam penasaran. "Ah, bapak kepo aja" Bima tersenyum dan tergesa masuk mobil. "Abis den Bima nggak pernah terlihat dengan cewek, tau-tau ada malah diajak nginap eeeuuuyyyyy" teriak satpam itu ketika mobil Bima keluar area apartemen. "Anak muda sekarang mah gitu, diam tapi menghanyutkan" gumam satpam itu sambil geleng-geleng kepalanya.
Bima menuju bedah sentral dengan setengah berlari. "Bim, buru-buru amat?" Brahma segera berlari menyusul. "Biasa urgen" Bima tetap melajukan langkah cepatnya. "Baiklah, aku ngopi sama kak Bagus aja", gumam Brahma.
"Ntar kalau sudah selesai nyusul ya ke ruanganku" teriak Brahma yang melihat Bima sudah menghilang di balik pintu ruang bedah central. Bima segera masuk ke ruang kamar operasi utama. Semua kru sudah siap. "Baik kita mulai operasinya" Dokter Bima memimpin doa tanda operasi dimulai. Operasi berjalan lancar. Perdarahan dan patah tulang paha berhasil ditangani. "Gimana dokter keadaan umumnya" tanya Bima ke dokter anesthesi yang membantunya. "Lumayan stabil dokter Bima, sesudah operasi cukup di ruang recovery aja. Tidak perlu ke ruang ICU" jelas dokter anesthesi. "Oke, makasih dokter" Bima menyelesaikan jahitan terakhirnya.
Bima melepas jubah operasinya dan segera cuci tangan. Setelah melengkapi berkas-berkas rekam medik pasien, Bima pamit ke perawat ruang bedah sentral. "Mas, semua terapi sudah kutulis ya, jika ada yang kurang jelas telpon aja. Aku mau visite dulu" pamit Bima keluar dari IBS. Bima melanjutkan jalannya ke ruang bedah. "Selamat pagi pak, gimana kabarnya pagi ini" sapa Bima ke tuan A dengan post op luka tusuk itu. "Sudah mendingan dokter" jawabnya. "Sudah jalan-jalan dokter, cuma luka operasinya masih sedikit nyeri katanya. Kalau diijinkan, hari ini kami minta pulang dokter" juru bicara tuan A mulai beraksi. Bima mengganti perban tuan A, "Lukanya sudah baikan tuan..Hari ini saya ijinkan pulang. Di rumah lanjutkan minum obatnya, makanan yang bergizi ya tuan" anjur Bima. Tuan A mengangguk.
Bima melanjutkan visite pasien-pasien lainnya. Selepas melengkapi berkas rekam medik dan menulis resep. Bima keluar dari ruang bedah. Sekarang di ruang direktur Bima berada. Dokter Brahma sang direktur bersama dengan dokter Bagus sewaktu Bima tiba. "Wah...wah...yang sudah belah duren, pagi-pagi sudah sok sibuk dia" sindir dokter Bagus. Bima melempar remot AC ke arah Bagus, "Belah duren apaan...Aku malah kalang kabut sendiri menghadapi cewek yang terlalu beringas" terang Bima. "Terus kau apakan si cewek semalam?" Brahma penasaran. "Ku bawa ke apartemen, kurendam dia dalam kamar mandi. Ku suruh minum banyak, gantinya infus. Ya meski lama hilang efeknya, paling nggak aku nggak merusak masa depan seorang cewek" jelas Bima. Brahma hanya menepuk jidatnya, "Ada ikan segar di hadapan kamu, kenapa nggak kamu lahap Bim???" Bagus hanya tertawa mendengarnya. Bagus sudah tau Bima, pasti tidak akan melakukan hal-hal terutama yang melanggar norma. "Emang aku kau anggap kucing?" tukas Bima menyela ucapan Brahma.
"Kau ini polos atau memang nggak doyan cewek to Bim...Bima" Bagus menambahi. "Mana nih kopi pahitnya, dari tadi dianggurin. Direktur kita masih miskin kak Bagus?" Bima menatap tajam Brahma. "Enak aja, kalau kopi mah ada, kan tinggal minta aja ke kantin. Klaim akhir juga masuknya ke administrasi rumah sakit..he...he..." gurau Brahma. "Mana ada begitu????" gerutu Bima. "Pelit amat sih Bim" Brahma juga ikut menggerutu. "Bukan pelit tapi perhitungan..ha...ha..." ejek Bima. "Sudah ah, nggak jadi ngopi aja. Aku ijin ya pak direktur, hendak healing keluar Rumah sakit. Barangkali ada yang bening di luaran sana" Bima beranjak.
"Aku ikutlah Bim, kalau ada yang bening" Bagus mengikuti langkah Bima. "Eh, pak Direktur nggak boleh ikutan, jadi contoh yang baik ya untuk anak buah" cegah Bima saat Brahma juga mengikutinya. "Kalian berdua curang" gerutu Brahma.
"Bim, ngopi di kafe dekat perempatan itu yukkk..Di sana banyak yang bening-bening" ajak Bagus.
"Oke...nyetir sendiri-sendiri aja ya" tukas Bima. Bagus mengangguk. Mereka masuk mobil masing-masing. Sesaat setelah memasuki mobil, Bima mengirim pesan ke Anton, "Bang, saatnya kamu beraksi. Pasienku yang dengan luka tusuk sudah kupulangkan hari ini" isi pesan Bima.
Bima meluncur mengikuti arah mobil Bagus. Perutnya yang dari pagi belum terisi mulai berdemo, biasa bujangan. Tapi bukan bujangan lapuk ya, Bima nggak terima tuh..he..he...
Bima memesan makanan dan minuman sementara Bagus hanya memesan minuman aja. Bagus sudah sempat sarapan dengan Brahma tadi. Seorang cewek cantik menghampiri Bima, "Halo Kak, kalau jodoh tak kan kemana" serunya di belakang Bima. Bagus melongo melihat kecantikan cewek di belakang Bima.
"Hadeh, kamu kayak jelangkung aja Ran" gerutu Bima. "Boleh gabung?????" ijin Rani.
"Enggak" Bima, "Boleh" Bagus bersamaan. "Nggak kompak amat, aku ikut kakak ini aja. Jadi boleh dong aku duduk sekarang" tunjuk Rani ke arah Bagus.
"Ingat Kak pesan ayah semalam, kan ayah sudah nitipin aku ke kakak" celoteh Rani.
Bagus hanya menjadi pendengar setia saat ini.
#bersambung#happy reading#🤗
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 38 Episodes
Comments
💕𝘛𝘢𝘯𝘵𝘪 𝘒𝘪𝘵𝘢𝘯𝘢💕
Rani ampun dah 🤦♀️🤦♀️🤦♀️🤦♀️🤦♀️
2023-03-16
1