Selepas visite Bima mengemudikan mobilnya ke markas. Anton menyambutnya. "Bim sudah makan belum? mumpung aku mau keluar, nitip nggak?" tanya Anton.
"Oke bang, aku ngikut apa yang kamu beli aja" tanggap Bima. Bima berjalan ke ruang IT. Bima duduk dan hanya mengamati monitor-monitor itu.
"Bos" sapa seseorang memanggil dari monitor sebelah.Ternyata Dafa lagi tersenyum ke arah Bima. "Perfect" gumamnya Dafa.
"Bos dengan begini kita bisa lebih intens ketemu. Walau lewat pintasan layar monitor...ha...ha...." gurau Dafa.
"Bagus Fa" puji Bima. Dafa tersenyum bangga. Bos nya itu memang pelit untuk urusan puji memuji.
Selepas mencoba menghubungi Bima. Dafa menyusul Rangga ke kampus. Jadwalnya kebetulan hari ini memang selepas dhuhur.
"Dafa, baru datang kah?" panggil seorang cewek dari arah kantin. Dafa pun menoleh, memindai orang yang memanggilnya. "Oh kau Jo, iya aku baru sampai. Jam kuliahku kan hanya tinggal konsul-konsul tesis ku aja" jelas Dafa.
"Jangan panggil Jo dong, namaku Joana tau" Joana cemberut.
"Ah panggil Jo aja, singkat dan lebih mudah" gurau Dafa. Joana cewek cantik, yang suka pakai baju seksi itu menghampiri Dafa. Bahkan Joana tak sungkan datang ke kampus hanya dengan tank top nya. Saat di tanya Dafa, kenapa suka pakai baju seperti itu. Buat ngrayu dosen katanya.
Joana merangkul pinggang Dafa. Karena Dafa ada maksud mendekati Joana, maka Dafa diam saja ketika tangan Joana melingkar di pinggangnya. Dafa yang wajahnya tak kalah tampan dengan Bima, cuma tak punya wajah kebulean. Hal itulah yang membuat Joana mendekati Dafa. Joana kepincut dengan ketampanan Dafa. "Jo, sudah makan kah?" sela Dafa saat Joana mulai menempel dan menggeser gunung kembar ke tubuh Dafa. "Belum, tadi cuma minum aja kok" Joana masih mencoba merayu Dafa dengan bahasa tubuhnya.
"Makan dulu yuukkkk, kita butuh energi lho" bisik Dafa ambigu. Joana tersenyum nakal ke arah Dafa.
Dasar wanita murahan, umpat Dafa dalam hati. Tapi tetap mengiringi Joana melangkah ke arah kantin. Saat mereka makan, Rangga datang menghampiri. Dafa melepas nafas, yang sedari tadi ditahannya. Plong akhirnya sang penyelamat datang, batin Dafa.
"Kak, tadi aku ketemu dengan prof. Bambang. Kakak sudah ditunggu di ruangannya" Rangga sedikit mengedipkan sebelah matanya. Dafa segera meminum minumannya, "Jo aku ke prof. Bambang dulu. Kalau lama pulang dulu aja" usir Dafa halus. Rangga tertawa dalam hatinya melihat ekspresi manyun Joana. Sok cantik, batin Rangga.
Rangga duduk melanjutkan makan makanan yang terlanjur dipesan oleh Dafa. Wah rejeki nomplok nih, gumam Rangga. Joana ikutan pergi karena Dafa juga pergi. "Rangga aku pergi dulu. Sampaikan ke Dafa, aku nggak menunggunya" ujar Joana pergi meninggalkan kantin kampus. "Oke, ntar kusampaikan" ucap Rangga basa basi. Pergi sana ganggu orang makan aja, umpat Rangga dalam hati.
Rangga ditepuk oleh seseorang, yang ternyata Rani lah orangnya. Rangga terbatuk perlahan. "Sial, siapa nih?" Rangga menoleh. "Ah kau Ran, nggak tau apa orang lagi makan" Rangga bersungut. "Ah, kau kayak cewek aja, pake cemberut segala" ejek Rani.
"Di mana kak Dafa, tumben nggak bersama kalian tadi?" celoteh Rani.
"Bisa nggak sih, nunggu aku selesai makan dulu" Rangga sedikit mencelos.
"Ha....ha.....pasti kau lagi PMS yaaa" Rani terbahak melihat Rangga yang bersungut dari tadi.
Dafa yang sudah selesai konsul tesis, balik lagi ke kantin. "Rangga, ayo pulang" ajak Dafa.
"Cepet amat konsulnya, makan aja juga belum rampung" Rangga mempercepat makannya.
"Eh Kak, aku boleh ikut lagi ke kafe" seru Rani di tengah perbincangan Dafa dan Rangga.
"Enggaaaaakkkkkk" Dafa dan Rangga kompak. Rani pun manyun. "Ha....ha....bibir Rani minta dikuncir itu kak" seru Rangga.
Sesampai di gerbang kampus, Rani masih mengikuti mereka. "Ran, buruan pulang sana sih..Ngapain ngikutin kami" usir Rangga.
"Nggak pokoknya aku ikut kalian. Aku mau ketemu kak Bima" urai Rani. Tanpa disangka datanglah Joana menghampiri.
"Dafa kok cepet, padahal kukira tadi kamu konsulnya lama lho" ujar Joana menggandeng lengan Dafa. Rani menatapnya jengah. Jadi cewek kok kayak ulet, batin Rani. "Iya prof. Bambang ada keperluan ni tadi. Jadi konsulnya dipercepat" Dafa mencari alasan.
"Kak, hari ini aku ke kafe lagi" Rani menggandeng Rangga untuk segara berlalu dari hadapan Joana.
"Cewek aneh" gumam Joana.
"Jo, aku juga mau ke kafe nih. Kasihan Rangga, nanti pasti repot kalau di sana sendirian" Dafa mencati alasan ke Joana.
"Eh Fa. Bisa nganter aku nggak. Cuman bentar kok" rayu Joana. Dafa yang memang punya maksud tertentu, mengiyakan saja kemauan Joana. Dafa mengikuti langkah Joana ke parkiran kampus. Joana melempar kunci mobilnya ke arah Dafa, "Setirin" ujar Joana memasuki mobilnya. Dafa pun masuk lewat pintu yang berseberangan dengam Joana. Mobil meluncur sesuai arahan dari Joana.
"Kita mau ke mana sih Jo?" tanya Dafa penasaran. "Ada deh" senyum mengembang di bibir Joana. "Lampu merah depan belok kanan Fa" Joana memberi arahan.
"Siap bu bos" gurau Dafa. "Kalau model begini, aku serasa sopir bagimu" Dafa tertawa.
"Kalau kujadiin suami mau?" Joana dengan mode seriusnya. Dafa malah tertawa, tanpa menjawab.
"Aku serius Fa" Joana menatap tajam ke arah Dafa.
"Perempatan depan ke mana nih?" Dafa mengalihkan pembicaraan.
"Belok kiri, selanjutnya ada komplek perumahan kanan jalan. Masuk aja lewat gerbang tengah" Joana menunjukkan arah yang harus dilewati Dafa.
Dafa memasuki area perumahan elit itu. Sampailah mereka berdua di sebuah rumah yang paling mewah di antara yang lain. Bahkan ada beberapa penjaga stanby di depan pintu masuknya. Dafa memindai area itu.
"Ayo Fa mazuk" ajak Joana. "Pa...papa...Joana pulang" teriak Joana ketika memasuki rumah.
"Apaan sih sayang, pulang kuliah teriak-teriak aja" seorang pria paruh baya keluar dari sebuah ruangan. Tatapan tajam menghunus orang tua itu ke arah Dafa.
"Kenalin Pa, ini Dafa. Teman yang sering kuceritain itu loh Fa" ulas Joana.
"Oooooo Dafa yang kau ceritakan sedang ambil S2 itu ya" mulut papa Joana membeo.
"Dafa Om" Dafa mengulurkan tangannya untuk bersalaman dengan Papa Joana. Papa Joana menyambut uluran tangan Dafa.
"Duduklah Fa" suruh papa Joana. Joana naik ke atas untuk berganti baju. "Kenal Joana di mana" selidik papa Joana.
"Kenal di kampus Om, tak sengaja ketemu dengan Joana di kantin" terang Dafa. Dafa tak sengaja melihat sebuah tanda di punggung tangan kiri papa Joana. "Benar dugaanku" batin Dafa. "Oh ya Fa, dengar-dengar kamu ambil jurisan IT ya?" Dafa mengangguk. "Kebetulan Om juga lagi ngembangin sebuah program baru. Kalau kau ikit gabung pasti Joana senang" ujar papa Joana. Pucuk dicinta ulampun tiba, batin Dafa tersenyum.
#bersambung# happy reading 🤗
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 38 Episodes
Comments
💕𝘛𝘢𝘯𝘵𝘪 𝘒𝘪𝘵𝘢𝘯𝘢💕
wah berhasil nih 👏👏👏👏👏
2023-03-16
1