Bab 5

Bima tak membiarkan Brahma menyetir sendirian dalam keadaan setengah mabuk. Bima panggilkan taksi untuk Brahma, "Pak tolong antar temanku ke alamat ini" Bima menyerahkan kartu nama milik Brahma. "Bima mobilku di mana?" oceh Brahma di jok belakang.

"Ambil besok aja, setelah kau sadar. Jangan lupa besok masih jaga sore kita" Bima balik kanan kembali ke parkiran.

"Bos" panggil seseorang di belakang Bima. Bima menoleh, "Dafa ngapain di sini, sudah dinihari pula?"

"Biasa kak, baru pulang main game online. Terus kakak juga ngapain di sini?" Dafa balik nanya.

"Aku nganterin teman" singkat Bima.

"Nganterin apa nganterin?" tanya Dafa konyol. "Ya sudah bos, aku duluan" pamit Dafa.

"Mau kemana, tujuan kan kita sama. Ayo pulang" ajak Bima. "Emang nggak ke apartemen?" tanya Dafa. Dan hanya dijawab dengan gelengan kepala oleh Bima. Dafa penuh teka-teki ngapain juga malam-malam begini keluyuran. Nggak mungkin juga hanya main game tujuannya, batin Bima mencerna. Dafa mengekor di belakang Bima. Padahal malam ini Dafa benar-benar main game online, menyalurkan hobi yang akhir-akhir ini tertunda karena waktunya habis tersita untuk membuat sebuah program IT terbaru.

"Bima, baru pulang?" sapa Rama yang masih terjaga. "Iya Yah, Ayah kok belum tidur?" Bima duduk mendekati ayahnya. "Ayah belum mengantuk" jawab singkat Rama.

"Ada yang dipikirkan Yah?" Bima memang sangat memahami ayahnya. Saat itu Dafa masuk. Dafa masuk belakangan karena Bima minta tolong Dafa untuk parkir mobilnya. "Dafa, duduk sini sekalian!!!" Rama menyilahkan Dafa duduk di depannya.

"Iya Yah" Dafa duduk. Baik Bima, Anton maupun Dafa ketiganya memanggil ayah ke Rama.

"Tadi sore aku sudah bilang ke Anton sekarang giliran kalian berdua" lanjut Rama.

Bima dan Dafa saling pandang.

"Begini, ayah sudah mulai beranjak tua. Saatnya kalian bertiga tau apa aktivitas ayah selama ini. Ayah adalah ketua klan macan putih. Tampuk pimpinan ada di bawah kendali ayah. Saatnya kalian bertiga meneruskan apa yang ayah perjuangkan. Bantulah sesama. Bima kau teruskan ayah menjadi tampuk pimpinan, Dafa dampingi kakakmu. Jangan saling bertengkar hanya untuk nafsu sesaat. Kelangsungan klan ini aku alihkan ke kalian bertiga" jelas ayah Rama panjang lebar.

Bima hanya mengangguk. Membantahpun dirasa percuma bagi Bima. Kalau sudah diputuskan oleh ayah Rama, semua tidak bisa diganggu gugat. Dafa pun menganggukkan kepala mengikuti Bima. Sunguh gerakan yang kompak. "Kalau ayah pensiun, terus mau ke mana, terus anggota-anggota yang lain gimana?" Dafa mengeluarkan uneg-uneg yang ditahan dari tadi karena mendengarkan wejangan ayah Rama

"Aku akan menepi ke desa. Saling jagalah kalian bertiga. Untuk anggota-anggota yang lain, aku rasa tidak ada yang akan keberatan. Semua sudah kusampaikan, aku pamit tidur" Rama beranjak menuju kamarnya.

Semenjak saat itu Rama pindah ke desa terpencil. Bahkan Bima jarang berkunjung karena kesibukan nya kuliah dan juga aktivitas macan putih yang sekarang menjadi tanggung jawabnya. Bima, Anton dan Dafa semakin kompak. Anggota macan putih semakin bertambah banyak. Pergerakan mereka sangat silent, sehingga musuh sangat sulit menerka pergerakan klan macan putih.

"Fa, hari ini kamu barengan aku aja" tawar Bima saat Dafa masih sarapan.

"Kan tujuan kita beda bos, aku ke kampus sedang bos ke rumah sakit. Aku nanti barengan Rangga" tolak Dafa. Dafa dan Rangga teman sekampusnya sedang mengembangkan program baru di dunia cyber dengan sepengetahuan Bima tentunya.

"Ya sudah hati-hati, aku pergi dulu" Bima keluar rumah. Rumah yang sudah jadikan mereka markas. Rumah yang terlihat biasa aja penampakannya kalau dilihat dari luar, dalamnya banyak ruang rahasia yang diciptakan oleh Rama. Bahkan seperangkat alat IT lengkap tersimpan di sana. Dan hanya bisa diakses oleh Dafa dan Bima.

Kembali ke aktifitas Bima di rumah sakit, "Bim....Bima....."teriak Brahma menyusul Bima yang berjalan tergesa menuju ruang bedah.

"Ntar pulang jaga sore kuajak ambil mobil di club kemarin ya" ajak Brahma.

"Ogah" singkat padat jelas jawaban Bima.

"Yaelah, dimintai tolong sahabat aja kok nggak mau sih?" gerutu Brahma.

"Sahabat nggak berguna" Bima tanpa menghentikan langkahnya. Brahma garuk-garuk kepalanya yang tidak gatal.

Sore itu jaga dilalui tanpa hambatan berarti, saat menjelang operan jaga malam datang pasien baru dari IGD dengan luka tembak di perutnya. Setelah pengambilan peluru yang sukses ditangani IGD, pindahlah pasien itu di ruang bedah tempat Bima jaga. Pasien itu masih terkapar karena pengaruh anesthesi. Bima mengernyitkan alisnya saat melihat pasien itu terborgol tangannya dan tak sengaja melihat noda hitam di punggung tangan orang itu. Noda hitam yang masih membekas erat di pikiran Bima. "Siapa dia?" pertanyaan-pertanyaan itu saling bersliweran di benak Bima. Petugas polisi berjaga di depan pintu pasien yang sengaja ditaruh di kamar terpisah dengan pasien lain.

Secara tak sengaja Bima mendengar obrolan dua orang polisi yang berjaga. "Apa operasi kita kali ini sukses bang?" dijawab anggukan polisi satunya.

"Serigala hitam kelompok berbahaya, anggota mereka terpencar di berbagai negara. Yang kita tangkap ini hanya sebagian kecil dari mereka" ucap seseorang yang dipanggil abang itu.

Dia salah satu anggota serigala hitam, batin Bima. Dari situlah Bima mengetahui ada tanda khas keanggotaan Serigala Hitam.

Pulang jaga sore Bima dipaksa oleh Brahma untuk mengantarkannya mengambil mobil di club kemarin. Dengan berat hati Bima akhirnya mengantarkan. "Bim, senyum dong. Enggak ikhlas banget mengantarku" seru Brahma melihat Bima yang fokus menyetir.

"Emang aku nggak ikhlas" sarkas Bima. Brahma manyun menimpali sang sahabat.

"Haisssss, kamu ini jutek sekali" gerutu Brahma.

"Jutek, tapi kau nempel terus" Bima tak mau kalah.

"Kan cuma kamu sahabatku" terang Brahma.

"Terus cewek-cewek di club itu siapa kamu" Bjma mulai ngegas.

"Biasa aja kali Bim, nggak usah dinaikkan oktafnya" Brahma cengengesan.

"Yang jelas cewek-cewek itu sangat mengerti saat aku membutuhkan..ha...ha..." lanjut Brahma tertawa. "Butuh pelampiasan hasrat maksudmu?" ucap Bima tanpa menoleh. "Yap, seratus untukmu" pecahlah tawa Brahma.

"Terus saat begini kenapa nggak ngajak aja cewek-cewekmu tuh?" Bima membelokkan mobilnya ke club.

"Biasa aja kali Bim, nggak usah pakai cemburu kali" Brahma terbahak. Bima meninju lengan Brahma sang sahabat. Di luar kenakalannya, sebenarnya Brahma orang baik. Hanya pelampiasan kekesalannya saja yang dirasa Bima tidak tepat.

"Cepat turun!!!!" hardik Bima mendorong Brahma keluar dari mobil.

"Hei kau...tungguin!!!!" teriak Brahma. Bima tancap gas tanpa memperdulikan teriakan Brahma.

"Dasar sahabat laknat" teriak Brahma kesal. Tapi baik, batin Brahma.

bersambung

like, komen, vote othor tunggu 👌

Terpopuler

Comments

💕𝘛𝘢𝘯𝘵𝘪 𝘒𝘪𝘵𝘢𝘯𝘢💕

💕𝘛𝘢𝘯𝘵𝘪 𝘒𝘪𝘵𝘢𝘯𝘢💕

dasar Barahma 😊😊😊😊😊

2023-03-16

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!