Bab 3

Flas Back On

Bima melamun, mengingat kembali masa kecil yang tak pernah kesepian. Kasih sayang lengkap orang tuanya menjadikan hari-harinya bahagia. Bima kecil yang tak tahu menahu pekerjaan kedua orang tuanya, sangat syok saat melihat ibundanya bersimbah darah dengan luka tembak tepat di dada kirinya.

Wajah bule ibunya sangat membekas di benak Bima. Ibu yang sangat mencintai Bima kecil. Bunda Margareth, nama ibu Bima.

"Bim, ayo lekas pakai seragamnya" teriak bunda Bima dari dapur. Bunda yang selalu telaten menyiapkan sarapan untuk Bima dan juga Rama ayahnya. "Iya Bun, bentar lagi selesai" janji Bima.

Lebih dari lima belis menit, Bima belum juga keluar dari kamar. Bunda Margareth masuk ke kamar putranya, "Bima putra bunda yang ganteng, kok belum selesai pakai seragamnya? Sini bunda bantuin". Dengan sabar bunda Margareth membantu putranya memakai seragam TK. "Hore sudah selesai. Sini cium pipinya bunda". Bima mendekat dan mencium pipi bunda. Bunda Margareth adalah bunda yang luar biasa bagi Bima. Sosok penyabar. Tiap malam selalu telaten membacakan cerita untuk Bima.

"Mau digendong apa jalan sendiri?" tawar bunda Margareth. Bima hanya menggeleng, "Anak laki masak digendongin terus" tolak Bima.

"Nah gitu dong, anak laki harus bisa jadi pelindung bunda juga" bunda Margareth terkekeh. "Siap bunda, love you" Bima menggabungkan jari-jarinya membentuk love. "Love you too" seru bunda. Mereka jalan beriringan ke meja makan . Di sana ayah Rama sudah menunggu, "Pagi semua" sapanya.

"Wah, apa nih bun. Kayaknya mantab?" Bima girang sekali melihat salad buah semangka kesukaannya dan juga telur ceplok setengah matang. Kalau ayah Rama selalu sarapan dengan nasi. Lidah orang Indonesia tulen, belum makan kalau belum ada nasi.

"Ayah antar ya habis sarapan, pelan-pelan makannya nggak usah buru-buru" ayah Rama mulai menyuap nasi dari piringnya. Dijawab anggukan oleh Bima. Ayah Rama dan Bunda Margareth selalu mengantar Bima bersama, setelah itu orang tuanya berangkat kerja.

Bima yang saat itu masih TK, usia lima tahun setiap pulang sekolah selalu ditempa dengan ilmu beladiri. Ayahnya khusus memanggil pelatih untuk menempa Bima. Memang Bima yang dasarnya sudah ada bakat, setiap gerakan yang diajarkan sang pelatih bisa Bima pahami dan tirukan dengan cepat. "Bagus Bima, perkembanganmu sangat baik" puji sang pelatih.

Di sekolahpun Bima sangat cerdas, meski usia TK. Pelajaran untuk kelas empat SD sanggup dia kerjakan. Bima ikut akselerasi waktu duduk di Sekolah Dasar.

Anton sudah ikut ayah Rama semenjak SD, Bima anggap sebagai kakak. Anton seorang anak tunawisma, ditemukan ayah Rama saat meringkuk sendiri di emperan sebuah toko kala hujan deras dan angin mengguyur. Karena kasihan, ayah Rama hampiri anak itu. Yang ternyata bernama Anton.

Rama ajak Anton pulang, dan dijadikan saudara untuk Bima. Ayah Rama tak membedakan antara Anton dan Bima. Bahkan bunda Margareth turut gembira karena anak semata wayangnya mendapat saudara. Sejak saat itulah Anton dan Bima selalu bersama. Usia yang hanya terpaut dua tahun, membuat mereka seperti adik kakak. Selalu sekolah dan latihan beladiri bersama. Bahkan Anton sangat berbakat pada ilmu bela diri

Malam itu hujan deras mengguyur komplek perumahan tempat tinggal Bima. Tiba-tiba listrikpun padam. Bima dan Anton yang masih terjaga keluar dari kamar untuk mencari sebuah lilin penerangan. Saat itu belum ada lampu LED yang masih menyala saat listrik padam.

Samar terlihat bayangan manusia memakai penutup wajah melintas di hadapan mereka. Anton dan Bima menahan nafas dan saling tatap agar tidak ketahuan. Tak sengaja Bima melihat punggung tangan orang yang membawa senjata itu.

Di kamar orang tua Bima sudah terjadi kegaduhan. Bima mendengar suara orang-orang berkelahi. Anton dan Margareth dengan sigap menghadapi kelompok itu. Tapi Rama dan Margareth kalah jumlah dengan mereka. Margareth keluar dari kamar dan menghadapi enam orang musuhnya. Dengan lincah dan gesit Margareth menangkis gerakan musuh.

Orang dengan penutup wajah yang sempat dilihat Bima tadi, memuntahkan senjatanya di belakang Margareth. Bunda Bima tak sempat untuk mengelak. Limbunglah Margareth dan terjatuh bersimbah darah. Orang-orang itu melarikan diri, saat melihat bunda Margareth telah jatuh.

Ayah Rama berlari menangkap badan istrinya sebelum menyentuh lantai. Dengan derai airmata, "Maafkan aku Margareth, aku tidak bisa menjagamu". Bunda Margareth menaruh telunjuknya di bibir sang suami, "Rama, aku bangga menjadi istrimu. Kamu orang yang sangat baik. Tolong jaga anak kita, jadikan Bima orang yang baik sepertimu" ucap bunda Margareth terbata-bata. Dipeluknya tubuh yang istri yang penuh noda darah. Bime mendekat ikut memeluk tubuh sang Bunda. "Bima, jadilah anak yang baik ya, Bunda juga titip ayah. Bunda sayang kalian" usai berkata, terkulailah tubuh Bunda Margareth. Seketika terdengar teriakan histeris Bima.

Ya, tembakan yang dilepaskan orang itu tepat mengenai jantung bunda Margareth. Bima paham setelah dia menjadi seorang dokter. Pasti orang itu sangat ahli menembak, dalam gelap pun sasarannya tepat sekali. Batin Bima.

Sepeninggal bundanya, ayah Rama lebih pendiam. Kasih sayang ke Bima dan Anton tidak berkurang sedikitpun. Kesibukan ayah Rama bertambah. Menyiapkan makanan dan segala kebutuhan Anton dan Bima ayah Rama siapkan sendiri. Bimapun begitu, menjadi anak yang lebih pendiam sama seperti ayahnya.

Bima yang biasanya sudah giat berlatih beladiri, saat ini lebih giat lagi. Tiap hari giat belajar dan mengasah instingnya.

"Bim, istirahat dulu. Ini minumnya" sodor Anton.

"Abang sudah selesai kah?" seru Bima menerima minuman dari Anton.

"Sudah dari tadi. Tadi abang makan duluan. Abis pulang sekolah, perut abang demo keroncongan" Anton cengengesan.

Bima dan Anton berada di kelas yang sama. Saat itulah Dafa hadir di tengah-tengah mereka. Dafa yang ditolong oleh Bima diajak pulang ke rumah, karena tau Dafa anak yatim piatu. Itupun tak lepas dari persetujuan Rama. Meski usia Bima lebih muda, Bima tak kalah kemampuan akademiknya dengan anak yang seusia Anton. Bima selalu mendapat juara kelas. Lomba-lomba alimpiade pun tak ada yang luput dari genggamannya. Sekolah Menengah Pertama dan Menengah Atas Bima lalui dengan program beasiswa dan juga akselerasi. Anton bisa mengikuti sekolah, meski dengan tertatih. Bima lulus duluan dari sekolah menengah atas.

Bima pun mendaftar ke fakultas kedokteran di sebuah kampus negeri ternama. Nilai yang bagus memudahkan Bima mengambil jurusan yang diinginkannya. Sementara Anton, selepas SMA tidak mau melanjutkan kuliah seperti yang disarankan ayahnya. "Aku latihan beladiri aja Yah, selain itu aku membantu ayah bekerja saja" tolak Anton dengan halus saat ditawari ayah Rama untuk melanjutkan kuliah.

Ayah Rama tidak memaksakan kehendaknya ke Anton. Karena Anton memiliki alasan yang kuat untuk itu. Anton sadar dengan kemampuan akademisnya. Saat SMA Bima dan Anton sedikit demi sedikit dijelaskan tentang pekerjaan ayah Rama.

🤗🤗🤗🤗🤗🤗🤗🤗🤗🤗

bersambung

Terpopuler

Comments

💕𝘛𝘢𝘯𝘵𝘪 𝘒𝘪𝘵𝘢𝘯𝘢💕

💕𝘛𝘢𝘯𝘵𝘪 𝘒𝘪𝘵𝘢𝘯𝘢💕

oh jd gitu toh cerita bunda nya Bima meninggal 😭😭😭😭

2023-03-16

1

Risma Farna

Risma Farna

lanjuut

2023-02-03

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!