"Om, Dafa pamit ya. Makasih atas kesempatan belajar di sini" Dafa berdiri hendak keluar ruangan. "Kemampuan kamu lumayan juga" papa Joana menepuk bahu Dafa pelan. Dafa keluar dari ruangan itu. Dafa sudah hafal betul tata letak dan semua program yang ada di serigala hitam. Papa Joana merupakan salah satu tetua di sana. Usia nya hampir sama dengan ayah Rama. Dafa naik taksi online menuju kafenya. Rangga yang sibuk melayani pengunjung, rangkap menjadi kasir tak memperdulikan kedatangan Dafa.
"Rame banget Ngga?" tanya Dafa di dekat kasir. "Sudah tau rame, aku ditinggalin terus" tandas Rangga. "Bos, nambahlah tenaga di sini. Mahasiswa kampus kita banyak juga lho sekarang jadi pelanggan kita" usul Rangga. "Sejak kapan panggilanku jadi bos?" Dafa meninju lengan Rangga. "Tapi kan memang benar, di kafe ini kamu bosku kak?"
Rani datang di saat yang tepat. "Alhamdulillah, bantuan kita datang kak" seru Rangga menyambut hangat kedatangan Rani. "Tumben, sambutanmu hangat kak Rangga???" Rani curiga, "pasti ada udang di balik rempeyek???.
"Enak dong...tambah renyah rempeyeknya" tawa Rangga pecah. Di mana ada Rani, pasti suasana rame. "Ran, bantuin di kasir dong" celetuk Rangga. "Ya kan bener, pradugaku" Rani sewot.
"Praduga...praduga...bahasamu kayak di pengadilan aja Ran" oceh Rangga lagi. "Sesuai dong, aku kan anak hukum...wekkkkk" Rani tak mau kalah. "Sudah...sudah...ayo berposisi. Tambah rame nih kafe" Dafa menengahi. "Kak, Rani direkrut aja jadi pegawai di sini" usul Rangga. "Ah, kau bisa aja Ngga. Mana kuat aku ngaji Rani" Dafa tertawa. "Aku mau kak, asal ketemu kak Bima tiap hari..he..he..." celetuk Rani. "Wah, untung di dirimu dong" Dafa menyenggol lengan Rani.
Mereka mulai di posisi masing-masing. Rani di kasir, Dafa berkutat di dapur. Rangga kebagian seksi wira wiri melayani pengunjung. Datanglah Joana dengan baju seksinya, "Rangga, Dafa di mana???" teriaknya saat melihat Rangga mengantarkan minum pengunjung di ujung.
"Duduk dulu Jo, ntar kupanggilin. Dafa ada kok" seloroh Rangga. "Baiklah, jangan lupa ya kutunggu di sini" Joana menempatkan pantatnya di meja pojokan. "Kak Rangga, nggapain anak lampir ke sini???" bisik Rani saat Rangga melewati meja kasir. "Biasa, nyari bossss" senyum Rangga berlalu ke dapur.
"Kudekati aja lah si anak lampir...he...he.." gumam Rani. Rani berjalan mendekati meja Joana.
"Halo met malam kak Joana, nyari kak Dafa ya???" celetuk Rani sesampai di meja Joana. Joana sedikit terlonjak saat melihat Rani. Kalau Rani peka, ekspresi Joana saat itu pasti membuat curiga. Untungnya Rani tidak peka..he..he... "I....i....iya" Joana menjawab dengan sedikit tergagap. "Kak Jo naksir kak Dafa ya, bisa lho aku nyomblangin? Tapi jangan lupa fulusnya ya" Rani menggerakkan kedua jarinya. Padahal dalam hati Rani, benar-benar tidak ikhlas Dafa jadian dengan Joana.
Dafa menghampiri meja Joana, saat pengunjung sudah terlayani semua. "Malam Jo, apa kabar?" basa basi Dafa. "Baik Fa, tadi papa cerita kalau habis ketemu kamu. Kok nggak ngubungin aku sih?" Joana sewot. Dafa mencolek pipi Joana, "Jangan cemberut ntar cantiknya ilang" Dafa sedikit menggoda. Joana tersenyum senang. "Hmm, gitu aja sudah seneng. Jadi cewek jual mahal dikitlah" gerutu Rani dalam batin. "Ran, kamu itu sama aja" seloroh Dafa seakan tau isi hati Rani yang duduk di samping Joana. Rani cemberut, berjalan sambil menghentakkan kaki dan kembali ke meja kasir. Dafa tergelak melihat tingkah Rani. Joana menatap jengah pemandangan di depannya. Merasa cemburu melihat kedekatan Rani dan Dafa. "Biasa kali Jo, Rani sudah seperti adikku" sergah Dafa, tau jalan pikiran Joana. "Terus kamu ke sini tadi ada perlu apa Jo?" tanya Dafa. "Yukkk jalan. Lama aku nggak clubbing" ajak Joana. "Masih rame nih kafe. Kasihan Rangga. Dari tadi kutinggal mulu" tolak halus Dafa. "Kutungguin aja, sampai kafe kau tutup" eyel Joana.
"Oke lah kalau kamu namu nunggu" Dafa beranjak ke dapur lagi. "Fa, kubantuin ya" Joana mengekori langkah Dafa tanpa menunggu persetujuan Dafa.
Setengah jam kemudian, Bima datang diikuti 2B (kayak type pensil aja..he..he...). Siapa 2B, mereka yang pasti Bagus dan Brahma. Brahma yang mau duduk, melihat sekilas ke arah kasir. "Eh, Bim. Bukannya itu cewek semalam yang kau bawa" selorohnya. Bima melihat Rani yang sengaja melambaikan tangan ke arahnya. Brahma ikut melambaikan tangannya. Bagus menepuk bahu Brahma keras, "Pede amat. Tuh cewek lagi menyambut itu tuh..." arah mata Bagus mengarah ke Bima. Sementara Bima yang dibicarakan cuek aja. "Libas Bim" Brahma menyemangati.
"Apanya yang dilibas?????" jawab Bima.
"Yaelah Bim, ya jelas cewek di kasir itulah" seru Brahma yang memang belum tau cerita sebelumnya.
Mereka Trio B3 duduk di meja kosong. Datanglah Rangga menghampiri. "Wah trio B3 nih, tumben datangnya kompak???" seloroh Rangga. "B3...??? Kita kok serasa kelompok sampah medis ya Bim?" ujar Brahma. "Haa....ha.....iya...."Bagus ikut tertawa. "Kok sampah medis sih kak. Kan benar B3 (Bima, Bagus dan Brahma)" bela Rangga meluruskan ucapannya. "Itu memang benar Ngga, cuma kalau istilah itu dipake di Rumah Sakit habislah kita. Dikirain kelompok sampah medis dong" jelas Bima ikut tertawa. "Oalah, begitu ya?? Tapi bagus juga dipake" Rangga tetap dengan pendiriannya menjuluki mereka bertiga dengan trio B3. "Eh sampai lupa. Kakak-kakak dokter yang ganteng mau pesan apaan ini?" Rangga memberikan note pemesanan. "Nulisnya yang bagus Kak, kalau nggak bagus ntar dikira resep" sindir Rangga. Karena Rangga paham mereka bertiga yang duduk satu meja itu, tulisannya tidak terbaca sama sekali. Yang tau hanya apoteker dan asistennya..he..he...
"Karena sudah kau cela duluan, kita nggak usah nulis. Kita bertiga pesen kopi pahit aja. Aku mau pesan wine, pasti kamu juga nggak punya Ngga" sengit Brahma. "Buruan, nggak pake lama" sela Bagus.
Sepeninggal Rangga, Rani datang mendekat. Bima hanya bisa menepuk jidatnya. "Halo calon suami" Rani tersenyum renyah ke arah Bima. Kalau seperti ini apa bedanya dengan Joana. Ya bedalah, mana mungkin Rani mau disamakan. Joana genit ke semua lelaki tampan, kalau Rani cuma genit sama Bima, sang calon suami. Brahma tertawa melihat wajah Bima. "Buruan Bim, halalin. Mumpung ada yang mau dengan es balok macam kamu" olok Brahma. "Itu loh Kak, teman-temanmu sudah merestui lho" seloroh Rani. Kalau biasanya cowok yang tebar segala pesonanya, ini mah kebalik. "Kak, kutunggu kau menemui ayah" bisik Rani di telinga Bima dan balik lagi ke kasir karena sudah banyak yang antri membayar. Bima hanya bisa geleng-geleng kepala melihat keabsurdan Rani. Trio B3 menikmati secangkir kopi pahit masing-masing. Saat itulah mereka melihat Dafa digandeng mesra sama cewek seksi keluar dari dapur kafe. B3 saling pandang.
#bersambung#happy reading
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 38 Episodes
Comments
💕𝘛𝘢𝘯𝘵𝘪 𝘒𝘪𝘵𝘢𝘯𝘢💕
siap" Dafa di introgasi nih sama trio B3 😊😊😊😊😊
2023-03-16
1