Bab 4

Bima Arsaka dengan wajah Indo-Italia, hidung mancung, kornea kebiruan adalah seorang mahasiswa populer di kampusnya. Mahasiswi banyak yang mencoba mendekatinya. Bahkan ada juga yang dengan sukarela menyerahkan dirinya ke hadapan Bima hanya untuk kencan sesaat. Semua tidak ada yang diperdulikan Bima. Bima menjadi pemuda dingin sepeninggal ibundanya.

Siang itu, Bima berjalan ke arah ke arah perpustakaan kampus. Bima banyak menghabiskan waktunya di sana saat jam kuliah kosong. Di koridor kampus yang sepi, yang menghubungkan fakultas kedokteran dan fakultas teknik adalah tempat yang jarang dilalui mahasiswa. Bima melihat seorang laki-laki dihajar oleh beberapa mahasiswa jurusan teknik. Bima mengetahuinya dengan melihat jaket yang dipakai mereka. "Hei, ada apa ini?" teriak Bima.

"Jangan ikut campur, ini urusanku dengan Brahma" hardik mahasiswa teknik itu.

"Memang benar itu urusanmu, tapi selesaikan dengan gentle. Jangan asal main keroyok dong" sergah Bima.

"Emang apa urusanmu? Mau dihajar juga" ancam orang itu.

"Ha....ha....hari gini main keroyok, sudah nggak musim lagi" ejek Bima. Kelima orang yang mengeroyok itu bersiap menyerang Bima. Brahma yanh sudah babak belur hanya terdiam melihat sosok Bima yang bahkan belum dikenalnya.

Mereka maju bersama mengeroyok Bima. Dengan kesigapan dan ketangkasan Bima, sekali kelit mereka berlima sudah terhempas semua. Bahkan orang yang sebelumnya mengancam Brahma, ikut terpana melihat gerakan Bima. Tanpa ba-bi-bu dia melarikan diri diikuti kelima orang yang menyerang Bima. Mereka lari tunggang langgang tanpa berani menengok ke belakang.

Brahma berdiri dengan terhuyung. Bima membantunya. "Makasih ya, kenalin namaku Brahma. Fakultas kedokteran semester akhir" Brahma menyodorkan tangannya. Bima menyambutnya, "Bima" ungkapnya ringkas. Bima berlalu ke perpustakaan sesuai niat awalnya tadi. Brahma hanya memandangnya dari belakang, hanya kelihatan punggung Bima, "dingin" batin Brahma. Bima juga berada di semester akhir, dan sekarang lagi fokus ke tugas akhirnya. Bima tidak mengenal Brahma, karena sebenarnya mereka beda angkatan. Bima hanya menempuh 4 semester untuk sampai di titik tugas akhir ini. Tinggal satu semester untuk meraih gelar dokter muda.

Tibalah saat wisuda kedokteran muda. Dipanggilnya Bima Arsaka sebagai wisudawan terbaik, dan Brahma Hermawan sebagai wisudawan terbaik berikutnya. "Wah, selamat ya. Kau ternyata adik kelasku, tapi sudah berani bersaing denganku" ujar Brahma di atas panggung. Bima hanya membalas sinis ucapan selamat Brahma.

"Sombong amat Bima" celetuk Brahma ketika tak ada respon dari Bima.

Brahma dan Bima ternyata menjadi satu kelompok saat menempuh pendidikan profesi bersama dengan Rahma dan Rahmi si kembar.

"Wah, aku sekelompok dengan es kutub ternyata" seru Brahma saat mereka berempat bersama.

"Awal kita di stage apa Bang?" celetuk Bima.

"Hah...Bang? Berasa tua gue. Hei nggak lihat kita seangkatan kali" Brahma merasa diejek oleh Bima.

"Ada yang salah? Bukannya kamu bener kakak tingkatku?" Bima tak mau kalah.

"Sudah...sudah....bikin ribet aja. Bulan ini kita berempat kebagian jadwal IGD" ujar Rahma menengahi.

"Kita bagi langsung aja jadwalnya, aku sama Rahma. Dan kau Brahma, jadwalmu bareng Bima" tukas Rahmi kembaran Rahma.

"Enak aja, nggak mau aku. Tukeran aja. Aku sama Rahmi atau Rahma" tolak Brahma. Bima hanya terdiam. Tidak mau berdebat hal-hal yang tak berguna. Siapapun rekan ngeshift, tidak masalah bagi Bima.

"Nggak mau, kalau aku dipisah sama Rahmi. Ntar kasihan papaku bolak-balik antar jemput. Emang papaku nggak kerja apa" tolak Rahma tegas.

Brahma mau tak mau menerima alasan Rahma dan Rahmi.

Dan disinilah mereka, Brahma dan Bima sedang jaga sore di IGD. Menjelang maghrib, IGD kedatangan pasien-pasien kecelakaan. Bahkan korbannya penumpang satu bis. Brahma keluar keringat dingin menghadapinya. "Hei, kau ini calon dokter, bukan calon tukang parkir. Ayo lekas!!!" ajak Bima. Bima membantu para perawat dan dokter jaga IGD menangani pasien-pasien itu. Untuk sementara Bima dan Brahma diperbolehkan menangani pasien di area kuning dan hijau.

Satu bulan telah lewat, kelompok mereka pindah ke ruang bedah. Brahma dan Bima terlihat sedikit akrab. "Bim, kamu nggak ingin tau kenapa aku dikeroyok waktu itu?" tanya Brahma. Hanya gelengan kepala yang dilakukan Bima. Brahma memanyunkan bibirnya. "Jangan kayak cewek, biasa aja" sarkas Bima berlalu mengikuti dokter spesialis bedah, dokter Anita visite. "Brahma, coba jelaskan tentang apendicitis akut maupun khronis, pengertian, gejala, patofisiologi dan juga penanganannya?" tanya dokter Anita sambil berjalan ke arah pasien. Brahma yang terlihat belum siap, menjawab dengan terbata-bata. Apa yang Brahma ingat langsung dia sampaikan. "Bagus Brahma, kau bisa melengkapi Bima?" dr. Anita menoleh ke Bima. Bima menjawab dengan lebih siap dan rinci daripada Brahma. "Bagus Bima, kayaknya kamu cocok jadi penerus di stage bedah" ujar dr. Anita melanjutkan visitenya.

"Bim, pulang jaga sore hang out yuukkk. Jenuh aku" ajak Brahma. "Kamu yang jenuh, ngapain ngajak aku?" tolak Bima.

"Ayolah Bim, sekali-kali. Ntar di sana boleh kok kamu pesan es jeruk" paksa Brahma. Bimapun akhirnya menuruti Brahma. Karena sering jaga bersama, Bima pun mulai membuka hati untuk bersahabat dengan Brahma. Cieeee ada yang buka hati nih.

Yang diketahui Bima sedikit tentang Brahma, Brahma adalah anak pengusaha. Keluarganya broken karena kesibukan masing-masing dan orang tua yang saling selingkuh. Dari awal Bima sudah tahu Brahma suka main perempuan. Brahma pernah tak sengaja bilang saat mabuk kalau dia melakukan semuanya karena kecewa dengan orang tuanya.

Di sebuah club malam tengah kota, mereka duduk. Brahma sudah menghabiskan setengah botol minumannya. Bima akui Brahma paling jago soal minum. "Bim, mau nggak aku panggilkan cewek" serunya di tengah suara musik yang hingar bingar. Bima menggeleng. "Ayolah Bim" paksa Brahma. Bima melotot tajam.

"Kalau yang ini aku menolak Brahma, jangan sekali memawari lagi" teriak Bima.

"Oke....oke....aku nggak maksa kamu. Kita nikmatin aja malam ini" Brahma menyerah dengan tolakan Bima. Brahma turun melantai, berjoget mengikuti musik seorang DJ cantik di atas panggung. Bima hanya menjadi penonton. Tidak ada niat untuk ikut Brahma.

Seorang pemuda mabuk tak sengaja tersenggol oleh Brahma, dan terjadilah adu jotos di ruangan itu. Suasana yang semula tertib menjadi kacau balau. Bima menyeret Brahma kembali ke tempatnya. "Kalau tak jago kelahi, jangan cari masalah dong" teriak Bima di telinga Brahma.

"Jangan keras-keras, gue dengar kali" tukas Brahma.

"Lagian aku juga nggak sengaja nyenggol" bela Brahma. Bima terdiam, percuma ngomong sama orang yang sudah setengah mabuk.

"Ayo pulang, sudah dini hari nih" ajak Bima. Dengan langkah sedikit sempoyongan, Brahma mengikuti langkah Bima. Mau tak mau Bima membantu Brahma jalan, "Huh...merepotkan saja" gumam Bima.

🌺🌺🌺🌺🌺🌺🌺🌺🌺🌺

bersambung

#jangan lupa like, vote, komen...kopi pun juga boleh 🤗🤗🤗💝

Terpopuler

Comments

💕𝘛𝘢𝘯𝘵𝘪 𝘒𝘪𝘵𝘢𝘯𝘢💕

💕𝘛𝘢𝘯𝘵𝘪 𝘒𝘪𝘵𝘢𝘯𝘢💕

Brahma cari gara" aja nih 😂😂😂😂

2023-03-16

1

Dermin Silaban

Dermin Silaban

aq bru bca thor

2022-11-09

1

Tania

Tania

Mampir lagi thor

2022-05-25

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!