Bima Arsaka, seorang dokter spesialis bedah. Dokter tampan dan ramah. Banyak pasien yang suka dengannya. Di balik ketampanan dan keramahannya tersembunyi sifat bengis yang akan muncul saat Bima melawan musuh-musuh klannya.
Ponsel Bima berdering, Anton calling "Hallo ya bang?" Bima menggeser tombol hijau ponselnya.
"Nggak bos, hanya ingin dengar suaramu saja" terdengar Anton terkekeh. Pasti ada hal besar yang ingin disampaikan Anton. Hal yang tidak bisa disampaikan lewat telpon. Sebaiknya selepas jam poliklinik aku meluncur ke markas saja, batin Bima.
Sesuai ucapannya, selepas jam poliklinik. Bima meluncur ke markas. Bima melihat beberapa anggotanya terkena luka tembak. Anton menyambutnya. "Langsung masukkan ke ruangan seperti biasa" perintah Bima. Di markas, Bima menyiapkan suatu ruangan rahasia. Ruangan yang mirip dengan ruang operasi di rumah sakit, bahkan lebih canggih. Anton membawa anggota yang terluka ke ruangan itu.
Hampir satu jam Bima mengeluarkan peluru yang bersarang di tubuh anggota-anggota itu.
"Bagaimana bisa terjadi Ton?" Bima membuka mulutnya.
"Serigala hitam masih penasaran dengan kelompok kita bos. Mereka mencoba menyerang kembali markas timur. Ketua yang di sana sedikit terlambat menyadari. Tapi markas timur berhasil menghentikannya dan menangkap anggota serigala hitam" terang Anton. Bima mengangguk memahami situasi yang terjadi.
"Darimana Fa" seru Anton yang melihat Dafa baru datang ke markas.
"Biasa bang, healing" jawab enteng Dafa. Di luar markas, Dafa hanyalah seorang mahasiswa strata 2 jurusan informatika. Selain itu Dafa juga membuka sebuah kafe kecil-kecilan di depan area kampus. Di kafenya, dia sediakan beberapa unit komputer untuk disewakan. Terutama bagi yang hobi game online. Hanya Anton yang betah menunggu markas besar itu.
Bima menatap Dafa yang barusan duduk, " Fa, kutunggu laporanmu tentang pergerakan serigala hitam. Beberapa anggota kita ada beberapa yang terluka".
"Maafkan aku bos, yang sedikit terlambat memberi info ke markas timur" ujar Dafa jujur.
"Bos, sebaiknya kita juga hati-hati. Aku curiga serigala hitam mulai bekerjasama dengan kartel narkoba dari negara "C". Dalam waktu dekat akan ada pengiriman narkoba dalam jumlah besar ke negara ini" terang Dafa. Dalam hal ini informasi Dafa sangat bisa diandalkan. Bima manggut-manggut.
Serigala hitam pasti akan lebih berhati-hati dalam pengiriman narkoba kali ini apalagi ada back up dari kelompok mafia besar dari negara C, pikir Bima. Macan putih harus bisa menghentikannya. Dafa yang tau arah pikiran Bima, "Bos, bagaimana salah satu dari kita masuk serigala hitam?" usulnya.
"Itu terlalu berbahaya Fa" tolak Anton.
"Kita harus bermain cantik kali ini, jangan pakai kekerasan" tambah Dafa.
"Kebetulan aku tau sedikit tentang keanggotaan serigala hitam. Bahkan aku sering bertemu dengannya" jelas Dafa.
"Kok bisa????" sela Anton
"Makanya bang, sekali-kali nongkrong dong di kafeku" sergah Dafa. Dafa yang termuda di antara mereka bertiga.
"Serigala hitam mempunyai tanda sendiri bos, bang" bos untuk Bima, bang untuk Anton.
"Maksudnya?" tanya Anton. Sementara Bima yang sudah tahu hanya terdiam.
" Gimana bos, di acc nggak nih?" ulang Dafa menunggu persetujuan bos nya.
"Baiklah, bawalah satu anggota yang dipercaya. Sering-sering lapor padaku" pesan Bima.
Macan putih bertekad untuk menghambat peredaran narkoba di dunia. Sesuai misi yang diamanatkan oleh ayahnya, Rama. "Jadilah manusia yang setidaknya berguna bagi sesama. Hidup hanya sekali, lakukanlah hal-hal yang bermanfaat" begitu pesan yang berulang kali disampaikan ayahnya ketika Bima kecil. Rama yang sekarang mulai menepi dari kehidupan mafia, memilih tinggal sendiri di sebuah desa. Ibu Bima meninggal tertembak saat ayahnya dijebak oleh musuh-musuh yang bekerjasama. Ibu yang dulunya juga salah satu anggota mafia dari Italia, tapi berbelok arah mengkhianati klannya dan menikah dengan Rama. Salah satu kelompok yang ikut menjebak adalah serigala hitam. Sementara Bima yang masih kecil, hanya bisa melihat ibunya terkapar meregang nyawa. Mulai saat itulah jiwa kebengisan Bima muncul. Anggota-anggota macan putih banyak berasal dari anak-anak jalanan, yang dilatih sedemikian rupa sehingga menjadi anggota yang bisa diandalkan.
"Oke bos. Aku akan mengajak Rangga ikut serta" suara Dafa memecah lamunan Bima.
"Rangga yang membantumu di kafe itu?" Bima memperjelas.
"Iya bos. Selain pintar IT, ilmu bela dirinya sungguh TOP BeGeTe" gurau Dafa sambil mengacungkan jempolnya.
"Aku gimana, nggak diajak?" Anton memecah suasana.
"Ya nggak lah bang. Secara tampang, bang Anton itu bengis. Belum apa-apa musuh nyadar duluan kalau ada yang nyusup" Dafa menimpali ucapan Anton.
"Iya bener apa kata Dafa, sebaiknya abang nunggu markas aja dulu. Nunggu perintah dariku. Sementara kau Dafa, hati-hati. Aku tidak mau ada korban di kelompok kita" pesan Bima.
Anton dan Bima mengangguk bersamaan menyetujui ucapan bos nya.
"Mau kau mulai darimana Fa rencanamu?" selidik Bima.
"Menurut bos?" Dafa membalikkan pertanyaan bosnya.
"Kalian kok malah berteka teki" Anton menggaruk kepalanya. Bima dan Dafa terkekeh.
"Aku percaya sama kamu Fa" Bima menepuk bahu Dafa, yang sudah dianggapnya adik itu.
Dafa, anak jalanan yang ditolong Bima sewaktu dikeroyok gerombolan preman di sebuah gang gelap. Anak yang ternyata yatim piatu sudah tergeletak bersimbah darah. Mungkin nyawanya tak akan tertolong kalau Bima tidak datang di waktu yang tepat. Preman-preman itu memukuli Dafa kecil dengan sebilah kayu, hanya karena Dafa belum setor uang yang menurut mereka sabagai uang keamanan. Sekali tendang, Bima melibas mereka berlima. Padahal waktu itu Bima masih berada di sekolah menengah pertama. Dia bawa Dafa kecil ke rumah sakit. Sejak itulah Dafa bagai seorang adik bagi Bima. Usia mereka terpaut lima tahun. Dafa yang berbakat di bidang IT, Bima sekolahkan sesuai bakatnya. Jadilah Dafa yang sekarang, karena hobi dan bakatnya Dafa menjadi ahli IT. Bahkan para hacker dunia bertekuk lutut di hadapan Dafa.
Bima balik ke apartemennya. Apartemen yang jarang sekali disinggahi. Bima segera menyalakan pendingin ruangan. Dia rebahkan badannya di sofa. Sepi, itulah yang dirasakan Bima saat sendiri seperti ini. Semenjak Bima lulus kedokteran umum ayahnya menyepi ke desa. Bima sudah dianggap dewasa dan mampu untuk meneruskan apa yang dirintis Rama. Ibu yang meninggal di depannya, seakan menjadi trauma sendiri bagi Bima. Terutama untuk mendekati seorang wanita. Bima tidak mau merasakan hal seperti ayahnya, kesepian ditinggal orang yang sangat dicintainya.
Bima melamun, mengingat kembali masa kecil yang tak pernah kesepian. Kasih sayang lengkap orang tuanya menjadikan hari-harinya bahagia. Bima yang tak tahu menahu pekerjaan kedua orang tuanya, sangat syok saat melihat ibundanya bersimbah darah dengan luka tembak tepat di dada kirinya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 38 Episodes
Comments
💕𝘛𝘢𝘯𝘵𝘪 𝘒𝘪𝘵𝘢𝘯𝘢💕
Bima the best 👍💯👍💯
2023-03-16
1
Tania
lanjut kak
2022-05-23
2