" Bella mana ? Udah pulang, ya ?" tanya Audrey yang baru saja selesai mandi, karena tak melihat keberadaan Bella dikamarnya.
" Iya, selesai mandi Bella langsung pergi." jawab Zia.
" Hmm, gimana kalau kita bantu Bella. Kasihan dia, kerja keras buat bayar hutang orang tuanya." usul Audrey.
" Iya, Drey ... tadi dia juga bilang kalau belum bayar uang sewa apartment nya, mana udah ditagih lagi. " ucap Zia.
" Hmm ... kalau gitu biar gue aja yang bayarin sewa apartment. Nah, buat biaya berobat papanya kita patungan." Audrey mengusulkan idenya.
" Okey, deh kalo gitu." sahut Zia dan Dea kompak.
" Maaf, nih ya ... kalau gue ikut campur. Tapi apa gak sebaiknya dicari tahu dulu, apa benar Bella belum bisa bayar sewa apartment nya. Kalau dari cerita kalian, Bella punya beberapa pekerjaan. Masa dia gak bisa menyisihkan gajinya buat bayar sewa. Gue aja yang cuma satu kerjaan masih bisa bayar kost, ngirim ke kampung dan buat menutupi keperluan sehari - hari. Walaupun dia cerita, uangnya habis buat bayar hutang orang tuanya. Apa kalian tidak pernah bertanya, memangnya hutang orang tua Bella itu seberapa banyak, terus udah berapa lama dia sudah membayarnya ? " Rina mengemukakan pendapatnya.
Entah mengapa dia tidak bisa mempercayai Bella. Bukan karena Bella awalnya menghina Rina. Tapi ia merasa ada sesuatu yang sedang disembunyikan Bella dari mereka.
Dahi Audrey, Zia dan Dea berkerut begitu mendengar perkataan Rina.
Mereka bertiga tidak bisa menyangkal perkataan Rina yang ada benarnya.
Selama ini mereka tidak pernah bertanya berapa banyak hutang orang tua Bella. Audrey dan yang lain hanya sering mendengar keluhan Bella kalau gajinya gak cukup buat membayar hutang.
Sehingga Audrey, Zia dan Dea selalu membantu Bella untuk memberikan uang untuk Bella membayar hutang dan keperluan sehari - harinya.
" Sorry, gue lancang ya, Maaf kalau gue salah karena Bella udah lama jadi sahabat kalian, jadi mungkin kalian merasa apa yang dikatakannya gak mungkin bohong. Sedangkan gue yang baru diajak jadi teman kalian beraninya ngasi komentar." Rina merasa gak enak melihat ketiganya terdiam.
" Lo gak perlu minta maaf, Rin ... apa yang Lo bilang barusan ada benarnya. Selama ini kami gak pernah bertanya berapa jumlah hutang orang tua Bella karena merasa gak enak. Takut membuat dia kepikiran dan tersinggung karena merasa kami tidak percaya sama Bella. Tapi sepertinya mulai sekarang, kami harus melakukan seperti yang Lo bilang. Kami harus cari tahu sebenarnya berapa hutang orang tua Bella. " ucap Audrey lalu tersenyum pada Rina.
" Iya, elo benar Rin ... mungkin karena udah lama sahabatan dengan Bella jadi kami gak kepikiran seperti Lo." Zia ikut membenarkan perkataan Rina.
" Justru kami makasih sama Lo, Rin ... karena udah memberi masukan buat kami." Dea terlihat senang sambil mengembangkan senyumnya.
" Gue malah takut kalian jadi benci sama gue karena menilai Bella seperti itu." ujar Rina senang karena mendapat tanggapan yang positif dari mereka.
" Ya, gak mungkinlah ... justru sekarang ini bagus. Karena Lo baru bergabung dengan kami, jadi Lo bisa lebih bebas menilai kami satu - persatu, dibandingkan dengan kami yang sudah bersahabat sejak lama. Tolong ingatkan, tegur atau lakukan apapun jika salah - satu dari kami melakukan hal yang gak benar." Audrey berkata mendukung Rina.
" Audrey benar, Rin ... Lo yang paling objektif diantara kita." sahut Dea.
" Okey, deh kalau gitu. Gue siap mengkritik Lo semua, jangan marah ya ... hahaha." Rina bercanda lalu tertawa.
Audrey, Zia dan Dea ikut tertawa mendengar omongan Rina.
Ternyata Rina bisa bercanda juga.
Awalnya mereka pikir, Rina gadis yang polos banget waktu ketemu pertama kali di cafe.
Suara dering ponsel Audrey menghentikan tawa mereka yang sedang berada di kamar Audrey.
Wajah Audrey terlihat bahagia begitu nama mommy Elif yang tertera di ponselnya.
Audrey memberitahukan pada teman - temannya kalau mommy nya yang telepon.
" Halo, mom ... ? ' sapa Audrey langsung.
" Halo juga, sayang. Gimana tadi sidangnya ? " tanya Elif.
" Alhamdulillah, lulus dong mom ... dapat nilai A+ ... " jawab Audrey senang.
" Anak mommy memang keren. Selamat ya, sayang atas keberhasilan kamu.
Ini Daddy udah heboh mau ngomong sama kamu juga." Mommy Elif tertawa.
Audrey ikut tertawa mendengar omongan mommy.
" Hai, honey ... Daddy mau meluk kamu buat ngasi selamat buat keberhasilan kamu, tapi kamunya jauh. Gimana, dong ... ?" suara Daddy Eldric terdengar sedih.
" Makanya cepetan pulang dong, dad, biar bisa meluk Audrey ... terus jangan lupa bawa hadiah yang banyak ... hehehe." canda Audrey, padahal ia sedang menutupi kesedihannya karena harus berjauhan dari orang tua.
Dea, Zia dan Rina sambil rebahan ditempat tidur menyimak obrolan Audrey dengan kedua orang tuanya.
" Doakan aja urusan Daddy disini segera selesai. Jadi kami bisa pulang secepatnya, honey. " Eldric berusaha menghibur anaknya. Ia bisa mendengar suara Audrey yang berubah.
" Iya, dad ... kak Kevin mana, dad ... ? " Audrey sengaja mengecilkan suaranya saat bertanya tentang Kevin agar teman - teman nya tidak mendengar.
" Kevin sedang keluar, ada urusan penting yang harus di kerjakan nya." jawab Eldric.
" Kamu sedang apa sayang ? " suara mommy kembali terdengar ditelepon.
" Dikamar, mommy bersama teman - teman Audrey." jawab Audrey jujur.
" Oh, ya ... bagus dong. Mana mereka, mommy juga udah lama gak ketemu sama Dea dan Zia. " Mommy Elif terlihat senang mendengar anaknya ada yang menemani.
" Ini, mom .. Audrey juga punya teman baru, namanya Rina, mom ... " Audrey mengenalkan Rina pada mommy nya, lalu ia memberikan ponsel pada Zia.
" Halo Tante kesayangan ... apa kabar ? " sapa Zia ceria.
" Halo, Tante cantik ... " sapa Dea juga.
" Halo, Tante ... saya Rina, temannya Audrey. " Rina mengenalkan dirinya.
" Halo sayang, ... bentar, Tante ubah ke video dulu ya ... biar bisa lihat wajah kalian." jawab Elif.
" Ya, Tante ... " jawab mereka serentak.
Tak lama wajah mommy Elif dan Daddy Eldric sudah muncul di layar ponsel Audrey. Elif senang melihat anaknya dikelilingi oleh teman - temannya.
Pantes saja Audrey bisa cantik seperti ini, ibu dan ayahnya juga cantik dan ganteng banget ... Rina berkata sendiri dalam hatinya.
" Halo, cantik ... gimana kabar, kalian ? Baik - baik ajakan ... ? "
Elif bertanya sambil tersenyum.
Audrey yang melihat wajah mommy dan daddynya langsung berkaca - kaca matanya. Ia sangat mengkhawatirkan mereka.
" Baik, dong Tante .... Tante sama Om makin cakep aja. Cariin satu dong disana buat Zia , Tan ... " canda Zia.
" Kalian semua juga cantik - cantik. Disini banyak yang ganteng tapi udah tua semua kayak om Eldric, mau ... ? " balas Elif bercanda.
" Ya, Tante ... jangan dong. Cariin yang muda, dong buat kami.
Kalau sama kaya om Eldric nanti kami dikirain sugar baby lagi ... hehehe. " Zia memang sudah terbiasa bercanda dengan orang tua Audrey karena orang tua mereka juga bersahabat.
" Hahahaha ... selesaikan dulu kuliahnya, baru nanti cari jodoh ... lagian papa sama mama kalian pasti juga ada nyediain calon."
" Ah, gak mau kalau dijodohin, Tan ... pengen cari sendiri aja."
Wajah Audrey sedikit berubah mendengar ucapan Zia. Ia merasa tersindir karena sudah menerima perjodohan dari orang tuanya.
" Malah bagus dong kalau dijodohin, orang tua gak mungkin ngasi orang yang gak tepat buat anaknya." Elif sengaja berkata seperti itu karena melihat perubahan yang terjadi di raut wajah anaknya.
" Mama sama papa kamu sehat, Dea ... ? " tanya Elif, sedangkan Eldric duduk disebelah sambil terus mendengar percakapan istrinya dengan teman - teman Audrey.
" Sehat, Tan ... Alhamdulillah.
Kemarin mama juga nanyain Tante. Udah lama gak ketemu katanya. " jawab Dea.
" Iya, salam sama mama ya. Tante minta maaf belum bisa ketemu sama, abis Tante sibuk terus. Padahal gak tahu apa yang disibukkan ... hahaha." ucap Elif.
" Iya, Tante ... nanti Dea sampein sama mama."
" Ya, deh ... itu yang satu lagi, kog diam aja cantik." mommy Elif menyapa Rina.
" He, saya Rina, Tante, om ... " ucap Rina mengenalkan dirinya lagi dengan sopan.
" Hai juga sayang ... senang kenalan dengan kamu. Tolong jagain dan lihatin Audrey, ya ... " Elif membalas dengan ramah.
" Iya, Tante ... Insya Allah saya akan selalu jagain Audrey. Audrey anak Tante orangnya baik banget, saya hanya seorang pelayan disebuah cafe tapi anak Tante dan Om gak malu berteman dengan saya." Rina menjelaskan statusnya.
" Gak boleh ngomong gitu ya, sayang ... kita semua itu sama dimata Allah. Jadi mau apapun keadaan kita, gak ada perbedaannya. Manusia aja yang terkadang suka membanggakan statusnya, padahal itu semua bisa terjadi karena ijin Allah. " Elif menegaskan pada Rina.
" Iya, Tante ... terima kasih." Rina semakin kagum pada keluarga Audrey.
Wajar Audrey bisa sebaik ini, ternyata ia memiliki orang tua yang sangat baik dan tidak memandang orang dari harta bendanya.
Walaupun kaya raya tapi tidak sombong sama sekali. Padahal, ia sering melihat di kampungnya baru punya motor baru aja, sombongnya udah selangit.
" Eh, Bella mana ... kog Tante gak lihat dia ? " tanya Elif.
" Dia pulang Tante, papanya sakit ... " Zia yang menjelaskan.
" Oh, sampein salam Tante sama Bella. Semoga papanya cepat sembuh sakitnya." kata Elif.
" Ya, Tante ... nanti kami sampaikan sama Bella. " Dea yang menjawab.
" Ya, udah ... kalian baik - baik ya ... tolong lihatin Audrey kalau Tante sama Om gak ada." pesan Elif pada mereka.
" Oke, Tante ... " jawab Zia dan Dea cepat. Sedang Rina hanya tersenyum pada Elif.
Elif dan Eldric tersenyum melihat Audrey dan teman - temannya.
" Drey, Daddy mau bicara sama kamu ... " Elif menyerahkan ponselnya pada Eldric.
" Ya, mom ... " Audrey mengambil handphone dari tangan Zia, lalu mematikan speaker dan video, lalu menjauh sedikit dari teman - temannya. Karena ia tahu pasti Daddy mau bicarakan hal yang penting.
" Ada apa, dad ... ? " tanya Audrey.
" Daddy cuma mau bilang dan kamu harus ingat baik - baik apa yang sudah Daddy dan mommy pesan kan sama kamu sebelum pergi. Juga ada ponsel cadangan, siapa tahu suatu saat kamu membutuhkannya. Daddy sudah simpan di apartment kamu, di tempat biasa. Di ponsel itu sudah ada nomer - nomer yang bisa kamu hubungi seperti nomer kakakmu Kevin, nomer Erland dan nomer - nomer lain. Mereka itu orang - orang yang bisa kamu percayai. Kamu harus ingat itu, honey ..." Eldric memberitahu Audrey dengan panjang.
" Ya, dad ... " suara Audrey bergetar mendengar pesan Daddy nya. Lagi - lagi ia merasa takut akan sesuatu. Tapi gak tahu itu apa.
" Pokoknya kamu harus tetap sehat, kuat dan ingat semua yang sudah Daddy katakan sama kamu." pesan Eldric dengan tegas.
" Ya, Daddy ... " jawab Audrey lirih.
" Hmm ... sekarang tukar ke video, Daddy sama mommy ingin melihat kamu sebelum menutup telepon. " perintah Eldric pada anaknya.
Audrey lalu menukar kembali ke video. Ia hampir saja gak bisa menahan air matanya begitu melihat wajah mommy dan Daddy yang juga terlihat sedih saat memandangnya.
" Sayang, jangan pernah bersedih walaupun mungkin banyak masalah yang akan mendatangi kamu. Kamu harus jadi wanita tangguh, kuat, gak boleh cengeng ... " kini gantian Elif yang menasehati Audrey.
" Ya, mom ... "
" Ingat pesan Daddy dan mommy."
Eldric menegaskan kembali.
Audrey menganggukkan kepalanya. Ia sudah meneteskan air mata yang sudah berusaha ditahannya sejak tadi.
" Don't Cry, honey ... Daddy gak mau punya anak gadis yang lemah. Kamu bisa janji sama Daddy dan mommy ?" Eldric menatap serius ke Audrey.
" Iya, dad ... Audrey janji." Audrey menghapus air matanya dan membalas tatapan daddynya.
" Hmm ... kalau gitu, Daddy sekarang udah bisa tenang. Nanti kalau ada waktu, kami akan menghubungi kamu lagi."
" Baik, dad ... "
Setelah saling memberikan ciuman jarak jauh, Audrey menutup panggilan dari kedua orang tuanya.
" Drey, jangan sedih dong. Kita kan ada disini buat nemani Lo." Dea memeluk Audrey yang hanya diam duduk di sofa.
" Iya, honey ... lagian Lo kan udah terbiasa ditinggal sama om dan Tante. Sama kaya gue dan Dea." Zia ikut menenangkan Audrey.
" Drey, gue belum terlalu mengenal orang tua Lo seperti Dea dan Zia, tapi gue bisa melihat kalau orang tua Lo sangat menyayangi Lo. Jadi, jangan bersedih ... orang tua Lo pasti ingin melihat elo bahagia." giliran Rina yang menyemangati Audrey.
Senyum Audrey lalu tercetak diwajahnya yang cantik. Ia bahagia memiliki sahabat yang sangat peduli padanya.
" Thanks, sahabat - sahabatku yang cantik dan baik. Gue beruntung memiliki kalian." dengan senyum yang masih membingkai wajahnya.
" Kami yang beruntung punya sahabat sebaik Lo, Drey ... " sahut Zia, Dea dan Rina bersamaan.
Audrey lalu memeluk mereka bertiga dengan sayang.
Setelah kelelahan mengobrol ngalor ngidul, akhirnya mereka memutuskan untuk beristirahat, karena besok harus sudah beraktivitas kembali.
**********************************
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 113 Episodes
Comments
Harry Gusman Black Light
Lanjuttttttt 🥳🥳
2022-07-05
0