" Drey, Tante sama Om udah pergi ? " tanya Zia begitu mereka duduk sambil menunggu pesanan.
" Udah, Zi ... tadi pagi saat gue sidang. " sahut Audrey.
" Kemana memangnya orang tua kamu, Drey ? " tanya Ello perhatian.
" Hmm ... biasa, ada kerjaan mereka yang harus di selesaikan." jawab Audrey.
" Oh, gitu. Yang sabar ya, Drey. Jangan bersedih ... Kan ada aku dan teman - teman kamu. " Ello berusaha menghibur Audrey.
" Gak papa, gue udah terbiasa, kog. Tapi, makasih atas perhatian Lo. " Audrey tersenyum tipis.
" Berapa hari, Drey ... ? " tanya Dea.
" Hmm ... itu yang belum tau, De ... Kayanya kepergian mommy sama Daddy kali ini mungkin lebih lama dari biasanya." mata Audrey terlihat menerawang saat mengatakan ini.
" Bel, dari tadi gue liat sejak di mobil ampe sekarang Lo sibuk chat. Chat ama siapa sih ? Jangan - jangan elo emang udah punya pacar ? "tanya Zia tiba - tiba pada Bella yang memang lagi serius dengan ponselnya.
Perkataan Zia membuat Bella gelagapan. Ia tidak menyangka kalau Zia ternyata memperhatikan sikapnya sejak tadi.
Audrey yang sedang sedih jadi teralih, ia ikut menatap Bella.
Begitu pula dengan Dea dan Ello, mereka juga ikutan melihat ke arah Bella.
Bella yang di tatap dengan serius oleh ketiga sahabatnya dan Ello, mendadak bingung. Ia harus menjawab apa agar mereka tidak curiga. Karena sejak tadi, ia sibuk membalas chat dari seorang pria, pria yang juga menghubunginya waktu di kantin kampus tadi.
Setelah berpikir keras, Bella akhirnya tersenyum karena sudah mendapatkan jawaban apa yang harus di katakan nya pada mereka.
" Resek, Lo Zi ... mana mungkin gue punya pacar. Hidup gue aja udah berat. Gak ada waktu gue buat pacaran, gak seperti kalian yang semua serba ada. Gue lagi balas chat dari tempat kerja baru gue. " bohong Bella lancar.
" Gak percaya gue. Kalau memang dari tempat kerjaan, gak mungkin sejak tadi gue lihat elo senyum - senyum sendiri. " bantah Zia gak percaya.
Jantung Bella berdetak keras mendengar omongan Zia.
" Sialan banget, ngapain sih Zia sampai segitunya merhatiin gue. Sekarang gue harus jawab apa biar mereka gak curiga ? " Bella berkata dalam hati dengan kesal.
" Beneran, Zi ... gue lagi nanya sama teman kerja gue. Kemarin dia bilang ada lowongan kerja di sebuah perusahaan. Kebetulan teman kerja gue, punya saudara disana. Rencananya gue sama dia mau coba ngelamar bareng. Jadi kami lagi nyiapin apa aja yang di butuhkan buat di bawa besok. Itu sebabnya dari tadi gue chat terus." Bella kali ini tersenyum kecil, karena jawabannya sangat meyakinkan.
" Bener, Lo gak bohong ? " Zia memastikan.
" Ya, gak lah ... ngapain juga gue bohong sama Lo semua." bantah Bella cepat dengan wajah di buat serius.
" Baguslah kalau gitu. Awas aja kalau sampai Lo ketahuan bohong. Kitakan udah pernah buat janji, siapapun di antara kita nanti yang duluan punya pacar ataupun mau menikah harus kita berempat yang duluan tahu." ucap Zia dengan nada mulai percaya
" Iya, gue ingat kog. " jawab Bella lega karena gak ketahuan.
Mereka pun kembali membahas hal - hal lain. Malam ini Zia dan Dea akan menginap di mansion Audrey untuk menemaninya. Sedangkan Bella menolak dengan alasan karena harus kerja sampai malam hari jadi percuma saja, ia gak akan bisa nemani Audrey.
Ello yang terus memandangi wajah cantik Audrey, membuat Dea cemburu. Ia berusaha mengalihkan perhatiannya pada hal lain agar tidak terlalu sakit hati.
" Silahkan dimakan, nona ... " ucap salah satu pelayan cafe wanita sambil terus menatap kagum pada Audrey saat selesai menghidangkan makanan yang mereka pesan.
" Terima kasih." jawab Audrey ramah.
Merekapun menikmati makanan dengan tenang. Sesekali mereka tertawa mendengar lelucon yang dikeluarkan Zia dan Ello.
Hingga akhirnya mereka menyelesaikan semua pesanan mereka tadi.
Sementara pelayan wanita yang mengagumi wajah Audrey itu terus memandangi dengan sorot mata berbinar. Hingga tanpa sadar ia semakin mendekat ke arah meja Audrey dan teman - temannya.
" Eh, ngapain Lo ngeliatin teman gue terus. Ada niat yang gak benar Lo ya !" bentak Bella dengan nada kasar melihat pelayan tersebut yang kini sudah berdiri di samping Audrey.
Langsung saja Audrey dan yang lain kini menatap pada pelayan yang dibentak Bella barusan. Audrey tersenyum kecil begitu melihat wajah pucat pelayan tersebut.
" Gak, saya gak ada niat jahat sedikitpun pada nona ini. Saya hanya kagum melihat wajahnya yang sangat cantik. Seperti artis luar negeri. " jawab pelayan itu polos.
Mendengar omongan gadis pelayan itu, Audrey, Zia, Dea dan Ello tak dapat menahan tawanya.
Gadis ini terlihat sangat lugu.
Audrey yakin kalau apa yang dikatakannya barusan itu jujur.
Bella saja yang berpikiran negatif.
Sementara Bella bertambah kesal melihat teman - temannya tertawa pada gadis pelayan itu. Ia melotot tajam ke arah gadis itu. Sebenarnya pelayan ini lumayan manis, hanya karena kurang dana dan perawatan jadi membuat dia tampak biasa saja.
" Gak usah bohong kamu. Tadi saya lihat, kamu ngeliatin tas teman saya. Kamu pasti mau mencuri, ya ... " tuduh Bella sengaja karena kesal melihat teman - temannya tak percaya.
" Udah, Bel ... gak papa kog.
Lagian gak mungkinla dia niat nyuri tas gue. Dia kerja disini, terus cafe inikan ada cctv nya.
Dia pasti dipecat kalau sampai nekat mencuri." bela Audrey karena melihat wajah gadis pelayan itu yang bertambah pucat.
" Lo kebaikan, Drey ... ntar kalau udah kejadian baru nyesal." ujar Bella kesal melihat Audrey.
Mendengar keributan yang terjadi di meja Audrey, manajer cafe langsung datang.
" Maaf, nona Audrey ... ada apa ya sebenarnya. Apa ada masalah dengan pelayanan kami ? " tanya manajer yang memang sudah tahu siapa Audrey.
" Pelayan kamu ini gak sopan.
Dia sepertinya punya niat gak benar sama Audrey teman saya. Tadi dia sepertinya mau mencuri barang Audrey."
Bella yang gak suka dengan pelayan tersebut karena berani membantahnya dan memuji kecantikan Audrey sengaja berkata seperti itu biar dia kena pecat.
Mendengar perkataan Bella, manajer tersebut langsung memarahi pelayan itu, karena ia merasa tak mungkin Bella yang merupakan teman Audrey berbohong.
" Apa benar kamu mau mencuri barang milik nona Audrey ? " bentak manajer itu.
" Gak, gak Pak ... saya tadi hanya memandangi nona ini terus. Saya baru pertama kali melihat ada gadis secantik nona ini. Matanya juga sangat indah. Bapak juga setuju dengan sayakan kalau nona ini sangat cantik. Mungkin nona ini artis." jawabnya gugup dengan jujur.
Manajer dan para pelayan cafe yang kini sudah pada berkerumun di meja milik Audrey langsung tertawa lebar mendengar omongan yang polos dari mulut Rina, nama pelayan itu. Begitu pula dengan Audrey dan yang lainnya. Bahkan tamu - tamu yang ada di cafe itu juga ikutan tertawa. Karena hampir semua yang ada di cafe ini, sudah tahu siapa Audrey. Karena wajahnya sudah sering terlihat di di TV, majalah maupun media sosial sebagai model.
" Maaf, nona Audrey. Rina tidak tahu siapa anda. Dia baru saja kerja di cafe ini dan berasal dari kota K ... dimana tepatnya, kampung kamu, Rina ? " manajer menjelaskan.
" Dari desa W, pak ... " jawab Rina cepat karena gak mengerti apa maksud manajer menyebutkan kota asalnya.
" Itu, nona ... dia dari kampung.
Tolong, maafkan sekali lagi atas kelancangan pegawai saya." manajer berusaha membela Rina.
" Saya gak masalah sama sekali, pak. Teman saya mungkin salah paham tadi. " jawab Audrey ramah dan tersenyum.
" Iya, pak ... kami juga percaya sama omongan gadis ini. Teman saya sepertinya lagi sensi ... hehehe. " Zia menimpali.
Dea juga menganggukkan kepalanya tanda setuju dengan omongan Zia.
Bella mendengus kasar melihat pelayan itu dibela oleh manajer dan teman - temannya.
" Sekarang, kamu minta maaf pada nona Audrey dan teman - temannya. " perintah Manajer pada Rina.
" Maafkan saya nona karena telah menganggu kenyamanan anda dan teman - teman nona." ucap Rina dengan sopan.
" Gak papa, kog. Saya Audrey, Siapa nama kamu ?" ucap Audrey lalu berdiri menghampiri Rina dan mengulurkan tangannya.
Manajer dan pegawai yang lain begitu terkejut melihat apa yang di lakukan Audrey. Mereka tidak menyangka, orang seperti Audrey bersedia mengulurkan tangannya lebih dulu. Apalagi pada seorang pelayan biasa. Mereka tahu betapa terkenalnya Audrey, apalagi orang tuanya dikenal sebagai orang terkaya di negara ini.
" Saya Rina, nona. Maafkan atas kelancangan saya tadi." Rina menjawab sambil membalas uluran tangan Audrey.
Bella yang melihat itu merasa muak. Ia muak dengan sikap Audrey yang sok baik. Apalagi sok baik pada seorang pelayan biasa yang levelnya sangat jauh dibawah mereka.Padahal Bella tak sadar, ia juga bekerja paruh waktu sebagai pelayan di sebuah cafe juga. Ia selalu mendapatkan perhatian yang berlebih dari siapapun. Itu yang membuat Bella semakin muak pada Audrey.
" Udah saya bilang, gak papa. Kamu gak salah sama sekali pada saya. Jadi gak perlu minta maaf.
Saya malah senang bertemu dengan orang seperti kamu.
Kamu mau menjadi teman saya? "
ucap Audrey dengan wajah lembut.
Lagi - lagi yang ada di cafe itu terkejut mendengar perkataan Audrey. Teman - teman Rina kerja merasa kalau ia sangat beruntung. Karena seorang Audrey menawarkan untuk menjadi temannya.
Bella melebarkan matanya, mendengar Audrey berkata seperti itu pada pelayan rendahan seperti Rina. Apalagi melihat tampilannya yang sangat kampungan.
" Cih, Audrey benar - benar munafik. Pasti dia maafin cewek itu karena dipuji cantik. Biar semua orang lihat kalau dia baik." kata Bella kesal dalam hatinya.
Sedangkan Dea dan Zia, juga senang melihat sikap polos dan sopan yang diperlihatkan Rina.
" Mana nomer ponsel kamu, biar kapan - kapan kamu bisa pergi bareng dengan kami." ucap Audrey santai.
Teman - teman Rina mau pingsan mendengar Audrey meminta nomer ponsel Rina. Rina benar - benar beruntung nasibnya.
Siapa yang tidak ingin menjadi teman dari seorang Audrey. Ia bagai selebritis dinegara ini. Selain kaya - raya, ia model dari merk - merk terkenal.
Mommy nya yang juga cantik, seorang designer handal, yang sering mengadakan show-nya di luar negeri. Belum lagi daddynya yang tampan sangat sering
muncul wajahnya dimajalah - majalah bisnis luar negeri. Pokoknya mereka sekeluarga sebuah paket lengkap.
Hanya Rina, yang tidak tahu tentang Audrey. Karena ia baru saja dua Minggu ini berada dikota ini.
Ia baru saja datang dari sebuah kampung kecil dan kebetulan beruntung bisa mendapatkan pekerjaan di cafe terkenal ini yang sering dikunjungi artis - artis ataupun orang - orang kaya seperti Audrey, hanya bermodalkan ijasah SMA dari kampungnya.
" Kog kamu malah melamun, mana nomor kamu ? " tanya Audrey lagi.
Dengan gugup, Rina menyebutkan nomer miliknya.
Audrey lalu mengirim pesan pada nomer Rina agar bisa menyimpannya.
" Hubungi saya jika kamu lagi gak kerja atau sekarang saja. Kamu pulangnya jam berapa ?" kata Audrey yang berniat mengajak Rina ikut menginap di tempatnya bersama Dea dan Zia.
" Maaf, non ... saya selesainya jam tujuh " jawab Rina bingung.
" Oh, kalau gitu nanti kamu hubungi saja nomer saya jika udah selesai kerja biar saya menyuruh supir untuk menjeput kamu. Jadi kamu gak usah susah mencari rumah saya." ucap Audrey senang. Gak tau kenapa, ia suka begitu melihat Rina dari pertama melihatnya. Sepertinya, ia gadis yang baik.
Audrey memang diajarkan oleh kedua orang tuanya untuk berteman dengan siapa saja, tanpa harus melihat perbedaan yang ada. Mau kaya, miskin, jelek, cantik, seagama ataupun tidak ... selagi mereka baik, silahkan.
" Oke, sekarang karena kami udah selesai makannya. Kami pulang dulu ya. Pokoknya saya tunggu kamu di rumah saya." Audrey menyelipkan beberapa lembar uang berwarna merah ditangan Rina untuk tip buatnya.
Rina mencoba menolaknya, tapi Audrey tetap memaksa. Hingga akhirnya, Rina terpaksa menerimanya.
" Pak manajer, makasih atas pelayanannya. Makanan disini memang selalu enak." ucap Audrey dengan wajah puas pada Manajer yang masih berdiri di dekat meja mereka.
" Terima kasih atas pujiannya, nona Audrey. Semoga anda dan teman- teman tidak bosan datang kemari." jawab Manajer senang.
" Baiklah, tentu saja kami tidak akan pernah bosan." ujar Audrey setelah membayar makanan mereka lebih dulu dengan kartu miliknya.
Ello yang sebenarnya ingin membayar tapi ditolak dengan halus sama Audrey, merasa sedikit kecewa. Dengan alasan ini wajib dia yang bayar karena buat merayakan keberhasilan sidang skripsinya tadi. Padahal Ello ingin memberi kesan yang baik di mata Audrey.
Manajer tersenyum lebar karena senang dengan perkataan Audrey.
Bella yang sudah muak melihat ini sejak tadi, memutuskan untuk pamit lebih dulu pada teman - temannya dengan alasan mau pergi kerja.
Mereka pun keluar dari cafe itu.
Sementara Zia masih ingin mengajak Audrey dan Dea untuk melihat butik - butik langganan mereka.
Ello yang agak kelelahan mengikuti mereka bertiga, memutuskan untuk pulang duluan. Lebih baik, besok gue ngajak Audrey pergi berdua aja. Bisa patah kaki gue kalo ngikutin mereka seharian, Ello membatin dalam hatinya.
" Drey, sorry ya ... gue pamit duluan. Tadi mama kirim pesan, mau minta ditemani kerumah saudara." alasan Ello biar Audrey gak curiga.
" Okey, El ... btw Thanks ya udah nemenin kami barusan." jawab Audrey tersenyum kecil.
" Sama - sama, Drey ... gue yang makasih udah dibolehin gabung Ama kalian. " sahut Ello sumringah mendengar omongan Audrey.
" Bye, Drey ... bye semua." Ello pamit lalu berjalan meninggalkan Audrey dan yang lainnya.
" Bye ... " jawab mereka bersamaan.
Dea yang melihat punggung Ello menjauh hanya bisa menghela nafasnya. Sedari tadi ia ingin mencoba ngobrol dengan Ello. Tapi ia urungkan karena Ello selalu menatap ke arah Audrey dengan tatapan cinta di matanya.
" Zi ... udah dong. Mau Lo pakai kemana baju - baju yang barusan Lo beli. Yang kemarin aja pasti belum elo pake kan ?" omel Dea kesal.
" Bawel, Lo ah ... ini semua model baru. Kalo gak dibeli sekarang takutnya nanti keburu abis." jawab Zia gak mau kalah.
Audrey yang melihat perdebatan Zia dan Dea hanya bisa tertawa.
Zia selalu seperti ini, dia yang paling gila belanja diantara mereka.
" Drey, kita pulang duluan aja. Biarin aja Zia belanja sendiri. Dari tadi gak selesai - selesai belanjanya." dumel Dea sambil melotot kesal pada Zia.
" Jangan dengerin dia honey ... Lo harus ikut nemenin gue. Masih ada yang pengen gue cari." rayu Zia pada Audrey.
" Hari ini udahan dulu ya, Zi ... Lo gak kasihan liat gue. Badan gue lelah banget, abis sidang kita langsung kesini. Gue pengen pulang terus mandi. Kalau kita pulang sekarang, nanti kita punya banyak waktu buat ngobrol. Secara elo berdua cuma malam ini aja bisa nginap ditempat gue.
Lusa kan kalian bertiga ada jadwal kuliah. " Audrey berusaha memberi pengertian pada Zia, karena sebenarnya dia juga ingin cepat sampai di mansion. Audrey ingin tahu, kabar dari kedua orang tuanya. Biasanya, mommy dan Daddy nya lebih suka menelepon kerumah kalau sudah sore begini.
Karena kalau tidak ada jadwal catwalk, biasanya Audrey lebih suka di kamar dari pada keluyuran gak jelas. Kecuali teman - teman terdekatnya mengajak Audrey keluar seperti sekarang.
" Ya, udah deh ... benar juga Lo bilang. Badan gue juga udah capek. Secara tadi gue bangunnya pagi banget, biar gak telat melihat Lo sidang." Zia akhirnya setuju dengan perkataan Audrey.
" Gitu dong ... Itu baru Zia namanya, teman gue yang cantik
dan baik hati." Audrey memuji Zia.
Zia tersenyum malu mendengar pujian dari Audrey. Wajahnya memerah karena senang dipuji sama Audrey. Sedang Dea hanya mengulum senyumannya melihat tingkah Zia.
"Yuk, kita pulang." ajak Audrey lalu menggandeng tangan Zia dan Dea.
Sambil tertawa - tawa bahagia mereka bertiga menuju tempat parkir. Kali ini Dea ikut di mobil Audrey. Sedangkan Zia sendirian.
**********************************
* Jangan lupa dukung karya Author terus ya ...
* Jangan lupa beri dukungan yang sebanyak - banyaknya.
* Beri komentar yang bagus dan membangun ya, agar author lebih semangat dalam berkarya.
* Terima kasih 😘😘😘😘😍
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 113 Episodes
Comments
Harry Gusman Black Light
ditunggu lanjutannya
2022-06-20
0