" Hai, sayang." Bella mengecup bibir seorang pria begitu tiba di apartment.
Ya, Bella sengaja ninggalin Audrey dan yang lain demi menemui pacarnya.
" Gimana tadi, jalan - jalan bareng Audrey. Pasti asyik, dong ... " ucap pria itu sambil membalas kecupan di bibir Bella.
" Udah, ah ... males. Gak usah bahas tentang dia dulu. Mending sekarang kita ngerjain yang lain." Bella sengaja memanyunkan bibirnya agar terlihat menggoda.
Reno, yang mengerti maksud Bella segera menggendongnya menuju kamar tidur. Ya, pria itu bernama Reno. Reno lalu mencium bibir Bella dengan penuh nafsu.
Pergulatan diantara mereka berdua pun dimulai dengan gairah yang membara.
Reno yang sudah hampir seminggu ini tidak merasakan tubuh Bella memacunya dengan cepat. Hingga akhirnya Bella melenguh kencang dengan suara serak yang terdengar sexy di telinga Reno, saat ia mendapatkan pelepasannya.
Sementara Reno yang belum mencapai puncak, memacu goyangannya dengan lebih kencang. Dan ia berteriak dengan keras saat akhirnya ia mencapai puncak kenikmatan.
Reno pun memeluk tubuh polos Bella yang masih dipenuhi peluh karena pertempuran mereka.
Bella menciumi tubuh Reno dengan mesra.
Reno yang sedang menutup matanya, menikmati ciuman Bella di tubuhnya. Dengan nakal, Bella membelai pusaka milik Reno hingga membangkitkan kembali gairahnya.
" Jangan memancingku, sayang ... nanti kamu yang gak sanggup menghadapi pusaka punyaku ini." ujar Reno masih tetap memejamkan matanya sambil melenguh nikmat karena ulah Bella.
Reno yang sudah tak bisa menahan nafsunya yang kini sudah diubun - ubun, akhirnya ia kembali menindih tubuh sintal milik Bella. Ia lalu menciumi dengan buas kedua bukit kembar yang menjulang dihadapannya, sementara tangannya sibuk didaerah kewanitaan Bella.
Bella mendesah kenikmatan karena perbuatan Reno, sesekali ia menggelinjang menahan geli di tubuhnya.
" Ah, Ren ... masukkan sekarang." desis Bella yang sudah gak bisa menahan.
" Hmm ... " Reno yang sudah tak bisa berkata - kata segera menghujamkan kembali pusakanya kedalam milik Bella.
Pusakanya dengan semangat menghujam keluar masuk dengan cepat. Sedangkan Bella yang mendapat serangan dari Reno, hanya bisa pasrah mengikuti permainannya.
Hingga pada akhirnya, setelah makan waktu setengah jam lebih, pergulatan merekapun mencapai puncak. Keduanya melenguh dengan keras saat mencapai pelepasan dan Reno kembali merebahkan tubuhnya di ranjang.
Sedangkan Bella yang kelelahan, memejamkan matanya.
" Bel ..." Reno menoleh kearah Bella.
" Hmm ... " jawab Bella lemas tanpa membuka matanya.
" Audrey itu sangat cantik dan juga terkenal. Beneran dia belum punya pacar ?" tanya Reno gak yakin.
Mata Bella langsung terbuka lebar begitu mendengar perkataan Reno. Ia merasa cemburu ketika Reno mengatakan Audrey sangat cantik.
Dengan nada marah, Bella menjawab pertanyaan Reno.
" Memang kenapa kalau dia cantik, kamu suka sama dia ?".
" Bukan begitu maksud aku sayang. Aku hanya gak percaya kalau dia belum punya pasangan.
Secara diakan model kamu bilang, anak tunggal dari pengusaha kaya - raya, dan banyak yang naksir. " Reno menjelaskan agar Bella tidak salah - paham. Karena Reno masih sangat membutuhkan bantuan dari Bella untuk mencapai tujuannya.
Walaupun sebenarnya, hubungan mereka berdua hanya sebatas partner diatas ranjang dan saling
menguntungkan kedua belah pihak, tanpa ada ikatan yang jelas.
Bella membutuhkan uang untuk memenuhi kebutuhannya belanja barang - barang branded agar bisa menyamai gaya Audrey dan yang lain.
Sementara Reno butuh tubuh Bella untuk tempat melepaskan hasratnya yang besar dan hal lain.
Reno tidak ingin main sembarangan wanita di luaran sana. Ia sangat menjaga kebersihan dalam berhubungan intim untuk mencegah terjangkit penyakit kelamin.
Reno selalu mencari tahu dulu wanita - wanita yang ingin dijadikannya simpanan.
Ia mencari gadis yang sangat membutuhkan uang tapi belum pernah melakukan hubungan *** dengan siapapun. Jadi Reno yang pertama mengambil keperawanan mereka. Reno akan menjadikan mereka partner ranjangnya selama yang ia inginkan. Jika mulai merasa bosan, ia segera mencampakkannya dan mengganti dengan yang baru.
Hanya dengan Bella, ia bertahan lebih lama. Tak terasa sudah setahun lebih mereka jadi partner karena ia suka dengan keagresifan Bella kalau sudah di ranjang. Walau selalu kalah, Bella tetap meladeni hasrat Reno yang sangat besar. Beda dengan gadis yang lain, mereka akan menolak jika sudah kelelahan.
Dalam setengah tahun ini, Reno selalu mendengar Bella bercerita dengan nada marah dan benci mengenai Audrey. Hingga akhirnya, ia mencari tahu tentang siapa Audrey. Ketika ia tahu kalau Audrey ternyata anak dari pengusaha Eldric. C, ia pun menjadi lebih semangat untuk mendekati Audrey. Ditambah lagi ada sebuah rencana besar dan hanya Reno dan keluarganya yang
mengetahuinya. Jadi ia sangat semangat untuk bisa segera menjadikan Audrey miliknya.
"Audrey itu munafik, dia sok baik, dan selalu pura - pura jual mahal pada laki - laki yang mengejarnya.
Padahal aku yakin, dia melakukannya hanya buat pencitraan agar namanya semakin terkenal di depan orang banyak." Bella berkata dengan nada marah.
" Ya, kamu udah sering bilang itu ke aku. Tapi kenapa kamu masih tetap berteman dekat dengan Audrey ?"
" Aku terpaksa, karena aku masih butuh bantuannya dan masih bisa menikmati baju gratis dari butik terkenal milik ibunya. Belum lagi kalau jalan sama dia, aku sering di belanjain ... " Bella menjawab sinis.
"Apa dia gak pernah curiga sama sikap kamu ? "
" Makanya itu aku bilang dia munafik. Dia itu selalu berpura - pura baik padaku maupun dengan yang lain. Padahal aku sangat yakin, kalau dia memandang rendah pada kami yang jauh dibawah levelnya. Dan ku pastikan suatu hari, aku akan membuatnya merasakan penghinaan yang kurasakan saat ini." ucap Bella dengan mata penuh dendam.
" Kenapa kamu bisa seyakin itu ?" tanya Reno penasaran.
" Iyalah, karena setiap ada acara besar di perusahaan daddynya, dia gak pernah mengundang aku.
Begitu juga kalau lagi kalau dia fashion show. Mungkin dia malu punya teman miskin kaya aku." sahut Bella dengan wajah memerah menahan marah.
" Oh, kamu sabar aja. Aku akan membuatmu secepatnya biar bisa jadi seperti dia." Reno membelai pipi Bella.
" Baiklah ... " Bella mendadak senang mendengar perkataan yang sering dijanjikan Reno.
" Hmm ... Apa benar, dia belum punya pacar atau jangan - jangan Audrey sudah punya tunangan.
Karena setahuku, orang - orang seperti kami suka dijodohkan dengan anak sesama pengusaha.
Cuma dia gak cerita kekamu dan teman kamu yang lain ?" Reno mencoba memastikan, karena ia masih ragu sebenarnya. Sebab Reno sendiri pernah dijodohkan, hanya saja ia menolak perjodohan itu.
Bella terpikir sejenak mendengar omongan Reno. Tapi rasanya gak mungkinlah, karena Audrey selalu bertukar cerita dengan mereka.
Gak mungkin dia gak cerita kalau udah dijodohkan. Apalagi mereka semua udah berjanji kalau akan memberitahu siapapun diantara mereka nanti yang duluan punya pacar.
" Gak mungkin. Dia itu belum punya pacar apalagi tunangan, gak mungkin banget. Karena dia itu gila belajar. Kuliah aja sampai ngambil dua jurusan yang berbeda. Selesai kuliah ini, ia harus mengurus salah satu perusahaan milik daddy nya.
Lagian, hampir setiap hari kami berempat kumpul bareng." bantah Bella dengan yakin.
Mendengar penjelasan Bella, Reno pun tersenyum puas. Ia semakin yakin, untuk menjadikan Audrey sebagai target selanjutnya.
Audrey itu cantik dan sexy, juga kaya raya. Reno bisa melanjutkan rencananya selama ini dengan tenang.
Jalan Reno akan semakin mudah dengan bantuan dari Bella. Menggunakan rasa iri dan benci Bella terhadap Audrey, rencana yang sudah di susunnya dengan sangat rapi akan semakin cepat terlaksana.
" Jangan bilang kamu senyum - senyum gitu karena lagi bayangin Audrey ! " suara Bella terdengar ketus.
Reno tertawa lalu mengecup bibir Bella agar berhenti marah.
" Bukan dong, sayang ... buat apa aku mikirin dia. Sedangkan di dekatku ada kamu yang lebih hot dalam segal hal." ucap Reno berbohong.
Bella tersenyum lebar mendengar hal ini. Ia sangat senang karena di puji oleh Reno. Selama ini ia bosan mendengar para pria selalu saja memuji kecantikan Audrey.
Selama setahun lebih berhubungan intim dengan Reno, Bella telah jatuh cinta dengannya.
Walau ia tahu dari awal, Reno menegaskan hubungan ini hanya atas dasar saling menguntungkan. Tapi ia yakin, kalau Reno sebenarnya juga mencintainya. Karena ia tahu, Reno gak pernah menjalin hubungan selama ini dengan wanita lain. Biasanya, paling lama bertahan cuma dua bulan. Sementara hubungan mereka sudah setahun lebih.
" Aku percaya sama kamu, kamu gak mungkin suka sama perempuan sok suci seperti Audrey." ucap Bella yakin sambil memeluk Reno.
" Itu kamu tahu. Aku sukanya gadis liar dan sexy kaya kamu, sayang ... " gombal Reno.
Lagi - lagi Bella merasa bahagia mendengar perkataan Reno.
Ia lalu mengecup bibir Reno dengan sepenuh hati.
Reno tertawa dalam hati melihat sikap Bella. Ia membalas ciuman Bella singkat. Karena masih ada yang lebih penting dari ini sekarang.
" Tapi, sayang gimana caranya aku bisa kenal sama Audrey ? " tanya Reno sengaja memandang Bella mesra.
" Nanti aku pikirin dulu caranya. Soalnya gak gampang dekatin dia.
Kamu kan tahu dia sok jual mahal kalau di dekati cowok ... Munafik kan. Padahal sengaja tuh dia, biar mereka makin penasaran." ucap Bella sirik.
" Santai aja, sayang ... aku tahu cara menangani cewek seperti dia" jawab Reno yakin.
" Baiklah, tapi ingat kamu jangan sampai jatuh cinta sama Audrey ya sayang. Bisa besar kepala dia nanti bisa dapetin kamu." Bella melototkan matanya.
" Hehehe ... Gak usah khawatir. Kamu harus yakin dengan kemampuanku. " jawab Reno percaya diri, karena selama ini para wanita yang selalu jatuh cinta pada pesonanya.
" Aku sih yakin sama kamu. Tapi aku gak yakin sam si munafik Sik baik itu." sahut Bella ketus.
" Itu gak usah kamu pikirin, sekarang yang penting biar aku menjalankan rencana yang telah kita buat secepatnya. Aku mau mandi, kamu gak bareng ? " tanya Reno sambil matanya mengerling nakal pada Bella.
" Gak, ah ... aku mau cepat pulang.
Tadi aku ngasi alasan sama mereka kalau aku kerja.Takutnya mereka nyusul kesana." jawab Bella menolak ajakan Reno.
Bella memakai kembali pakaiannya yang berserakan di lantai.
" Okey, hati - hati dijalan." Reno memberikan lembaran uang berwarna merah yang terikat pada Bella.
Melihat lembaran uang yang di berikan Reno, Bellapun memberikan kecupan di bibir Reno. Ia yakin kali ini jumlah uang yang di berikan Reno pasti sama banyaknya dengan kemarin.
" Dah, sayang ... " pamit Bella.
" Tutup pintunya ya waktu kamu keluar ... Aku mau langsung mandi. "
" Okey ... " Bella melangkah keluar dari apartment mewah milik Reno.
Tak lupa ia menutup pintu seperti di perintahkan Reno tadi.
Begitu dalam taxi, Bella menghubungi nomer ponsel Zia.
" Halo, Zi ... kalian udah di mansion Audrey ? " tanya Bella begitu panggilannya tersambung.
" Iya, nih gue lagi di kamar bareng Audrey sama Dea. Lo masih di tempat kerja ? " tanya Zia.
Audrey dan Dea juga ikut mendengarkan.
" Gue ijin tadi ... cuma masuk sebentar aja. Gue mau bareng kalian di mansion Audrey. Gak enak juga gue tadi ninggalin kalian." jawab Bella berbohong.
" Ya, udah ... kalau gitu cepat Lo kesini. Ntar malam kami mau keluar." ucap Zia semangat.
" Okey, gue kesana sekarang ya." Bella lalu memutuskan pembicaraan diantara mereka.
Bella sengaja akhirnya memutuskan buat pergi kemansion Audrey. Dari pada ia harus sendirian di apartmentnya.
Lagian ia harus mencari cara agar Audrey bisa secepatnya bertemu dengan Reno. Supaya rencana mereka segera di jalankan.
Ia tersenyum dengan perasaan senang, membayangkan jika hal itu terjadi.
Bella tak perlu bersusah payah lagi bekerja, jika sudah hidup seperti Audrey.
" Eh, Drey ... jadi gak cewek yang di cafe tadi datang kesini ? " Dea menanyakan Rina.
" Jadi, De ... ini barusan Rina ngirim pesan. Udah dekat, kog dia bilang." jawab Audrey.
" Loh, tapi tadi dia bilang selesainya jam tujuh ? " tanya Zia heran.
" Rina bilang, dia dapat dispensasi dari manajer cafe untuk cepat pulang. " jelas Audrey.
" Oh, pantes ... pasti seru nih.
Kita nanti pergi berlima. Aku juga suka liat Rina, baik dan polos orangnya." ujar Zia.
" Ya, udah ... mandi dulu sana.
Gue Ama Dea mau kebawah." Audrey menarik tangan Zia dari tempat tidur.
Sedari tadi Zia hanya rebahan, sementara Audrey dan Dea langsung mandi begitu tiba di mansion.
" Nanti aja sekalian dekat waktu kita mau keluar.
Males gue bolak - balik mandi." tolak Zia. Ia malah mengikuti langkah Audrey dan Dea yang menuju lift.
" Ih, jorok lo, Zi ... " ejek Dea.
" Biarin, tapi tetap cantik kan " jawab Zia gak mau kalah sambil bergaya seperti model, lalu tertawa.
Audrey dan Dea ikut tertawa melihat ulah Zia.
" Bik ... tadi Mommy sama Daddy
ada telepon ? " tanya Audrey pada bik Imah begitu sampai di meja makan.
" Ada non, tapi non Audrey belum pulang. Nyonya bilang nanti malam mau telepon lagi. " jawab Bik Imah.
" Jam berapa bik ? Soalnya saya dan teman - teman malam mau keluar. " tanya Audrey lagi.
" Tadi Nyonya Elif bilang, kalau gak jam 11, jam 12 .... selesai kerjaan Tuan dan Nyonya. " Bik Imah menyampaikan seperti yang dikatakan mommy Audrey padanya.
" Oh, baiklah. Saya juga gak lama kog keluarnya. " kata Audrey tersenyum.
Buk Imah menyuruh pelayan lain untuk menaruh beberapa cemilan dan jus di meja makan.
Zia langsung menyerbu begitu melihat cemilan kesukaannya.
Dea dan Audrey hanya tersenyum melihat wajah Zia yang serius mengunyah cemilan tersebut.
" Pak, ini benar rumah non Audrey ? " tanya Rina dengan muka kaget begitu memasuki halaman mansion Audrey.
" Hehehe ... Itu halamannya,non ... mansion nya masih jauh di belakang." jawab Pak Supir tertawa melihat wajah kaget Rina.
" Haa ... halamannya segede ini ?"
tanya Rina tak percaya.
" Iya, non ... " jawab Pak Supir masih tertawa.
Rina yang masih tak percaya dengan penglihatannya, memperhatikan dengan seksama dari dalam mobil.
" Udah sampai, non ... Non, jalan aja sedikit. Nanti kalau keliatan kog pintu mansion Nona Audrey." Pak Supir menjelaskan.
" Oh, iya pak. Makasih ya ... " ucap Rina lalu berjalan keluar dari mobil.
Rina lalu menelepon nomer Audrey, memberitahukan kalau ia sudah tiba di mansion milik Audrey.
" Halo, non ... saya sudah di depan pintu rumah nona." ucap Rina segan.
" Oh, udah nyampe ya. Bentar saya kesana. " jawab Audrey ramah.
" Iya, non ... " jawab Rina.
" Rina udah nyampe tuh, gue bukain pintu dulu." Audrey berkata pada Zia dan Dea.
" Kami ikut .... " sahut Zia dan Dea.
Mereka bertiga berjalan menuju pintu mansion. Bik Imah tersenyum melihat Audrey terlihat bahagia bersama teman - temannya. Walaupun ia sebenarnya iba melihat Audrey harus berpisah lama dengan kedua orang tuanya.
" Masuk, Rin ... " sambut Audrey begitu melihat Rina berdiri dengan gelisah.
" Baik, non ... " Rina pun melangkahkan kakinya masuk ke dalam mansion.
Matanya hampir melompat keluar melihat begitu mewahnya mansion Audrey.
Ia seperti memasuki sebuah istana. Matanya terus memandang dengan kagum, hingga tak sadar menabrak badan Audrey yang berhenti berjalan karena lucu melihat tingkah Rina.
" Aduh ... maaf non, saya gak sengaja. " ucap Rina gak enak karena menabrak badan Audrey.
" Hahaha .... kamu lucu, Rin." sahut Zia tertawa.
Rina tampak malu mendengar perkataan Zia. Ia merasa sangat tidak pantas berada di dekat Audrey dan teman - temannya.
" Gak papa ... Kamu udah makan ?" tanya Audrey lembut.
" Tadi udah, non ... " jawab Rina dengan sopan.
" Hmm ... Lo berdua mau makan sekarang atau makan di luar aja ?" tanya Audrey beralih ke Zia dan Dea.
" Gue masih kenyang makan cemilan tadi. Kalo gak gue pasti makan, secara makanan di sini gak ada yang gak enak. Tapi berhubung kita mau keluar, dengan sangat terpaksa gue harus meredamnya. Lo juga kan , De .... " ucap Zia sok serius.
" Iya, perut gue juga udah penuh, nih. " sahut Dea membenarkan perkataan Zia.
" Ya, udah ... kalau gitu kita ke kamar gue aja lagi, sambil nungguin Bella. " ucap Audrey lalu merangkul Rani agar berjalan mengikutinya.
Rina terkejut mendapat perlakuan seperti ini. Ia menjadi bertambah kagum melihat Audrey. Audrey benar - benar baik, ia tidak merasa jijik berdekatan dengan Rina yang hanya seorang pelayan cafe biasa.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 113 Episodes
Comments
Harry Gusman Black Light
ditunggu lanjutannya mbak
2022-06-20
1