" Mom ... Audrey boleh nanya, gak ?" sambil rebahan di tempat tidur.
" Mau nanya apa, baby ... ? "
" Erland itu orangnya gimana sih ?"
" Dad ... ada yang mulai penasaran nih Ama calon suami ... " Mommy menggoda Audrey.
" Eh, bukan gitu maksud Audrey, mom ... " kata Audrey sambil manyun.
" Hehehe ... gak papa honey. Bagus, kalau kamu bertanya." Daddy ikut bersuara.
" Eh, tunggu dulu ... sebelum bahas Erland. Mommy mau nanya persiapan kamu buat sidang besok, gimana ... lancarkan ? " tanya Elif.
" Insya Allah semua lancar, mom ... udah, mommy sama Daddy tinggal terima kabar bagus, deh ... hehehe." jawab Audrey yakin.
" Alhamdulillah ... begitu kamu selesai sidang, kami harus segera pergi ya, baby. Karena ini gak bisa di tunda lebih lama lagi." kata Elif lembut sambil mengelus rambut anaknya.
Audrey langsung terdiam mendengarnya. Sebenarnya ia masih gak rela buat mengijinkan orang tuanya pergi.
Tapi ia juga tahu, urusan Daddy dan mommy nya sangat banyak. Terlebih lagi mereka harus menemukan bukti - bukti yang lengkap dari dalang perencanaan pembunuhan yang di tujukan pada mereka. Selagi itu belum ditemukan pasti kedua orang tuanya gak akan tenang.
Mungkin memang Audrey harus ikhlas untuk membiarkan pergi besok. Agar mereka sekeluarga bisa hidup lebih tenang tanpa harus ada khawatir sedikitpun.
Setelah mengambil keputusan yang sulit, akhirnya ia membolehkan mereka untuk pergi.
" Baiklah ... Mom, dad kalian boleh pergi besok tapi harus janji sama Audrey untuk segera kembali kesini." kata Audrey menghela nafas pelan.
" Insya Allah ... doakan aja yang terbaik buat mommy sama Daddy ya baby ..." jawab Elif tersenyum.
" Honey, kami akan segera kembali jika dapat menyelesaikannya. Tapi walaupun kami mungkin tidak bisa kembali ... Daddy, harap kamu jangan bersedih. Kamu harus tetap tegar." Eldric menatap wajah anaknya yang sedang tiduran di kamar mereka dengan tatapan yang susah di artikan.
" Maksud Daddy ... ? " tanya Audrey.
" Ah, gak ... gak ada maksud apa - apa. Tapi sepertinya kalau kamu udah selesai wisuda, Daddy mau pensiun aja biar kamu sama Kevin yang mengelola perusahaan." Eldric mengalihkan pembicaraan.
" Okey, dad ... Daddy boleh pensiun biar bisa pacaran tiap hari sama mommy, iya kan mom ... hehehe." jawab Audrey senang.
" Iya, dong ... " Elif ikut tertawa
" Tapi jadi pemimpin di perusahaan itu gak mudah, kamu harus kuat mental. Jangan takut menghadapi apapun. Kamu harus jadi wanita pemberani, tegas." nasehat Eldric.
" Siap, boss ... laksanakan." ujar Audrey bangkit dari tidurannya.
Eldric dan Elif tertawa mendengar anaknya sudah kembali ceria. Biarlah hanya mereka berdua yang tahu, sebenarnya masalah yang sedang mereka hadapi tidaklah semudah yang mereka katakan Audrey.
" Sekarang, masih ingin tahu gak tentang Erland ... ? " tanya Elif menggoda Audrey.
" Hmm ... bolehlah." jawab Audrey cuek.
" Biar Daddy aja yang cerita. Karena Daddy lebih sering berhubungan dengan Erland." kata Eldric.
Audrey hanya menganggukkan kepalanya begitu mendengar perkataan Eldric.
" Erland, sama seperti kamu. Dia juga anak tunggal. Dia anak yang baik, sangat tampan dan sexy ... pasti kamu langsung jatuh cinta kalau melihat dia... hahaha." Eldric menjelaskan lalu tertawa.
" Apaan sih dad ... ? " ujar Audrey malu.
" Benar, honey ... Daddy gak bohong. Dia memang sangat tampan, tapi lebih tampan Daddy, sih ... Iyakan, mom ? " canda Eldric.
" Iya, dong ... suami mommy mana ada yang bisa ngalahin ketampanan nya." balas Elif sambil senyum.
" Aduh, pusing deh ... punya Daddy sama mommy bucin banget." keluh Audrey sambil menggaruk kepalanya.
"Harus, kamu juga nanti harus seperti itu jika sudah menikah dengan Erland. Kamu harus benar - benar mencintainya karena Erland juga sangat mencintai kamu." kata Eldric dengan mimik berubah serius.
" Daddy sok tahu banget." kata Audrey sambil memanyunkan mulutnya.
" Daddy bisa melihat tatapan mata Erland terlihat begitu berbinar jika sedang membahas tentang kamu." Eldric meyakinkan Audrey.
" Hmm ... apa Daddy sering ketemu sama dia ? " tanya Audrey.
" Ya, setiap Daddy dan mommy ke sana sesekali kami ketemu. Dia sangat sibuk, jadi tidak bisa terlalu sering. Bahkan enam bulan yang lalu, Erland ada datang ke Indonesia buat urusan bisnisnya selama tiga hari dan dia menyempatkan untuk datang melihat kamu di kampus." kata Eldric menjelaskan.
Audrey terperanjat mendengarnya. Ia jadi sedikit penasaran dengan sosok Erland. Kalau memang dia datang ke kampus dan melihat Audrey berarti dia sengaja meluangkan waktunya yang sibuk hanya untuk melihat Audrey walau dari kejauhan.
Audrey berfikir dengan keras dan coba mengingat kembali,apa dia pernah berjumpa dengan sosok asing di kampusnya. Tapi walaupun sudah berusaha namun ia tetap merasa tidak ada gunanya.
" Apa yang sedang kamu fikir kan, baby ... ? " tanya Elif melihat Audrey melamun.
" Eh, gak ada mom ... hanya heran aja. Kog bisa dia tahu Audrey kuliah di sana ? " Audrey mengerutkan keningnya.
" Apa yang Erland gak tahu tentang kamu, honey ... semua kalau mengenai kamu dia mengetahuinya. Bahkan Daddy sama mommy saja mungkin kalah... hahaha." Eldric merasa lucu jika mengingat wajah Erland yang sering membahas Audrey.
" Kog bisa ... ? " Audrey jadi tambah penasaran.
" Cie ... ada yang mulai penasaran, nih sepertinya dad .... " goda mommy melirik Audrey.
" Ih, mommy ... apaan, gak gitu juga kali." rengek Audrey manja.
" Hahaha ... penasaran ? gak papa juga mom ... malah baguskan kalau penasaran sama calon suami sendiri." Eldric ikut
menggoda Audrey.
" Udah, ach ... Audrey tidur aja." sambil pura - pura merajuk Audrey kembali merebahkan dirinya ke tempat tidur.
" Jangan ngambek dong, honey.
Daddy sama mommy cuma bercanda." Eldric kini duduk di samping Audrey berbaring.
Audrey pura - pura gak mendengar perkataan Daddy Eldric sambil menutup ke dua matanya.
Melihat anaknya pura - pura tidur, Daddy Eldric dan mommy Elif menahan tawa dan semakin berniat untuk menggodanya.
" Mommy tahu gak, waktu Erland melihat Audrey di kampus, sebenarnya dia ingin menghampiri. Tapi karena ingat dengan janjinya pada kita kalau ia akan menemui Audrey secara langsung satu tahun lagi, jadi dia mengurungkan niatnya." Eldric berkata dengan melirik anaknya.
" Oh, gitu ya honey ... sayang banget. Harusnya Erland menghampiri Audrey saja. Tapi Erland memang pria sejati, ya dad ... dia tetap ingat dengan janjinya. " Elif menambahi perkataan suaminya.
" Sifatnya yang selalu menepati setiap perkataan yang di ucapkan, hal inilah yang membuat Daddy yakin kalau Erland adalah pria yang tepat untuk menjaga Audrey."
" Daddy benar."
" Mommy ingat ... waktu Audrey dan Erland masih kecil mereka sering bermain bersama. Erland dengan sabar menemani Audrey, bahkan ia pernah terluka karena terjatuh demi menolong Audrey."
" Iya, mommy ingat dad ... kalau gak ada Erland, mungkin saat itu anak kita yang terluka. " kata mommy mengingat kejadian itu.
" Saat itu Erland bilang ke kita dan orang tuanya kalau dia akan selalu melindungi Audrey, karena Audrey istrinya ... hahaha." Eldric tertawa lucu mengingat hal itu.
" Hahaha ... Iya. Waktu itu kita dan orang tuanya hanya menganggap Erland bercanda karena masih kecil. Tetapi ternyata dia serius, Erland meminta untuk membeli cincin buat Audrey dan dia. Bahkan minta nikah saat itu juga ... hahahaha. " mommy sangat lucu kalau mengingat hal itu.
Audrey yang penasaran, dengan posisi masih pura - pura tidur terus mendengarkan pembicaraan kedua orang tuanya. Akhirnya karena gak bisa menahan rasa ingin tahunya, Audrey segera membuka mata dan duduk di antara Elif dan Eldric.
" Dad ... jadi waktu kecil Audrey sudah pernah ketemu sama dia ?" tanya Audrey langsung.
Eldric dan Elif tak dapat menahan senyum melihat Audrey yang kini duduk di samping mereka.
" Eh, anak mommy udah bangun ?" goda Elif.
" Udah, deh mom ... pasti mommy sama Daddy tahu kalau Audrey cuma pura - pura tadi." jawab Audrey merengut.
" Hahahaha .... " Elif dan Eldric pun tertawa mendengarnya.
" Udah puaskan ngetawain Audrey, sekarang jawab dong pertanyaan Audrey barusan ... " ucapnya kesal.
" Hehehe ... Ya, kamu dan Erland sering bertemu waktu kecil." jawab Eldric akhirnya.
" Kapan ... ? Kog Audrey gak ingat namanya ? " tanyanya lagi.
" Waktu kamu masih sangat kecil. Usia kamu baru dua tahun sedangkan Erland, enam tahun. Waktu itu kita masih tinggal di Indonesia." ucap Eldric menjelaskan.
" Oh ... terus ? " tanya Audrey.
" Saat itu Erland sering datang dan bermain sama kamu. Bahkan pernah sampai menginap di mansion kita karena dia ingin bersama kamu." kata Eldric.
Dengan serius Audrey mendengarkan apa yang di katakan oleh Daddy Eldric. Sementara mommy Elif senyum sendiri melihat wajah anaknya.
" Kita juga pernah menginap di mansion keluarga Erland. Nah, pada saat itulah kamu hampir terjatuh dan Erland menolong kamu hingga akhirnya dia yang jatuh dan terluka." lanjut Eldric.
" Lalu kenapa dia menetap di Inggris ? " tanya Audrey ingin tahu.
" Karena orang tuanya harus mengelola perusahaan milik kakeknya yang tiba - tiba meninggal karena sakit." jawab Eldric.
" Kalau gitu, udah lama dong mereka menetap di sana.Berarti, dia kan udah lama gak ketemu sama Audrey. Jadi kenapa bisa kami di jodohkan ? " tanya Audrey heran.
" Waktu kamu hampir jatuh itu sebenarnya Erland sudah pernah memberi kamu cincin dan mengatakan pada kami kalau kamu adalah istrinya. Pada saat itu kami dan ke dua orang tuanya hanya tertawa mendengarnya. Karena kami pikir itu cuma omongan anak kecil. Walaupun sebenarnya kami semua memang berniat menjodohkan kalian setelah dewasa. Hingga sebelum orang tuanya meninggal karena kecelakaan, mereka sempat menghubungi Daddy untuk meminta agar segera menikahkan kalian saat usia Erland dan kamu sudah cukup dewasa." Eldric menceritakan dengan panjang.
" Hmm ... apa dia mau karena permintaan terakhir dari orang tuanya ? " tanya Audrey karena mendengar cerita daddynya.
" Bukan, ternyata dia masih mengingat perkataannya waktu masih kecil pada kami. Erland mendatangi daddy yang waktu itu sedang berada di perusahaan kita yang di sana dan meminta agar bisa menikah denganmu." ucap Eldric menerangkan.
" Kenapa Daddy menyetujui permintaannya ? " tanya Audrey.
" Karena Daddy sangat yakin kalau dia benar - benar mencintai kamu dan bisa menjaga kamu dengan baik." tegas Eldric.
" Seperti apa sifatnya ?" tanya Audrey mencari tahu.
" Baik, otaknya pintar, tegas dan dingin." jawab Eldric.
" Dingin ... ?" tanya Audrey dengan wajah bingung.
" Ya, tadinya Erland anak yang hangat, suka tertawa ... tapi sejak ke dua orang tuanya meninggal, dia berubah menjadi pendiam dan dingin pada sekitarnya. Saat itu Erland masih berusia 16 tahun. Tapi dia tetap sopan dan hormat ketika bertemu dengan Daddy." Eldric terlihat agak sedih ketika mengingat perubahan yang terjadi pada anak sahabat dekatnya tersebut.
Audrey merasa iba mendengar cerita daddynya. Ternyata Erland telah kehilangan ke dua orang tuanya pada saat dia masih sangat muda. Wajar dia bisa berubah menjadi seperti yang di katakan daddynya.
Audrey langsung memeluk kedua orang tuanya. Ia merasa gak akan siap dan bisa bersikap seperti Erland jika harus kehilangan orang tuanya.
" Kenapa, baby ...? " tanya mommy Elif yang juga sedang memeluk Audrey.
" Audrey gak bisa membayangkan jika Audrey harus kehilangan Daddy dan mommy seperti yang di alami Erland." jawabnya sedih.
Eldric dan Elif saling memandang satu sama lain mendengar yang dikatakan Audrey. Mereka juga merasakan sedih seperti yang di rasakan Audrey saat ini.
Walaupun dalam beberapa hari ini, mereka merasakan perasaan yang tidak enak mengingat kepergian kali ini. Tapi mereka tetap mencoba menenangkan perasaan Audrey dengan membelai lembut wajah dan menciumnya.
" Baby, kita semua gak ada yang tahu apa yang akan terjadi besok. Jadi mau gak mau, siap gak siap kita harus ikhlas dan kuat." ucap Elif lembut.
" Benar apa yang mommy kamu katakan. Kita harus ikhlas, kuat, dan tegar. Seperti Erland, dia pasti sangat bersedih dan kehilangan karena kepergian orang tuanya. Tapi dia tetap bersikap kuat demi melanjutkan keinginan orang tuanya. Melanjutkan memimpin perusahaan pada usia masih sangat muda. Bahkan dia mampu membangun bisnis - bisnis besar lainnya." Eldric menambahkan perkataan istrinya.
" Kamu juga mulai sekarang harus menyiapkan diri, karena tidak lama lagi kamu adalah pemilik dan pemimpin perusahaan. Kalau kamu lemah, kamu akan mudah di hancurkan. " ujar Elif.
" Jangan lupakan pesan kami, pakai nama tengah kamu Kimberly. Jangan mudah percaya pada siapapun. Di dunia bisnis, bahkan saudara kandung pun bisa saling membunuh apalagi cuma sekedar teman." Eldric mengingatkan Audrey.
" Semua sudah kami siapkan dengan teliti. Jadi orang - orang yang pernah berniat jahat pada kami tidak akan mengetahuinya." Eldric menambahkan lagi.
Audrey hanya diam mendengar perkataan mommy dan daddynya.
Ia mengerti maksud dari perkataan mereka, namun ia merasa belum bisa setegar Erland.
" Daddy akan memberikan nomer Erland, agar bisa segera menghubunginya jika suatu hari kamu sangat membutuhkan bantuannya." Eldric lalu mengambil ponsel Audrey, lalu mengetik nomer ponsel dan mansion Erland.
" Dad, mom ... " rengek Audrey.
" Daddy juga sudah menuliskan nama siapa - siapa saja orang kepercayaan Daddy yang bisa kamu percaya dan bisa membantumu." Eldric terus memberikan pesan pada Audrey agar mengingatnya.
" Udah, ach .... jangan serius - serius banget. Mommy gak mau kita jadi sedih kaya gini. Besok kamu harus sidang jadi jangan biarkan wajah anak mommy yang cantik ini jadi jelek karena banyak kerutan. Mommy yakin kamu akan lulus dengan nilai terbaik." ujar Elif segera mengalihkan pembicaraan begitu melihat wajah anaknya yang hanya diam sejak tadi.
" Oh, iya ... Daddy lupa. Kemarin kami telah membeli sebuah hadiah buat kelulusan kamu." Eldric lalu bangkit dari tempat tidur lalu mengambil dua buah kotak tempat perhiasan.
" Mommy yakin kamu pasti suka melihatnya." Elif berkata sambil tersenyum.
" Ini, honey ... coba lihat, apakah kamu suka apa tidak dengan pilihan kami. " Eldric memberikan salah satu kotak perhiasan pada Audrey.
Audrey segera menerima kotak tersebut dan segera membukanya. Matanya terlihat berbinar begitu melihat isi kotak tersebut. Satu set perhiasan berlian yang pernah mereka lihat waktu pameran beberapa waktu yang lalu.
Saat itu Audrey melihatnya dengan tatapan kagum, tapi karena melihat harganya yang sangat mahal Audrey cuma mengagumi saja. Ternyata Daddy mengetahuinya dan membelikan sebagai hadiah buat kelulusannya.
" Daddy, mommy ... makasih." ucap Audrey terharu.
" Kamu suka, honey ? " tanya mereka bersamaan.
Audrey dengan cepat menganggukkan kepalanya.
Tapi ia jadi penasaran, tadi Daddy mengambil dua buah kotak. Satu sudah diberikan padanya. Terus yang satunya lagi itu apa ?
" Kamu pasti penasaran kan sama kotak yang satu ini ? " kata mommy mengulum senyum.
Audrey tersenyum kecil karena malu, mommy nya selalu tahu apa isi pikirannya.
" Ini baby ... " Elif mengambil kotak tersebut dari tangan Eldric lalu memberikan pada anaknya.
Karena sangat penasaran, Audrey segera membukanya. Matanya terbelalak begitu melihat sebuah cincin anak - anak. Dahinya langsung berkerut melihat ini.
" Itu cincin yang di berikan Erland saat kalian masih kecil." ujar Elif melihat mata bingung anaknya.
Mulut Audrey terbuka lebar mendengar perkataan mommy.
Ia benar - benar gak percaya melihatnya.
" Mulai sekarang kamu yang menyimpannya, tugas mommy dan Daddy sudah selesai untuk menjaganya." lanjut Elif.
" Udah, ya ... kagetnya. Sekarang saatnya kita tidur. Besok kamu harus sidang skripsi. Biar kamu segar besok bangunnya."
Audrey hanya bisa mengangguk tanpa bisa mengucapkan sepatah katapun karena belum bisa menghilangkan rasa terkejutnya.
Mereka bertiga pun berpelukan di tempat tidur seakan ini merupakan pelukan terakhir.
**********************************
" Maaf ya ... lama baru bisa up - loadnya.
* Jangan lupa like & koment nya ya.
* Jangan lupa support terus Author biar lebih semangat lagi &
nantikan keseruan di episode² berikutnya. 🥰🤩
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 113 Episodes
Comments
Harry Gusman Black Light
mantap...ditunggu lanjutannya ya mbak
2022-06-20
0