" Sialan, tuh si kulkas ... " ucap Zia kesal.
" Iya, benar banget lo Zi ... " timpal Bella.
" Sorry ya honey ... tadi gue gak bisa bantu kalian berdua. " kata Audrey sambil merangkul Zia dan Bella. Dea pun juga ikutan memeluk teman - temannya.
" Bukan salah Lo, Drey ... si Kulkas itu aja yang kebangetan killer nya." jawab Zia.
" Iya, gak sangka gue tadi ujian ... kalo tau gue udah nyiapin contekan. " Bella berceloteh sambil tertawa.
Mendengar perkataan Bella, mereka bertiga pun ikutan tertawa.
" Drey, jam berapa Lo ketemu Ama Doping skripsi ? " tanya Dea.
" Nih, bentar lagi. " jawab Audrey.
" Abis ini kami bertiga masih ada kelas lagi. Lo gak papa kan sendiri nunggunya honey ? " tanya Zia.
" Ya, gak papa lah ... kaya anak kecil aja harus ditemani emaknya," Audrey menjawab lalu tertawa.
" Lo kan emang masih kecil dibandingkan kami ... hehehe." ledek Zia.
" Iya sih .. tau gue kalo Lo udah tua, Zi ... ," balas Audrey.
" Sialan Lo ... " umpat Zia pura - pura marah.
Audrey cuma tersenyum melihat Zia.
" Udah ah, gue mau ketemu doping dulu. Ntar menghilang lagi tuh, dosen." kata Audrey.
" Setan dong bisa menghilang." celetuk Zia.
Audrey dan yang lain pun tertawa lebar mendengar candaan yang di ucapkan Zia. Zia memang yang paling konyol dan paling cepat emosi di antara mereka berempat.
" Gila, lo ya Drey ... gue aja yang yang cuma ngambil satu jurusan. Kepala udah mau pecah.
Nah, Lo ... ngambil 2 jurusan, dua - dua nya udah selesai. Otak Lo terbuat dari apa sih, honey ? " ucap Zia kagum.
" Tau, nih Audrey ... Apa sih yang Lo cari ? Orang tua kaya - raya, Lo anak tunggal jadi tuh kekayaan cuma buat Lo sendiri. Kalo gue jadi Lo, gue tinggal nyantai nikmatin hidup." Bella menimpali dengan nada iri.
" Yang kaya kan orang tua nya bukan Audrey. Benar kan, Drey ... ?" ujar Dea.
" Benar banget De ... gue pengen berhasil dan di akui karena kemampuan sendiri. Jadi, kalau suatu saat gue harus meneruskan perusahaan Daddy ... gak akan buat orang tua gue malu." jawab Audrey lugas.
" Girls, gue jalan dulu udah waktu nya nih .. " ucap Audrey lagi.
" Ya udah ... ntar kita ketemuan lagi setelah urusan Lo selesai. Kami juga mau masuk kelas." balas Zia.
" Oke ... bye. " jawab Audrey.
Lalu ia pun bergegas pergi menjauh dari teman - temannya.
" Yuk ah masuk kelas ... gue mau belajar biar pintar kaya Audrey." ucap Zia dengan mimik dibuat serius.
" Hahaha ... gaya Lo Zi. " Dea dan Bella tertawa.
Audrey yang sudah sampai di ruangan doping nya terkejut melihat Pak Abdi juga berada disana.
Ia mendadak khawatir, jangan - jangan Pak Abdi mau memarahi nya karena hal tadi.
" Permisi pak ... ada yang ingin saya tanyakan sama bapak. " ucap Audrey pelan.
" Baik ... tapi Pak Abdi tadi ijin ke saya buat bicara sama kamu. sebentar. " jawab Pak Rizal dosen pembimbing Audrey.
Audrey tidak bisa menutupi rasa terkejut nya mendengar perkataan dopingnya. Ia pun melirik kearah Pak Abdi dan ternyata Pak Abdi juga sedang menatapnya dengan tatapan serius.
" Aduh .. mati gue. Pasti Pak Abdi marah karena hal tadi." ucapnya dalam hati.
" Audrey ... " panggil Pak Abdi.
" Eh, Iya pak ... " jawab Audrey terkejut.
" Bisa saya bicara sama kamu ? "
tanya Pak Abdi dengan nada dingin.
" Bisa Pak .... Silahkan." jawab Audrey dengan cepat menutupi rasa khawatirnya.
" Tapi bukan disini, di ruangan saya. " ucap Pak Abdi melihat Audrey.
Audrey melihat kearah dosen pembimbingnya begitu mendengar perkataan yang baru diucapkan oleh Pak Abdi. Tapi dopingnya cuma mengangguk pelan ke arah Audrey.
Dengan menarik napas pelan, ia pun menganggukkan kepalanya.
" Baik, Pak ... Tapi maaf sebenarnya saya harus segera ke Fakultas Desaign begitu selesai dengan Pak Rizal." jawabnya.
" Saya tahu. " jawab Pak Abdi singkat.
" Permisi, Pak Rizal .. saya pinjam sebentar mahasiswi kesayangan bapak." ucap Pak Abdi mencoba bercanda.
" Hahaha ... Silahkan, Pak Abdi bisa aja. " jawab Pak Rizal tertawa.
Pak Abdi melangkah keluar dari ruangan yang terpaksa diikuti oleh Audrey dari belakang. Ia sudah dapat menduga apa yang akan dikatakan Pak Abdi nanti padanya.
Begitu mereka hampir sampai di depan ruangan Pak Abdi, Audrey heran melihat Pak Abdi tiba - tiba menghentikan langkahnya. Hingga tak sengaja kepala Audrey membentur dada Abdi.
" Maaf .. Maaf pak, saya gak sengaja. " ucap Audrey gugup.
" Hmm .. Lain kali kalau jalan hati - hati. " jawab Abdi menutupi tawanya agar tidak keluar melihat wajah Audrey yang merah karena gugup.
" Baik, Pak ... " jawab Audrey cepat.
" Silahkan masuk .. " Abdi membuka pintu ruangannya yang disediakan pihak kampus.
" Iya Pak ..."
" Ayo .. Silahkan duduk." kata Abdi.
" Terima kasih, Pak ... " jawabnya sopan lalu segera duduk.
" Kamu tahu kenapa saya memanggil keruangan ini ? " tanya Abdi lalu melihat Audrey dengan tatapan yang sulit di artikan.
" Saya tahu, Pak ... Saya salah dan saya minta maaf. " ucap Audrey dengan wajah bersalah.
" Apa kesalahan kamu ? " tanya Abdi singkat.
" Tadi saya masuk dan ikutan ujian di kelas bapak ..." jawabnya menyesali perbuatannya tadi.
" Kenapa kamu lakukan kalau sudah tahu salah ?. "
Audrey hanya diam tak menjawab, karena dia bingung harus menjawab apa.
" Saya tahu kamu udah lulus mata kuliah saya. Benarkan ... ? " tanya Abdi lagi.
" Iya, Pak ... " jawabnya lirih.
Abdi yang melihat mata Audrey merasa sangat bersalah jadi merasa iba. Sebenarnya Abdi tidak ingin memperbesar kesalahan Audrey, tapi ia harus melakukannya.
" Saya tahu kamu itu pintar dan baik. Tapi bukan berarti karena kamu pintar bisa sembarangan.
Baik itu bagus tapi jangan karena kamu ingin membantu teman - temanmu, kamu malah merugikan diri kamu sendiri. " ujar Abdi panjang.
Audrey tertunduk menyesal karena merasa bersalah. Baru kali ini dia mengalami hal yang memalukan.
Kalau tahu jadi seperti ini, ia tidak akan menuruti ajakan Zia.
" Saya hanya ingin mengingatkan kamu ... kalau kamu benar - benar perduli pada teman - teman terdekatmu seharusnya kamu membantu mereka dalam hal belajar. Kamu bisa mengajari yang tidak mereka mengerti.
Bukan membantu dengan cara memberi mereka contekan. " Abdi melanjutkan lagi.
" Saya minta maaf, pak ... " ucap Audrey dengan nada sedih.
" Saya gak marah sama kamu. Saya juga yakin kalau kamu sebenarnya terpaksa karena merasa gak enak menolak ajakan temanmu. Tapi jangan karena kamu baik lantas bisa dimanfaatkan oleh orang lain."
" Kalau mereka ingin dapat nilai bagus seperti kamu, mereka juga harus berusaha belajar. Bukan dengan memanfaatkan kamu."
" Tapi mereka tidak sedang memanfaatkan saya, pak ..." jawabnya tidak setuju dengan perkataan Pak Abdi.
" Baik kalau kamu berkata seperti itu. Mungkin kamu tulus buat membantu mereka. Tapi sampai kapan kamu bisa membantu mereka. Bukankah kamu sudah mau wisuda ? Itu berarti mereka harus sudah terbiasa tanpa kamu yang selama ini menolong agar nilai - nilai kuliah mereka bagus."
Audrey membenarkan dalam hati apa yang baru saja dikatakan Pak Abdi.
Ia akan segera meninggalkan kampus dan teman - temannya setelah wisuda. Ia tidak mungkin bisa selalu bersama teman - temannya. Apalagi seusai wisuda sudah ada tanggung - jawab besar yang akan dikerjakannya.
Selama ini ia ternyata telah membuat kesalahan besar. Niatnya yang baik ingin membantu mereka agar dapat nilai bagus malah membuat Zia dan Bella semakin malas.
Karena mereka tahu kalau ada Audrey yang bisa diandalkan.
" Sekali lagi saya minta maaf, pak.
Saya baru menyadari kalau selama ini yang saya lakukan bukannya untuk membantu malah semakin menjerumuskan mereka." ujar Audrey.
" Saya senang kamu sudah mengerti apa yang saya maksud.
Saya harap kamu juga melakukan hal yang sama di saat kamu nanti menghadapi dunia kerja." Abdi memberikan nasehatnya.
" Iya pak ... Terima kasih."
" Baiklah, saya melakukan hal ini karena saya peduli sama kamu.
Kamu itu mahasiswi kesayangan banyak dosen di kampus ini termasuk ...." Abdi menghentikan perkataannya karena sadar tidak mungkin dia membiarkan Audrey tahu perasaannya.
Audrey yang mendengar ucapan Pak Abdi tiba - tiba terhenti langsung melihat dengan wajah bertanya.
" Ya sudah .. karena kita sudah selesai. Silahkan kamu lanjutkan urusan dengan Pak Rizal. " ujar Abdi.
Mendengar hal itu, Audrey pun merasa lega. Ia pun ingin segera keluar dari ruangan ini.
Ia lalu bangkit dari tempat duduknya.
" Terima kasih, pak. Saya permisi keluar. " katanya sopan.
" Ya ... silahkan, " jawab Abdi.
Audrey pun menganggukkan kepalanya pada Pak Abdi dan bergegas keluar dari ruangan.
Begitu keluar dari ruangan ia menghela nafas dengan sangat lega.
Sementara Abdi melihat Audrey yang telah keluar dari ruangannya merasa dapat bernafas dengan bebas lagi. Sedari tadi saat bersama Audrey di ruangan ini, ia merasa sesak karena sulit bernafas dengan baik.
Selama ini ia berusaha mengakhiri perasaan sukanya pada Audrey. Karena ia tahu ada seseorang yang sangat mencintai Audrey sejak lama. Bahkan sebelum Abdi mengenal Audrey.
Jadi walau dengan terpaksa, ia harus mengakhiri perasaan sukanya tanpa bisa memulainya.
Siapa yang bisa menolak pesona dari kecantikan Audrey. Begitu juga dengan Abdi.
Walaupun awalnya ia ditugaskan untuk menjaga Audrey dari jauh oleh orang yang mencintai Audrey.
Ia tidak menyangka kalau bisa jatuh cinta. Bahkan ia sempat mengejek orang tersebut karena mencintai anak kecil.Karena saat ia ditugaskan menjaga Audrey usianya masih sangat muda.
Tapi seiring waktu, semakin dia mengenal sifat Audrey yang sangat baik pada orang - orang di sekitarnya. Abdi semakin menyukainya.
Sikap Audrey jauh lebih dewasa dibandingkan dengan teman - temannya yang lebih tua usianya.
Karena itu Abdi selalu bersikap dingin agar tidak ada yang menyadari tentang perasaannya.
Abdi tersadar dari pikirannya yang mengingat tentang Audrey ketika mendengar hp nya berbunyi. Ketika ia melihat nama yang ada dilayar, ia berusaha menutupi rasa gugup yang hadir di dirinya.
" Halo ... " Abdi menyahut panggilan tersebut.
" Halo, my bro ... Sehatkan ? " tanya orang disana.
" Alhamdulillah aku sehat. Kamu sehat jugakan ? " balas Abdi.
" Gue lagi gak sehat. "
" Kamu sakit ... sakit apa ? "
" Sakit rindu ... rindu sama my honey Audrey. " jawab pria ditelepon bercanda.
Abdi yang mendengarnya langsung tersenyum kecut. Ia terdiam lalu menghela nafas dengan berat.
" Hei, haloooo ... Lo masih disana di ? " teriak pria tersebut karena tak mendengar suara Abdi.
" Ya, sorry bro .. aku sambil kerja soalnya." bohong Abdi.
" Owh ... kalau gitu gue tutup teleponnya biar gak ganggu kerjaan Lo. "
" Gak gitu juga bro .. aku gak sesibuk kamu. Makanya sampai sekarang kamu belum ada waktu buat menemui Audrey. " jawab Abdi lirih.
" Lo benar my bro ... tapi sebentar lagi begitu tiba waktunya, gue akan selalu berada di sisinya. Gimana keadaan my honey ? "
" Baik .. dia selalu baik. " jawab Abdi membayangkan wajah Audrey.
" Baguslah .. gue cuma dengar itu. Gue titip Audrey selagi gue belum bisa hadir di sana untuk menemaninya. "
Abdi berusaha keras menutupi rasa sakit di hatinya karena cemburu mendengar perkataan tersebut.
" Kamu jangan khawatir. Aku akan selalu memperhatikannya."
" Thanks bro .. see you later."
" Okey ... "
Panggilan telepon itu segera diakhiri oleh pria tersebut.
Abdi pun terasa lega, karena ia khawatir pria itu tahu isi hati nya.
Sementara itu Audrey yang telah menyelesaikan semua urusannya segera menuju kantin untuk menemui teman - temannya.
Ia melihat mereka sudah duduk manis di tempat biasanya.
Ia menghampiri mereka bertiga dengan tersenyum manis.
" Hai, ayang - ayangku ... udah pada selesai kuliah nih ? " tanyanya begitu duduk di samping Zia.
" Udah dong, Lo gimana ? " jawab Zia lalu balik bertanya.
" Alhamdulillah .. besok jadwal gue sidang. " kata Audrey dengan nada senang.
" Aseekk ... kalo gitu, abis ini kita nongkrong di mall biar Lo tambah semangat buat besok. " ujar Zia memberi usul.
" Maaf Zi, kali ini gue gak bisa ikut ya. " tolaknya dengan perasaan gak enak.
" Kenapa gak bisa .. kan Lo pasti gak perlu belajar buat sidang besok. Ayuk dong, honey ... " ujar Zia lagi.
" Sorry dear .. Tapi tadi pagi Daddy sama mommy menyuruh gue buat ke perusahaan kalau urusan gue udah selesai. " jelas Audrey.
" Owh, gitu ... ya udah deh. Kalau gitu kami bertiga aja yang pergi ya, honey ... buat ngilangin stress. " kata Zia. Dea pun mengangguk setuju.
" Ada urusan apa Lo disuruh kesana, Drey ? tanya Bella yang penasaran.
" Blom tau gue, Bel ... tadi Daddy bilang ada yang mau di omongin."
" Oh .. enak banget hidup kaya lo ya, Drey. Udah orang tua Lo kaya - raya, sayang banget lagi Ama Lo." ujar Bella dengan nada iri.
" Lo bertiga dari lahir udah kaya. Gak kaya gue, buat kuliah aja harus kerja paruh waktu dulu. Kalo gak gara - gara orang tua gue banyak hutang mungkin nasib gue gak separah ini." lanjut Bella dengan kesal dan menutupi tatapan iri nya ke Audrey.
Audrey dan yang lain langsung memeluk Bella. Mereka tahu kehidupan Bella memang agak sulit.
" Bel ... yang sabar ya. Lo jangan sedih, sekarangkan kami bertiga ada buat Lo." ucap Audrey lembut.
" Iya Bel ... ngapain sih Lo sedih. Seperti biasa kita senang - senang bareng. Apa yang kita pakai, Lo kan ikutan juga.
Bella yang mendengar itu merasa marah tapi memendamnya dalam hati. Lalu dengan cepat ia menutupi dengan tersenyum.
" Udah, ah ... gak kelar - kelar ntar kalau ngobrol terus. Gue jalan duluan ya, bye girls ... " ucap Audrey.
" Bye honey .. sampai ketemu besok. " jawab Zia diikuti Dea dan Bella.
" Drey, gue lupa bilang Ello titip salam Ama Lo. " teriak Zia pada Audrey.
Audrey menoleh lalu membuat isyarat oke dengan tangannya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 113 Episodes
Comments
Harpy Nasution
asik ngobrol jadi lupa waktu yakan
2022-07-06
0
Harpy Nasution
seruuuu
2022-07-06
0
Harry Gusman Black Light
next mbak
2022-06-20
0