**Aku bahagia melihatmu bahagia, walau pada akhirnya melepas adalah pilihan yang tepat. Semoga kau bahagia dengan seseorang yang nanti akan mengantikan posisiku.
Happy Reading 🌹🌹🌹🌹**
Disebuah ruang inap kelas menengah, seorang gadis tengah terbaring dengan selang infus ditangannya, dan selang oksigen menepel dihidungnya. Disampingnya tiga orang wanita berbeda usia dan empat orang pria tampan seusia dengan profesi yang berbeda.
Satu diantara mereka mengenggam tangan sang gadis dengan erat sambil sesekali mencium punggung tangan gadis itu.
"Ra, bangun". Ucapnya lirih sambil mengelus kepala gadis itu dengan sayang dan penuh penyesalan "Maafkan Kakak harusnya, Kakak yang menjaga mu, bukan malah menjadi bebanmu". Gumamnya lagi, sambil masih mengelus kepala adiknya.
"Kakak bangun, Mey rindu Kakak". Renggek sang adik bungsu menatap sendu gadis yang terbaring itu "Maafkan Mey Kak, hikssss". Lirih sang adik juga mengenggam tangan gadis yang terbaring itu.
"Ra, aku mohon bangun. Maafkan aku. Aku tidak tahu mengapa hatiku sakit saat melihatmu terbaring seperti ini?".Batin Kayhan, pria dingin tak tersentuh itu merasa sangat bersalah pada gadis yang terbaring lemah diatas brangkar rumah sakit.
Ara membuka matanya perlahan, kepalanya sangat berat.
"Ra".
"Kak".
"Nak".
Panggilan dari orang-orang sekitar Ara. Mata Ara terbuka sempurna, orang pertama yang dia lihat adalah Roger.
"Kakak". Gumam Ara merasa bermimpi melihat lelaki itu ada disampingnya.
"Ra". Lirih Roger dengan mata berkaca-kaca "Maafkan Kakak". Roger mengenggam tangan Ara "Maafkan Kakak Ra, Kakak bukan Kakak yang baik untukmu". Ucap Roger.
Ara hanya tersenyum, lalu membalas genggaman tangan "Lupakan Kak". Senyum Ara.
"Permisi biar saya periksa dulu". Ucap Nickho, sambil meminta ruang agar dia bisa memeriksa keadaan Ara.
Nickho memeriksa kondisi Ara dan syukurlah gadis itu baik-baik saja.
"Apa ada yang sakit Ra?". Tanya Nickho lembut.
Ara menggeleng dengan memaksa senyum diwajah pucatnya "Terima kasih Kak, sudah bantu aku". Ucap Ara tulus.
"Sudah menjadi tugas dan tanggung jawabku Ra". Senyum Nickho.
Ara beralih pada Roger sang Kakak.
"Kak Roger". Lirih Ara.
Roger menatap adiknya dengan sendu dan tergambar jelas diwajah pria tampan itu bahwa dia menyesal.
"Ra, maafkan Kakak". Roger memeluk Ara, tak peduli lagi bagaimana kondisi hatinya. Roger sungguh takut kehilangan Ara, entah kenapa saat mendengar Ara masuk rumah sakit dan dibawa dalam keadaan tanpa sadar, pria berusia 30 tahun tersebut sangat merasa bersalah.
"Maafkan Kakak". Isak tangis Roger terdengar menggema. Mey dan Wati juga tak sanggup menahan air mata, mereka juga ikut menangis menyaksikan pemandangan langka didepan mereka.
"Kak hikssss". Ara membalas pelukkan Roger "Ara sayang Kakak, maafkan Ara Kak, hiksss". Tangis Ara pecah, ini adalah pelukkan pertama Roger padanya sejak dia menginjak usia dewasa.
"Kakak yang harus minta maaf Ra. Kakak sudah gagal menjadis seorang Kakak". Ucap Roger.
Ara melepaskan pelukan Kakaknya, dia menatap wajah tampan Kakaknya yang tampan tak terurus, lalu mengusap air mata pria itu.
"Jangan bicara seperti itu Kak, kita bisa memulai semuanya dari awal, bersama Ibu dan Mey, ada Kakak, ada aku dan ada kita". Ucap Ara sambil terkekeh sendiri.
Kayhan, Nathan, Martha, dan Nickho hanya menyaksikan saja. Ketiga pria bersahabat itu turut terharu dengan kehangatan keluarga itu. Padahal mereka tidak tahu bagaimana Roger yang sebenarnya? Bahkan keluarga Ara baru kali ini merasakan Isak tangis haru dan memaafkan.
"Mey". Roger memeluk adik bungsunya "Maafkan Kakak Mey". Ucap Roger.
"Kak, hikssss.. Mey sayang Kakak". Balas Mey pada Roger. Mereka saling berpelukan satu sama lain.
Brakkkkkkkkkkk
Pintu dibuka dengan lebar, beberapa pria berseragam polisi masuk kedalam ruangan Ara.
"Maaf ada apa ini?". Tanya Nickho heran ketika melihat para polisi itu masuk kedalam ruang rawat Ara.
"Maaf Dokter, kami ingin menangkap Tuan Roger Ferarer". Timpal sang komandan.
"Roger?". Beo Kayhan, Nickho dan Nathan.
"Iya Tuan".
"Kakak saya salah apa?". Tanya Ara, tangannya mengenggam erat tangan Roger seakan tak ingin jauh dari Kakaknya yang baru saja merasakan pelukannya.
"Maaf Nona, Tuan Roger melakukan pembobolan disebuah bank swasta dengan nilai 1 milyar".
Deg
Jantung Ara seakan berhenti berdetak saat itu juga. Mata Ara terarah pada Roger meminta penjelasan pada pria itu.
"Apa anda punya buktinya?". Kayhan menyambung karena dia cukup penasaran, bagaimana mungkin Roger membobol bank dengan nilai yang tak sedikit.
"Maaf Tuan, kami tidak bisa menjelaskannya disini". Sahut sang komandan "Tuan Roger, sebaiknya ikut kami". Tegas polisi melihat Roger yang masih setia mengenggam tangan arah, wajahnya tenang dan santai.
"Kak".
Roger menoleh kearah Ara lalu tersenyum "Maafkan Kakak". Hanya itu yang bisa diucapkan Roger "Apapun akan Kakak lakukan untuk Ara". Roger berkaca-kaca, hatinya sangat sakit melihat wajah cantik adiknya yang terlihat begitu pucat.
"Jelaskan pada Ara Kak. Ara mohon". Ara sampai menangkup kedua tangannya didada agar Roger mau menjelaskan padanya.
"Ra".
"Kak". Renggek Ara.
Roger menarik nafas dalam, lalu perlahan menjelaskan bahwa dia membobol bank dengan nilai sebesar itu adalah untuk melunasi biaya operasi Ara dan seluruh biaya rumah sakit Ara selama satu bulan. Uang itu juga digunakan Roger untuk biaya perawatan Ayahnya selama koma dirumah sakit, dan dia melunasi semua hutang-hutang Ayahnya sebelum Ferarer meninggal.
Dada Ara serasa sesak mendengar penjelasan Roger, Ara tak menyangka jika Kakak yang selama ini dia benci telah berkorban banyak untuk Ara dan bahkan mengorbankan dirinya walaupun dengan cara yang salah.
"Kak". Ara menatap Roger dengan tangis.
"Maaf Tuan Roger segera ikut kami sekarang". Sentak sang komandan.
"Kakak". Teriak Ara.
Roger berbalik memeluk adiknya "Ara harus kuat, Kakak sayang Ara. Kakak titip Ibu sama Mey. Kakak janji, suatu saat nanti Kakak akan jagain Ara". Ara mengecup puncak kepala adiknya. Tangis Ara semakin pecah.
"Mey jaga Kak Ara dan Ibu ya, Kakak pamit". Roger memeluk Mey.
"Kak, hiksss".
Lalu Roger beralih pada Wati, wanita yang sudah lama dia acuhkan.
"Bu". Roger memeluk Wati "Maafkan Roger Bu, Ibu jaga diri baik-baik, Roger pamit". Melepaskan pelukannya.
"Nak". Wanita paruh baya itu tak mampu lagi berucap.
Tangan Roger diborgol dari belakang oleh beberapa anggota kepolisan.
"Kakak". Teriak Ara histeris hendak turun dari brangkar rumah sakit. Dengan sigap Kayhan dan Nickho bergegas menghampiri gadis itu.
"Ra". Teriak keduanya serentak dan takut jika Ara benar-benar turun dari brangkar nya, akan berakibat fatal kembali pada luka bekas operasi Ara.
Roger menoleh kebelakang melihat wajah Ara yang terus saja menangis, hatinya sakit tapi inilah pilihannya. Roger menghilang dari balik pintu.
"Kakak". Teriak Ara lagi, Martha memeluk Ara dengan erat, dia membiarkan sahabatnya itu menangis dalam pelukkannya. Martha merasa sangat bersalah karena membiarkan sahabatnya menghadapi semua ini sendirian.
**Bersambung.........
Salam hangat.
Kayhan ❤️ Kimara**
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 170 Episodes
Comments
etihajar
😭😭😭😭
2023-02-19
0
Liesdiana Malindu
waduh gak bener nih,, author pasti melakukan pembohong publik. yg bener aja 1 miliar.
bukannya Ara dan ayahnya menggunakan asuransi?? dan kalau memang iya kok selama Ara dan ayahnya sakit Roger masih meminta uang ? lagi pula kapan dia membobol bank padahal Ara dan ayahnya sakit Tdk bersamaan. dan kenapa pula Nicko dan Ara Tdk tau. memangnya selama ini Ara Tdk pernah berhubungan dgn bagian administrasi dan Tdk tau biaya rumah sakit? kok bisa sampai 1 miliar sih? padahal nginapnya di kelas ekonomi 🤔🤔? author berhasil nih nge PRANK readers.
2022-09-15
2
Nina Stepi
Maaf Thor aku nangis 😭😭😭😭
2022-07-10
0