**Andai bisa dilahirkan kembali, aku ingin memilih lahir diantara dua rahim yang berbeda, dimana ketika aku merasa lelah dan tak sanggup aku bisa kembali lagi dirahim yang satu.......
Happy Reading🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹**
Disebuah ruang rawat inap, tampak seorang gadis tengah menangis dan merintih sambil memegang perutnya. Matanya membengkak, karena sedari tadi dia terus saja menangis berharap dengan menangis sakit ditubuhnya bisa segera menghilang.
"Bu, hiks hiks sakit Bu". Lirihnya sambil memegang perutnya dan berdiri duduk berdiri duduk begitu terus.
"Sabar ya Nak, mungkin obat yang dokter berikan belum bereaksi". Sang Ibu berusaha menenangkan anaknya sambil mengelus perut gadis cantik itu.
"Ayah hiks". Adunya pada sang Ayah yang juga ikut mengelus perut dan pundak gadis itu.
"Tahan ya sayang, nanti kalau obatnya sudah bereaksi sakitnya akan hilang". Jawab sang Ayah berusaha tegar. Hati Ayah mana yang takkan hancur saat melihat putrinya menahan sakit dengan terus menangis.
Sakit luar biasa dibagian perut dan pinggangnya, bahkan tak bisa dijelaskan hanya dengan kata-kata.
Gadis itu adalah Ara, sudah tiga hari dia berada dirumah sakit ini namun belum ada perubahan yang terjadi pada tubuhnya. Ara merasakan sakit yang begitu luar biasa menyiksa, dimana perutnya serasa diiris oleh benda tajam.
Ara tidak bisa duduk, tidak bisa berdiri, tidak bisa berbaring, dan tidak mampu berjalan. Yang bisa dia lakukan hanya bersandar dikursi roda, sambil air mata luruh menahan sakit yang seakan membuat seluruh tubuhnya mati rasa.
Perutnya membengkak seperti orang hamil tiga bulan, tangan dan kakinya juga membengkak. Infus yang harus nya mengalir dibagian tubuhnya, kini menurun kekaki dan tangan sehingga membuat seluruh tubuh Ada membesar dalam seketika.
Para perawat sudah memberi obat nyeri untuk Ara dan bahkan Ara diberikan obat penenang supaya bisa tidur. Namun tetap sakit ditubuh Ara tidak hilang-hilang juga.
"Yah bagaimana ini? Ibu tidak tega melihat Ara kesakitan seperti ini, hikssss". Wanita paruh baya itu menatap putrinya dengan sedih. Sang putri yang terlihat begitu lemah dan tak berdaya hanya bisa duduk dikursi roda dengan mata membengkak karena kebanyakan menangis. Bahkan tubuh gadis itu tak bertenaga sama sekali karena tidak ada makanan yang masuk dalam tubuhnya.
"Ayah juga tidak tahu Bu". Sahut sang suami menangis melihat betapa menderitanya putrinya.
Ara diletakan diruang menengah bawah, dimana dalam satu ruangan itu terdapat empat pasien dengan ruang sempit. Kebatasan biaya membuat mereka tak mampu menyewa ruang yang harusnya bisa membuat Ara lebih nyaman.
"Sus, tolong anak saya. Kasihan dia". Ucap Ferarer Ayah Ara.
"Baik Pak, saya akan periksa". Sang perawat memeriksa keadaan Ara "Pak, nanti siang Nona Ara akan melakukan USG kembali, jika belum jelas penyakit nya makan Nona Ara akan dirujuk kerumah sakit yang fasilitas nya lengkap". Jelas perawat itu pada Ferarer.
Ferarer terdiam mendengar ucapan sang perawat, pria paruh baya itu merasakan takut jika sampai terjadi sesuatu pada putri keduanya.
"Tolong lakukan yang terbaik Dok". Sahut Ferarer pada sang perawat.
"Kalau begitu saya permisi Pak. Obat penenang nya hanya akan bereaksi beberapa jam saja, setelah ini Nona Ara akan merasakan sakit kembali". Jelas perawat dengan sendu. Perawat itu merasa kasihan dengan kondisi Ara, gadis cantik dengan wajah pucat dan mata bengkak kadang tangisannya membuat beberapa perawat terdenyut hatinya. Betapa menderitanya gadis ini.
Ara bersandar dikursi roda dengan tatapan kosong, dia yakin setelah ini rasa sakit dibagian perut dan pinggang nya akan kembali sakit, bahkan bisa jadi lebih parah dari yang selalu Ara rasakan.
Ara tak bisa berbuat banyak, sebenarnya dia tak ingin menangis, tapi hanya menangis yang bisa membuat sakitnya merasa hilang.
"Hiks hiks hiks hiks". Sakit itu kembali menyerang Ara, dia sampai terjatuh dikursi roda.
"Ara". Teriak kedua orangtuanya menghampiri Ara.
"Ayah, Ibu perut Ara sakit". Tangisnya menahan sakit dan bahkan Ara memukul perutnya barang kali setelah dipukul rasa sakitnya bisa mereda. Namun itu tetap tidak hilang.
Wati, Ibu Ara memeluk gadis yang tidak lain adalah putri nya sendiri. Sudah tiga hari putri cantiknya ini menangis dan tidak tidur sama sekali. Hati sebagai seorang Ibu benar-benar merasakan sakit saat melihat sang putri lemah tak berdaya.
Ferarer berlari memanggil Dokter dan perawat.
"Tolong, anak saya Dok dia kesakitan lagi". Ucap Ferarer panik bukan main.
"Ayo Pak, kita masuk melihatnya". Sang Dokter dan diikuti beberapa perawat masuk kedalam ruang rawat inap Ara.
"Ara". Sang Dokter berjalan mendekati Ara "Sini saya periksa". Dokter muda dan tampan itu mengulurkan tangannya kearah Ara, supaya gadis itu meraihnya.
Ara hanya menangis dan menggelengkan kepalanya "Dokter sakit, hiksssss". Rintih Ara, semua perawat dan dokter yang disana tak tahan melihat penderitaan gadis itu.
"Setelah ini kita USG untuk memastikan penyakit kamu, kamu tenang ya. Saya akan bantu kamu". Perlahan sang Dokter menyuntikkan obat anti nyeri ke aliran infus Ara, dan seketika Ara terdiam sakitnya perlahan menghilang.
"Sus, tolong antar pasien untuk melakukan USG ke dokter kandungan". Suruh sang Dokter.
"Baik Dok".
Dokter tampan itu tersenyum mengelus pundak Ara, gadis itu terlihat lebih tenang tapi sebentar lagi pasti akan menjerit kesakitan.
"Ara, semangat ya semua pasti akan baik-baik saja". Senyumnya.
Ara tak menanggapi dia hanya mengangguk lemah dan serasa seluruh tubuh nya tak bertenaga.
Ara dibawa ke dokter kandungan, untuk melakukan USG, karena sepertinya penyakit Ara berhubungan dengan kandungan.
Ara dibaringkan diatas brangkar. Sang Dokter mengoleskan gel diperut Ara, lalu menekan berkali-kali alat USG yang akan memperlihatkan penyakit Ara.
Dokter itu menyimpitkan matanya, untuk memastikan penyakit yang ada ditubuh Ara. Terlihat seperti dua buah benda hidup disana, tapi tidak bergerak. Kedua benda itu berukuran berbeda yang satu besar dan yang satu kecil.
"Apa kau lihat itu?". Tunjuk Dokter, Ara mengangguk "Itu adalah Kista Ovarium sinistra, atau yang biasa dikenal dengan Pappilary Serous Cystadenoma Ovarii Hermorrhagic Infaret". Jelas sang Dokter.
Deg
Jantung Ara dan Wati berdetak saat Dokter mengatakan penyakit Ara.
"Lalu bagaimana dengan putri saya Dok?". Tanya Wati dengan sendu.
"Kita harus melakukan operasi Bu, untuk mengangkat kista yang ada dalam tubuh Nona Ara, jika tidak dikeluarkan ini sangat berbahaya untuk rahimnya". Jelas sang dokter.
Ara mengigit bibir bawahnya menahan sakit ditubuh dan hatinya, tak terbayang dibenak Ara jika dia harus operasi.
"Nona Ara, semangat ya. Ini adalah operasi besar yang tentu beresiko. Nanti Suster akan menjelaskan beberapa hal pada keluarga pasien". Sambung Dokter itu lagi, lalu menatap Ara "Semua akan baik-baik, banyak-banyak berdoa". Dokter menyemangati gadis yang terlihat lemah itu. Lalu membantu Ara untuk kembali duduk dikursi rodanya.
**Bersambung.....
Ara ❤️ Kay**
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 170 Episodes
Comments
Anne kr
sepertinya AQ memahami 🥰 peluk dari jauh untuk author
2022-11-27
0
Rahmawaty❣️
duhh kista😩😩
2022-08-20
0
Nina Stepi
Thor boleh nangis gak sih😭😭😭😭😭😭
2022-07-10
0